Kharakteristik Habitat TINJAUAN PUSTAKA

3.4.2. Kabupaten Pati

Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten kota di Jawa Tengah bagian timur, terletak diantara 1100, 50’ - 1110, 15’ bujur timur dan 60, 25’ – 70,00’ lintang selatan. Kabupaten Pati terletak di daerah pantai utara pulau jawa dan di bagian timur dari Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150 368 ha yang terdiri dalam 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan, 1106 dukuh serta 1474 RW dan 7524 RT. Dari segi letaknya Kabupaten Pati merupakan daerah yang strategis di bidang ekonomi sosial budaya dan memiliki potensi sumber daya alam serta sumber daya manusia yang dapat dikembangkan dalam semua aspek kehidupan masyarakat seperti pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, pertambangan dan pariwisata. Sebelah utara dibatasi wilayah Kab. Jepara dan Laut Jawa. Sebelah barat dibatasi wilayah Kab. Kudus dan Kab. Jepara. Sebelah selatan dibatasi wilayah Kab. Grobogan dan Kab. Blora. Sebelah timur dibatasi wilayah Kab. Rembang dan Laut Jawa. Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150 368 ha yang terdiri dari 58 448 ha lahan sawah dan 91 920 ha lahan bukan sawah. Jenis tanah, bagian utara terdiri dari tanah Red Yellow, Latosol, Aluvial, Hidromer dan Regosol. Sedangkan bagian selatan terdiri tanah Aluvial, Hidromer, dan Gromosol. Berdasarkan curah hujan wilayah di Kabupaten Pati terbagi atas berbagai type iklim oldeman antara type D hingga E, dengan rata – rata curah hujan pada tahun 2008 sebanyak 1.002 mm dengan 51 hari hujan, untuk keadaan hujan cukup, sedangkan untuk temperatur terendah 23 C dan tertinggi 39 C. Kabupaten Pati pada tahun 2008 mempunyai luas wilayah sebesar 1 503.68 km2. Dengan jumlah penduduk mencapai 1 256 182 pada akhir tahun 2008, maka Kabupaten Pati secara umum mempunyai kepadatan penduduk 830 jiwa per km2. Angka tersebut sama dibandingkan pada tahun 2007 sebesar 830 jiwa per km2. http:www.patikab.go.id.

3.4.3. Kabupaten Boyolali

Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah lebih kurang 101 510.0965 ha atau kurang 4,5 dari luas Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Boyolali terletak antara 110 22’ BT – 110 50’ BT dan 7 36’ LS – 7 71’LS dengan ketinggian antara 100 meter sampai dengan 1.500 meter dari permukaan laut. Sebelah timur dan selatan merupakan daerah rendah, sedang sebelah utara dan barat merupakan daerah pegunungan. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten dan DIY. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang. Luas wilayah Kabupaten Boyolali 101 510.0965 ha terdiri dari: lahan sawah 23 287.4945 ha 23,0 , lahan kering 56 186.0830 ha 55,3 , tanah lain 22 036.5190 ha 21,7 http:www.boyolalikab.go.id.

3.4.4. Kecamatan Semarang

Kabupaten Semarang merupakan salah satu Kabupaten dari 29 kabupaten dan 6 kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Terletak pada posisi 110 14 54,74 - 110 39 3 Bujur Timur dan 7 3’ 57” – 7 30’0” Lintang Selatan. Luas keseluruhan wilayah Kabupaten Semarang adalah 95 020.674 ha atau sekitar 2,92 dari luas Provinsi Jawa Tengah. Ibu kota Kabupaten Semarang terletak di kota Ungaran. Secara administratif Kabupaten Semarang terbagi menjadi 19 Kecamatan, 27 Kelurahan dan 208 desa. Batas-batas Kabupaten Semarang adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Boyolali. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kendal. Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang berkisar pada 500 – 2000 m diatas permukaan laut dpl, dengan ketinggian terendah terletak di desa Candirejo Kecamatan Pringapus dan tertinggi di desa Batur Kecamatan Getasan. Rata-rata curah hujan 1 979 mm dengan banyaknya hari hujan adalah 104 hari. Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh letak geografis Kabupaten Semarang yang dikelilingi oleh pegunungan dan sungai. Secara Hidrologi, kekayaan sumber daya air yang tersedia di Kab. Semarang diantaranya yaitu Waduk Rawa Pening yang memiliki volume air + 65 juta m 3 dengan luas genangan 2 770 ha pada ketinggian muka air maksimal, sedangkan dengan ketinggian permukaan air minimal memiliki volume + 25 juta m 3 dengan luas genangan 1760 ha http:www.semarangkab.go.id

