Analisa Kelimpahan Ular Jali

Perdagangan ular jali dan reptil lainnya di Jawa Tengah melibatkan banyak pihak seperti telah dijelaskan sebelumnya sehingga membentuk rantai saluran perdagangan seperti pada Gambar 2. Berdasarkan rantai perdagangan tersebut, seperti yang dinyatakan Siregar 2012, terdapat pola umum dalam saluran tataniaga ular yang melibatkan empat tingkatan pelaku tata niaga, yaitu pemburupenangkap ular catcher, pengumpul antara agen, pengumpul besar supplier dan eksportir. Gambar 2 Diagram rantai tata niagaperedaran ular jali di Jawa Tengah. Berdasarkan diagram alur diatas, dapat dijelaskan bahwa tidak semua tingkat pelaku secara hirarki melakukan perdagangan ular jali sesuai tingkatannya, dimana terdapat beberapa “jalan pintas” antar tingkatan pelaku. Terdapat para pemburu yang langsung menjual ular ke pengumpul sedang dan besar, bahkan terdapat pengumpul besar yang mempunyai orang-orang yang bertugas “jemput bola” ke pengumpul antara dan pemburu. Kondisi serupa juga disampaikan oleh Soehartono dan Mardiastuti 2002, dimana terdapat keadaan para penangkap bertransaksi secara langsung dengan pengrajin atau eksportir. Beberapa pengumpul sedang dan besar mengeluh adanya penyimpangan kondisi tersebut, karena mengakibatkan penurunan pendapatan mereka. Hal ini terjadi karena ada orangpihak yang merupakan perpanjangan tangan pengumpul Pengumpul antara agen Pemburu penangkap besar lain dan sekaligus eksportir, secara langsung mendatangi pemburu dan pengumpul kecil yang biasanya menjual ular ke pengumpul sedang. Kondisi ini terjadi karena adanya penawaran harga yang lebih tinggi dibandingkan harga yang sanggup dibayar oleh pengumpul sedang. Kondisi tersebut merupakan contoh kasus bagaimana persaingan pasar dalam peredaran ular jali di Jawa Tengah. Oleh karena itu, terdapat beberapa pengumpul antara agen dan besar yang mengalami penurunan perolehan ular dan jenis reptil lainnya karena terdapat persaingan diantara mereka. Hal tersebut didorong salah satunya faktor harga dan jarak lokasi antar pengumpul. Auliya 2010 juga menyatakan bahwa beberapa pengumpul besar menyembelih ular sendiri, sedangkan ular yang lainnya disetor ke pengumpul besar lainnya. Para pengumpul besar melakukan penyembelihan sendiri sejak mengetahui keuntungan yang dapat diperoleh dari hasil sampingan dagingnya. Tabel 3 Pembagian kuota tangkap dan edar ular jali di Jawa Tengah No Nama Pengusaha Alamat Ijin Tangkap 2011 Ijin Tangkap 2012 Ket. Kulit Hidup Kulit Hidup 1 UD. Indonesia Fauna Cilacap 21 500 86 18 000 80 2 UD. Welang Sakti Boyolali 9 113 12 7 000 10 Eksportir Daging 3 UD. Naga Jaya Pati 9 113 6 2 000 10 Eksportir Daging 4 UD. Naga Puspa Pati 6 10 5 UD. Santoso Magelang 6 5 000 Eksportir Kulit 6 UD. Jari Asih Pati 6 10 7 UD. Snake Centre Kebumen 6 8 UD. Tukiran Cilacap 6 9 UD Reptil Banyumas 6 10 CV. Bumi Makmur Semarang 6 11 PT. Manta Pratama Unggul Perkasa Semarang 6 Jumlah 39 726 152 32 000 120 Dinamika yang terjadi dalam perdagangan reptil tersebut mempengaruhi perolehanpenerimaan jumlah ular jali di masing-masing pengumpul besar dan wilayah edartangkap. Hal ini dikarenakan adanya pembagian pembatasan