mungkin lebih dominan, akan tetapi dari hasil pengamatan ini diharapkan dapat memperkaya informasi dan data awal terkait kondisi habitat ular dari aspek
kondisi lubang sarang ular tersebut. Berdasarkan uji chi-square dari frekuensi keberadaan lubang sarang dari masing-masing karakteristik habitat yang diamati,
menunjukkan hanya peubah jarak dari pemukiman yang menerima hipotesa H0, sedangkan peubah-peubah lainnya tolak H0 Lampiran 8. Hal ini menunjukkan
bahwa lubang sarang ular jali mempunyai kecederungan menempati lokasi habitat dengan spesifikasi tertentu. Oleh karena itu perlu studi lanjutan yang lebih detail
dan mendalam terkait dengan karakteristik habitat ular jali tersebut. Keperluan untuk mengetahui lebih detail terkait kondisi karakteristik habitat
ular jali merupakan hal yang sangat penting sebagai salah satu informasi dalam monitoring perkembangan kondisi populasi di alam. Menurut Cagle 2008,
informasi habitat satwaliar sangat penting untuk perencanaan tindakan konservasi yang efektif, karena habitat tidak hanya mempengaruhi distribusi spesies akan
tetapi juga mempengaruhi kelangsungan hidup spesies tersebut jangka panjang. Hal ini berguna untuk mengantisipasi semakin berkurang dan rusaknya habitat
alami ular jali, khususnya di wilayah Jawa Tengah.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Simpulan dari hasil pengamatan terhadap ular jali di Jawa Tengah ini adalah sebagai berikut:
1. Pelaku dalam tata niaga ular jali di Jawa Tengah terdiri dari
pemburupenangkap, pengumpul antara skala kecil dan sedang, pengumpul besar dan eksportir, sehingga terbentuk rantai tata niaga antara
pelaku tersebut. Didorong oleh beberapa maksud dan tujuan, terdapat beberapa penyimpangan jalur hirarki barang misal: pemburu langsung
menyetorkan hasil ke pengumpul besar sehingga ada pelaku yang merasa dirugikan. Faktor harga didorong oleh adanya kelas ukuran ular jali yang
ditangkap 0.6 kg, 0.7 kg, 0.8 kg dan 1 kg, sehingga para pemburu berusaha mendapatkan kelas ukuran terbesar dengan harapan mendapatkan
nilai ekonomis yang tinggi. 2. Rata-rata kelimpahan relatif panenan ular jali di tingkat pengumpul sebesar
132 186 ekortahun, berdasarkan luas pencarian adalah 1 ekor per 24.7197 ha dan berdasarkan waktu pencarian adalah 1 ekor per hari per orang
efektif 3.5–4 jam per hari. Faktor yang paling berpengaruh adalah faktor siklus tanam padi, yang mendorong para pemburu mencari ular disaat tidak
ada pekerjaan di sawah panen, olah lahan dan tanam padi. 3. Ukuran morfometri di tingkat pemburu dan semua pengumpul sama, karena
faktor kelas ukuran berat yang menentukan tingkat harga nilai ekonomis dari ular jali. Kelas ukuran 1kg adalah kelas ukuran yang paling tinggi
dengan harga sekitar Rp. 60 000.00 per ekor. 4. Karakteristik habitat ular jali berupa lubang sarang dipengaruhi oleh
peubah: kelembaban lubang sarang dan kelembaban tanah diatas 80 , suhu lubang sarang dan suhu tanah berkisar 30-33 °C, pH tanah pada kondisi
agak masam-netral, ketinggian tempat kurang dari 333 m dpl, jarak dari sumber air kurang dari 15 m, dan kelerengan lokasi pada kelas 3 agak