Pelaku PeredaranTata Niaga Ular Jali

daerah tangkap, kondisi kelimpahan dan laporan realisasi produksi riil tahun sebelumnya. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor: SK.261IV- KKH2011 tanggal 30 Desember 2011 tentang Kuota Pengambilan Tumbuhan Alam dan Penangkapan Satwaliar untuk Periode Tahun 2012, untuk ular jali mendapat kuota tangkap sebesar 99 500 kulit dan 500 hiduppets yang terbagi ke tiga propinsi, yaitu: Jawa Barat sebesar 10 000 kulit dan 100 hidup; Jawa Tengah sebesar 40 500 kulit dan 200 hidup; serta Jawa Timur sebesar 49 000 kulit dan 200 hidup KKH 2010b. Penetapan jatah kuota tangkapedar untuk jenis reptil kepada para pengusaha di BKSDA Jawa Tengah pada tahun 2011-2012, tidak sepenuhnya terbagi habis. Dari total kuota wilayah Jawa Tengah untuk ular jali pada tahun 2011-2012 sebesar 40 500 kulit dan 500 hidup pada tahun 2011 masih ada sisa kuota 774 kulit dan 48 hidup, sedangkan pada tahun 2012 terdapat sisa kuota 13 000 kulit dan 80 hidup. Hal tersebut akan menjadi pertanyaan tersendiri, karena melihat kondisi di lapangan dengan kelimpahan panenan ular jali di tingkat pengumpul besar lebih dari 100 000 ekor per tahun. Salah satu unsur penting yang berpengaruh terhadap tingkat kelestarian pengelolaan satwa liar yaitu pihak pengelola yang mengatur sistem didalamnya. Oleh karena itu diperlukan perbaikan sistem monitoring, evaluasi dan adminstrasi dalam hal pengelolaan peredaran satwaliar di lingkup management authority, dalam hal ini BKSDA Jawa Tengah. Pengumpul besar yang tidak mempunyai jatah kuota tangkapedar ular jali dari BKSDA, seperti UD. Sumber Rejeki Subur, UD. Mintorejo, UD. Naga Puspa dan beberapa lainnya Tabel 1, akan menjual dan atau mengirim ular jali, baik dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk daging dan kulit ke pengumpul besar lainnya atau eksportir baik yang berada di wilayah Jawa Tengah maupun keluar provinsi tanpa disertai dokumen resmi. Selain eksportir yang ada di wilayah Jawa Tengah para pengumpul besar mengirim barang lewat pengusahaeksportir di Surabaya, Bandung dan Jakarta. UD. Indonesia Fauna-Cilacap biasanya mengirim daging ular jali dalam bentuk beku frozen ke Bandung, sedangkan untuk kulit ular jali lewat eksportir di Jakarta. Demikian juga untuk UD. Mintorejo, selain mendapat pasokan ular jali hidup dari beberapa kabupaten di Jawa Timur Ponorogo, Madiun, Ngawi dan Nganjuk, mereka mengirim daging beku dan kulit lewat eksportir di Surabaya.

5.1.3. Harga Ular Jali

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan ular jali adalah faktor harga. Harga ular jali juga “dikendalikan” oleh para pembeli buyer yang merupakan “bos besar” dari negara konsumen, terutama Hongkong sebagai tujuan ekspor daging. Hasil wawancara ke beberapa pengumpul, diperoleh informasi harga beli ular jali di tingkat pengumpul besar dan sedang dalam keadaan hidup dan masing-masing kelas ukuran. Tabel 4 Harga ular jali di tingkat pengumpul besar dan sedang No Nama Pengumpul Alamat Harga Per ekor Ular jali Berdasarkan Grade Berat Ket. 1 kg

