parit, saluran irigasi tersier, mata air dan saluran air yang terdapat di sekitar lokasi ditemukannya lubang sarang tersebut Gambar 15. Hal ini mendukung
pernyataan van Hoesel 1959 bahwa ular jali sering ditemukan di tepi-tepi sungai sumber air. Hasil informasi dari para pemburu profesional menyatakan bahwa
ular jali tidak tahan dalam kondisi kering, karena akan cepat lemas dan mati apabila tidak dibasahi atau berada di tempat yang lembab atau basah. Oleh karena
itu tingkat ketergantungan ular jali terhadap keberadaan sumber air adalah tinggi. Disamping adanya kelimpahan pakan yang banyak ditemukan di sawah dan dekat
dengan sumber air, yaitu berupa katak dan tikus sawah Tweedie 1998.
5.4.1.8. Jarak Dari Pemukiman
Keberadaan habitat ular jali yang berupa sawah, mempunyai kecenderungan berada tidak jauh dari pemukiman penduduk, terlebih lagi dengan meningkatnya
populasi manusia yang semakin banyak membutuhkan ruang untuk berbagai keperluan hidupnya. Perhitungan jarak lokasi lubang sarang ular jali dilakukan
untuk melihat sebaran jarak dari pemukiman yang ada di sekitar sarang tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh kisaran jarak antara lokasi lubang
sarang ular jali dengan pemukiman yaitu 50 hingga 300 m. Rata-rata mean jarak pemukiman tersebut adalah 159.27 m Std.Dev.=66.19 dengan nilai tengah
median 150 m.
Gambar 16 Diagram sebaran data frekuensi keberadaan sarang ular jali terhadap jarak dari pemukiman.
Frekuensi ditemukannya lubang sarang hampir merata pada jarak Gambar 11 yang terbagi dalam 3tiga kelas selang dengan nilai tertinggi pada selang 50–133
m yaitu 21 lubang sarang. Berdasarkan hasil perhitungan chi-square diperoleh bahwa terima H0, yaitu selang kelas peubah jarak dari permukiman yang ada
disukai ular jali secara merata. Keberadaaan sawah di lokasi pengamatan rata-rata tidak jauh dari
pemukiman, bahkan menurut van Hoesel 1959 ular jali tidak jarang ditemukan di sekitar pemukiman terutama yang berdekatan dengan sawah sebagai habitat
utama ular tersebut. Kondisi sawah di lokasi ditemukannya ular jali banyak berupa hamparan
yang tidak begitu luas dan berada dikelilingi atau berdekatan dengan pemukiman. Lokasi habitat tersebut terutama lokasi persawahan terasering yang mempunyai
kelerengan yang agak curam, seperti yang dijumpai di Kabupaten Semarang, Boyolali dan Cilacap.
5.4.1.9. Kelerengan Lokasi
Keberadaan lokasi lubang sarang ular jali yang ditemukan selama pengamatan sebagian besar berada di sawah yang berteras-siring. Hal ini
menujukkan bahwa kelas kelerengan berpengaruh terhadap karakteristik habitat ular jali. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837KptsUm111980, tentang
kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung, diperoleh pembagian kelas kelerengan sebagai berikut :
Tabel 10 Kelas kelerengan lahan SK MenTan No. 837KptsUm111980
Kelas lereng Kelerengan
Keterangan
1 1 - 8
Datar 2
8 - 15 Landai
3 15 - 25
agak curam 4
25 - 45 Curam
5 45 atau lebih
sangat curam
Hasil pengamatan diperoleh bahwa frekuensi tertinggi keberadaan lubang sarang terhadap kelerengan terdapat pada kelas kelerengan 3, yaitu 24 lubang
sarang gambar 12, sehingga dapat dinyatakan bahwa sebagian besar lubang sarang berada di lokasi yang “agak curam” Tabel 10.