Wilayah Pencarian Ular Jali Di Jawa Tengah

yaitu di Kabupaten Cilacap, Boyolali, Sragen dan Pati. Beberapa pengumpul besar tersebut mempunyai jarak yang berdekatan satu wilayah Kabupaten, terutama di Kabupaten Boyolali, Pati dan Sragen yang masing-masing terdapat pengumpul besar. Secara simultan terkait dengan harga pasar, para pengumpul sedang, agen dan atau para pemburupenangkap langsung, berusaha mendatangi pengumpul besar yang berani membeli dengan harga tertinggi. Hal ini dijumpai langsung, seorang agen dari wilayah Kabupaten Boyolali Kecamatan Simo menjual ular jali ke pengumpul besar di Kabupaten Sragen UD. Sumber Rejeki padahal di Boyolali terdapat 2 pengumpul besar UD. Welang Sakti dan Pak Waluyo. Sebaliknya dengan pengumpul di Pati, yang berjauhan dengan pengumpul besar lainnya, memperoleh ular jali dengan jumlah yang cukup banyak dari wilayah sekitarnya. 3. Faktor Keterikatan Hubungan Para Pengumpul. Keterikatan hubungan antar para pengumpul besar terjadi di dalam peredaran satwa liar, terutama ular jali, di Wilayah Jawa Tengah dalam bentuk hubungan kekerabatan saudara sedarah atau karena pernikahan, akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya berlaku secara umum. Contoh kasus yang dijumpai yaitu adanya alur peredaran satwa ketika terjadi hubungan pernikahan antar anak pengumpul besar UD. Sumber Rejeki-Sragen dengan UD. Naga Puspa- Pati, dimana ular jali yang berasal dari UD. Sumber Rejeki dijual hidup ke UD. Naga Puspa semenjak adanya ikatan pernikahan tersebut, untuk diproses potong dan olah kulit dan daging, dimana sebelumnya UD. Sumber Rejeki menjual ke UD. Welang Sakti-Boyolali. Pada kondisi yang berbeda, walaupun ada beberapa pengumpul besar tersebut bersaudara, tapi karena permasalahan pribadikeluarga, sehingga tidak saling berkomunikasi dan bahkan menjadi pesaing dalam peredaranperdagangan reptil, hal ini terjadi antara UD. Sumber Rejeki-Sragen dengan UD. Mintorejo-Sragen dan UD. Welang Sakti-Boyolali dan Pak Waluyo-Boyolali yang keduanya mempunyai hubungan kakak beradik.

4. Faktor siklus tanam padi. Faktor ini bisa disebut juga faktor alam, dimana

para pemburu ular jali yang 80 sebagai pemburu sambilan, dipengaruhi oleh siklus tanam di sawah beririgrasi teknis. Pada masa-masa panen dan tanam padi, para pemburu sambilan fokus pada pekerjaan di sawah. Sawah di lokasi pengamatan biasanya panen dua kali setahun, dengan periode panen, mengolah lahan hingga menanam padi pada bulan April-Mei dan Oktober-November, sehingga pada periode tersebut perolehan tangkapan ular jali berkurang. Periode waktu sawah dengan tanaman muda 2 bulan, adalah waktu yang optimal para pemburu mencari ular jali di habitat sawah. Oleh kerena itu siklus tanam padi faktor alam merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi hasil kelimpahan panenan ular jali di tingkat pengumpul besar di wilayah Jawa Tengah. Berdasarkan hal tersebut, apabila perburuan dilakukan pada individu ular jali yang sedang beraktivitas di luar sarang saja, maka secara tidak langsung akan menjaga kelestarian populasi ular tersebut, karena ada waktu jeda yang cukup lama 2 x 2 bulan dalam setahun dimana para pemburu sambilan fokus kepada pekerjaan di sawah sehingga ular jali juga mendapat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang biak.

5.2.2.2. Kelimpahan Relatif Tangkapan Langsung

Penentuan kelimpahan di habitat reptil dan khususnya jenis ular sangat sulit dilakukan. Hingga saat ini belum ditemukan metode yang secara umum dapat digunakan untuk menentukan kelimpahan jenis ular di alam. Beberapa jenis reptil telah berhasil jenis kura-kura untuk dilakukan perhitungan dengan CMR Capture Mark-Recapture, akan tetapi untuk ular sangat sulit dilakukan, karena perbedaan kondisiciri fisik satwa, perilaku dan kondisi habitatnya Krebs 1978; Seber 1982 PBC 1998 . Kesulitan lainnya karena jenis ular jali merupakan jenis komersil yang setiap waktu dapat tertangkap oleh pemburu ular. Pendekatan yang mungkin dilakukan yaitu dengan perkiraan kelimpahan relatif, dengan berdasarkan lama waktu pencarian dan luas areal pencarian, akan tetapi harus cermat dan disesuaikan dengan kondisi spesifik habitat dan perilaku dari jenis tersebut. Ular jali mempunyai habitat utama berupa sawah, terutama yang mempunyai sistem pengairan teknis dan atau yang menjamin keberadaan air hampir sepanjang tahun. Perilaku ular tersebut juga spesifik, yaitu aktif di siang Gambar 4 Tanda-tanda keberadaan dan kondisi habitat sawah ular jali. hari diurnal, mempunyai kemampuan pergerakan yang sangat cepat dan gesit sehingga oleh van Hoesel 1959 sering menyebut ular jali sebagai ular pelari. Para pemburupenangkap ular yang profesional telah paham dengan kondisi dan spesifikasi masing-masing jenis ular yang diburu, oleh karena itu mereka mempunyai teknik dan metode yang berbeda-beda dalam mengidentifikasi lokasi, mencari dan menangkap ular-ular tersebut. Beberapa hal yang mereka perhatikan adalah sebagai berikut : 1. Kondisi habitat. Habitat utama ular jali yaitu sawah, akan tetapi tidak semua kondisi sawah yang cocok untuk perburuan ular jali. Walaupun lokasi sawah tersebut diketahui merupakan habitat ular jali, bagi pemburu yang profesional akan memilih masa atau periode waktu pencarian dengan harapan optimal mendapatkan hasil, yaitu pada saat sawah dibiarkan setelah pengolahan sawah sebelum ditanami kondisi tergenang air dan kondisi tanaman padi muda 1 bulan, dimana tanaman belum tinggi dan rapat, sehingga memudahkan dalam pencarian dan penangkapan. Kondisi sawah seperti itu juga merupakan saat melimpahnya sumber pakan ular jali, terutama jenis katak dan kadal, sedangkan tikus biasanya banyak muncul saat tanaman padi sudah cukup tua 2 bulan. 2. Teknik identifikasi keberadaan ular jali. Para pemburu mengidentifikasikan lokasi yang dianggap habitat ular jali dengan melihat tanda-tanda yang ada, diantaranya yaitu gambar 4 : keberadaan jejak yang ditinggalkan berupa jejakjalur pergerakan, kulit bekas hasil pergantian kulit jw: nglungsungi, kotoran ular jali dan suara biasarnya bunyi katak dalam proses dimakan tapi belum matitertelan sepenuhnya. Apabila para pemburu telah