0.8 kg 0.7 kg

0.6 kg

1 UD. Naga Jaya Pati 60 000 35 000 20 000 7 000 2 UD. Naga Puspa Pati 60 000 41 000 20 000 13 000 3 UD. Jari Asih Pati 35 000 25 000 15 000 10 000 jual hidup 4 UD. Indonesia Fauna Cilacap 50 000 30 000 15 000 10 000 5 UD. Welang Sakti Boyolali 60 000 40 000 15 000 10 000 6 Pak Waluyo Boyolali 65 000 44 000 23 000 15 000 7 UD. Sumber Rejeki Sragen 65 000 45 000 20 000 13 000 8 UD. Mintorejo Sragen 60 000 45 000 25 000 13 000 Kondisi harga ular jali di tingkat pengumpul besar untuk ukuran berat 1 kg per ekor, berkisar Rp 50 000.00 hingga Rp 65 000.00, sedangkan di tingkat agen atau pengumpul sedang sekitar Rp 35 000.00. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi permintaan pasar dan didorong oleh kelas ukuran ular jali yang bernilai ekonomis. Tingkat harga ular jali pada saat ini dianggap dalam kondisi yang bagus harga tinggi karena permintaan pasar ekspor masih terbuka. Faktor harga sangat dipengaruhi oleh pasar global, sehingga para pengumpul besar maupun eksportir selalu memonitor perkembangan pasar dunia. Harga yang berlaku diinformasikan kepada para pengumpul kecil. Kisaran harga yang terdapat di masing-masing tingkatan pengumpul biasanya bervariasi hampir sama Siregar 2011. Berdasarkan informasi beberapa pengumpul besar, ketika permintaan ular jali rendah, di tingkat pengumpul besar untuk ukuran 1 kg dibeli dengan harga Rp 25 000.00. Apabila dibandingkan dengan jenis ular komersil lainnya dan bernilai ekonomis, ular jali termasuk jenis ular yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Sebagai contoh apabila dibandingkan dengan jenis ular pucuk Ptyas korros yang dijual per kilo komulatif jumlah ular per kilo dengan harga beli saat ini di pengumpul besar Rp 30 000.00, dimana dalam 1 kg bisa terdapat 3–4 ekor ular pucuk. Selisih harga di beberapa pengumpul besar yang lokasinya tidak terlalu jauh, seperti antara pengumpul besar di Kabupaaten Boyolali dan Sragen, mendorong para pemburu dan atau pengumpul kecil berusaha mencari harga yang lebih tinggi. Hal ini berlaku bagi mereka yang tidak mempunyai hubungan tertentu, misalnya kekeluargaan atau terkait hutang-piutang. Demikian juga berlaku sebaliknya, menurut Siregar 2011, para pengumpul besar maupun eksportir mempunyai ikatan informasi dan selalu memonitor perkembangan pasar dunia. Harga yang berlaku diinformasikan kepada para pengumpul kecil. Kisaran harga yang terdapat di masing-masing tingkatan pengumpul biasanya bervariasi hampir sama.