3.4.5. Kabupaten Sragen

Secara geografis, Kabupaten Sragen terletak pada 7º 15’ LS dan 7º 30’ LS dan 110º 45’ BT DAN 111º 10’ BT dan berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas batas wilayah Kabupaten Sragen: Sebelah Timur adalah Kabupaten Ngawi propinsi jawa timur, Sebelah Barat adalah Kabupaten Boyolali, Sebelah Selatan adalah Kabupaten Karanganyar, Sebelah Utara adalah Kabupaten Grobogan. Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941 55 km2 yang terbagi dalam 20 kecamatan, 8 kalurahan dan 200 desa. Secara fisiologis, wilayah Kabupaten Sragen terbagi atas: 40 037.93 ha 42,52 berupa lahan basahsawah dan 54.117,88 ha 57,48 berupa lahan kering. Luas lahan sawah di Kabupaten Sragen Tahun 20082009 mencapai 39 759 ha yang terdiri dari: sawah pengairan teknis 18 974 ha, setengah teknis 3 761 ha, sederhana 2 234 ha, non PU 800 ha, tadah hujan 13 739 ha dan lain-lain 251 ha http:www.sragenkab.go.id. Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata 109 m dpl. Sragen menpunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19-31 ºC.Curah hujan rata-rata di bawah 3000 mm per tahun dengan hari hujan di bawah 150 hari per tahun. Jumlah penduduk Sragen berdasarkan data tahun 2005 sebanyak 865.417 jiwa, terdiri dari 427.253 penduduk laki laki dan 438.164 penduduk perempuan. Kepadatan penduduk rata rata 919 jiwakm2. http:www.sragenkab.go.id . 27

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa lokasi kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah terutama di beberapa kabupaten sebagai berikut: Kabupaten Boyolali, Sragen, Pati, Cilacap, Semarang dan Sukoharjo. Penelitian ini dilaksanakan selama ± 2 bulan, yaitu pada bulan April sd Mei 2012.

4.2. Alat dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peta kerja, thermo-higrometer digital, GPS, pita meter, termometer tanah, pH-moisture stick meter, timbangan pegas, kaliper, kamera digital, tambang plastik, kantong plastik, karung terigukain, alat tulis, tally sheet, software SPSS 19 serta komputer.

4.3. Kerangka Pemikiran

Pemanfaatan satwaliar secara lestari dapat tercapai dengan adanya perlindungan spesies dan habitat serta pengendalian pemanenan. Secara umum, terdapat mekanisme yang telah disepakati secara internasional dalam hal pemanfaatan satwaliar, yaitu diatur oleh CITES. Terdapat 3 katagori di dalam mekanisme CITES terhadap pemanfaatan satwa liar, yaitu spesies yang masuk dalam Appendix I, Appendix II dan Appendix III. Ular jali Ptyas mucosus merupakan jenis satwaliar yang telah diperdagangkan secara internasional, baik berupa kulit, daging maupun hidup serta masuk dalam Appendix II CITES. Berdasarkan ketentuan, maka pemanfaatan dari alam masih dimungkinkan namun perlu pengendalian dan monitoring sehingga pemanfaatannya dapat berlangsung secara lestari. Bentuk pengendalian pemanfaatan satwaliar dalam Appendix II adalah dengan penetapan kuota. Oleh karena itu untuk menjamin kelestarian ular jali di alam diperlukan data dan informasi yang meliputi data pola tata niaga, populasikelimpahan, morfometri dan karakteristik habitat. 28 Data dan informasi terkait dengan ekologi dan biologi ular jali tersebut dijadikan dasar pertimbangan pengelolaan populasi dan habitat ular tersebut. LIPI sebagai Scientific authority dan PHKA sebagai Management authority bertanggung jawab dalam hal monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan terhadap status populasi dan kondisi habitat ular jali agar tetap lestari.

4.4. Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa: 1. Data kelimpahan relatif ular jali di lokasi tangkap habitat. 2. Data kelimpahan relatif ular jali panenan di lokasi pengumpul. 3. Data karakteristik habitat habitat mikro ditemukannya ular jali 4. Data morfometri dari ular jali yang tertangkap dan panenan pengumpul. 5. Informasi faktor-faktor yang mempengaruhi tata niaga ular jali Data sekunder berupa: jenis ular yang ditemukan di habitat ular jali, literatur yang mendukung, keadaan iklim dan topografi, peta kawasan, dan data pendukung lainnya.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dari wawancara dengan pengelola kawasan Balai KSDA Jawa Tengah, baik yang berada di kantor balai 1 orang Ka.Balai dan 2 orang staf bidang pemanfaatan di Semarang maupun yang ada di seksi wilayah 2 orang Ka. Seksi Wilayah, para pengumpul ular, para pemburupenangkap ular, studi literatur berupa text book, data hasil penelitian sebelumnya, jurnal serta literatur yang relevan dengan penelitian ini. Data primer ekologi diperoleh dengan pendekatan pengamatan langsung observational approach di lapangan Goodall 1970 dalam Jhonson dan Bhattacharyya 1987. Pertama, yaitu dengan mendatangi lokasi yang menjadi habitat ular jali untuk memperoleh data dan informasi tentang komponen- komponen yang merupakan bagian dari karakteristik habitat ular tersebut. Unit contohnya adalah titik lokasi berupa lubang sarang ular jali. Kedua, dengan melihat karakteristik morfometri di lokasi tangkap dan di tempat para pengumpul