Pola Tata Niaga Metode Pengumpulan Data

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Tata Niaga Ular Jali Di wilayah Jawa Tengah

Tata niaga ular jali dan reptil secara umum merupakan sistem perdagangan yang mengatur komoditas berupa ular jali beserta hasil turunannya. Hasil penelitian dan pengamatan ular jali di Jawa Tengah ini, diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi sistem tata niaga satwaliar, terutama di kelompok reptil, baik dari rantai tata niaga, para pelaku, harga dan faktor lainnya. Berdasarkan dari studi literatur dan wawancara, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi sistem dan kondisi tata niaga, khususnya untuk ular jali di Jawa Tengah, diantaranya yaitu:

5.1.1. Pelaku PeredaranTata Niaga Ular Jali

Pelaku disini merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam rantai tata niaga ular dari berbagai tingkat. Para pelaku yang terlibat dalam perdagangan ular jali di Wilayah Jawa Tengah, adalah sebagai berikut : 1. Eksportir. Eksportir dalam sistem tata niaga reptil di sini merupakan pihak yang mempunyai ijin untuk eksport satwa liar dan bagian-bagiannya, baik dalam keadaan hidup maupun dalam keadaan mati berupa kulit maupun daging. Eksportir di dalam tata niagaperedaran ular jali biasanya juga berperan sebagai pengumpul besar. Di wilayah Jawa Tengah terdapat 3 tiga eksportir, yaitu: UD. Welang Sakti daging, UD. Naga Jaya daging dan UD. Santoso kulit. Mereka mendapat ijin sebagai eksportir satwa liar dari Dirjen PHKA, Kementerian Kehutanan atas rekomendasi dari BKSDA Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No: 447Kpts-II2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar pasal 51; ayat 5 masa berlaku sebagai eksportir adalah selama 5 lima tahun dan dapat diperpanjang. Para eksportir, baik kulit maupun daging, biasanya mempunyai pembeli buyer danatau “bos besar” yang berbeda-beda di luar negeri. Tujuan ekspor untuk daging yaitu ke Negara Hongkong, Cina dan Taiwan