5.1.4. Wilayah Pencarian Ular Jali Di Jawa Tengah

Provinsi Jawa Tengah mempunyai keragaman jenis reptil yang cukup tinggi, terutama jenis ular. Selain ular jali Ptyas mucosus, terdapat beberapa jenis ular yang bernilai ekonomis, baik yang masuk Appendix maupun non-appendix CITES, diantaranya yaitu: ular kobra Naja sputatrix, ular king kobra Ophiophagus hannah, ular lanang sapi Elaphe radiata, ular air tawar Homalopsis buccata, ular air asin Boiga cynodon, ular korospucuk Ptyas koros dan beberapa jenis lainnya KKH 2008. Jenis-jenis tersebut tersebar di hampir merata di wilayah Jawa Tengah, mulai bagian timur hingga barat, akan tetapi ada beberapa jenis yang mempunyai wilayah penyebaran tertentu misalnya ular air asin yang banyak terdapat di tambak-tambak di pesisir utara. Keberadaan ular jali banyak ditemukan hampir merata di Jawa Tengah, akan tetapi terdapat beberapa wilayah dengan kelimpahan rendah dan ada wilayah yang mempunyai kelimpahan tinggi. Berdasarkan para pengumpul dan pemburu ular, apabila di suatu wilayah banyak ditemukan ular jali maka akan jarang ditemukan ular kobra, demikian juga sebaliknya. Belum ada keterangan secara ilmiah menjelaskan hal tersebut, asumsi sementara karena secara umum habitat ular tersebut hampir sama yaitu dominan di daerah persawahan. Lokasi tangkap atau daerah yang merupakan habitat ular jali di wilayah Jawa Tengah, secara umum dapat disampaikan seperti dalam Tabel 5. Secara administrasi, beberapa wilayah yang mempunyai kelimpahan ular jali cukup banyak berada di Kabupaten Sragen, Boyolali, Wonogiri, Purwodadi, Demak, Magelang, Cilacap, Banyumas, Tegal, Pemalang dan Brebes, sedangkan beberapa wilayah lainnya termasuk mempunyai kelimpahan relatif yang termasuk kurang. Tabel 5. Daftar pengumpul dan lokasi tangkap ular jali di Jawa Tengah No Nama Pengumpul Alamat Lokasi Tangkap Ular Jali Ket. 1 UD. Naga Jaya Pati Jepara, Pati, Blora, Purwodadi, Cepu, Banjarnegara, Temanggung, Boyolali Eksportir daging 2 UD. Naga Puspa Pati Sragen, Pati, Jepara, Blora, Purwodadi 3 UD. Jari Asih Pati sekitar Pati 4 UD. Indonesia Fauna Cilacap Cilacap, Tegal, Brebes, Bumiayu, Ajibarang, Purwokerto, Rawaloh, Kebumen, Banyumas, Pekalongan, Banjarnegara, Pemalang, Purworejo 5 UD. Welang Sakti Boyolali Boyolali, Kebumen, Magelang, Purwodadi, Klaten Eksportir daging 6 Pak Waluyo Boyolali Purwodadi, Demak, Sleman, Wonogiri, Ngawi 7 UD. Sumber Rejeki Sragen Purwodadi, Kab. Semarang, Boyolali, Wonogiri, Sukoharjo 8 UD. Mintorejo Sragen Karanganyar, Klaten, Ponorogo, Ngawi, Purwodadi, Nganjuk, Sragen dari Wilayah Jawa Timur 9 UD. Bumi Makmur Semarang -tdk ada data- Dominan tokek 10 UD. Manta Semarang -tdk ada data- 11 UD. Santoso Magelang -tdk ada data- Eksportir kulit Pengamatan terhadap ular jali sebelumnya di wilayah Jawa Tengah oleh Boeadi et al. 1998, meliputi wilayah penyebaran di Purwodadi, Klaten dan Magelang; Mumpuni 2002 melakukan pengamatan di wilayah Wonogiri, Cilacap, Purwodadi dan Sragen; Sidik 2006 mengambil sampel di wilayah Demak dan Sragen. Menurut para pemburu ular di wilayah Kabupaten Boyolali dan Sragen, penyebaran ular jali hingga saat ini semakin berkurang, sedangkan jumlah para pemburu cenderung semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan pertemuan di lokasi tangkap wilayah Boyolali dengan para pemburu ular lainnya yang berasal dari Purwodadi serta faktor perilaku pemburu yang berorientasi mendapatkan ular jali dengan menggali sarang sehingga merusak sarang. Hal ini selain mengakibatkan kerusakan habitat juga berpengaruh mematikan anakan dan merusak telur, apabila disaat musim mengerami atau menetas. Para pengumpul besar ular jali yang terdapat di bagian timur wilayah Jawah Tengah Pati, Sragen, Boyolali, banyak menerima ular jali dari wilayah pencarian yang sama akan tetapi beda pemburu dan pengumpul kecil-sedang, sehingga terlihat adanya tumpang tindih daerah tangkap antar pemburu. Para pemburu yang berasal dari Purwodadi mencari ular jali hingga ke daerah Boyolali atau pemburu dari Sragen dan daerah lain mencari ular jali hingga ke Wonogiri. Para pemburu dan para pengumpul kecil-sedang bebas mencari ular di seluruh Jawa Tengah, tanpa ada pembagian wilayah tangkap masing-masing pemburu atau pengumpul. BKSDA Jawa Tengah sebagai management autority dalam hal peredaran satwa liar, tidak memberlakukan pembagian wilayah tangkap masing-masing pengumpul yang tentunya mempunyai banyak agen berupa pengumpul kecil- sedang dan para pemburupenangkap. Hal ini berbeda dengan yang diberlakukan oleh BKSDA Jawa Timur dengan membagi wilayah tangkap masing-masing pengumpul besar dengan jejaring dibawahnya.

5.2. Parameter Demografi

Permasalahan mendasar dari upaya konservasi jenis terletak pada data yang menyangkut parameter demografi tingkat kelahiran, kematian, sex ratio dan ukuran populasi. Parameter tersebut merupakan komponen penting dalam