Frekuensi ditemukannya lubang sarang hampir merata pada jarak Gambar 11 yang terbagi dalam 3tiga kelas selang dengan nilai tertinggi pada selang 50–133
m yaitu 21 lubang sarang. Berdasarkan hasil perhitungan chi-square diperoleh bahwa terima H0, yaitu selang kelas peubah jarak dari permukiman yang ada
disukai ular jali secara merata. Keberadaaan sawah di lokasi pengamatan rata-rata tidak jauh dari
pemukiman, bahkan menurut van Hoesel 1959 ular jali tidak jarang ditemukan di sekitar pemukiman terutama yang berdekatan dengan sawah sebagai habitat
utama ular tersebut. Kondisi sawah di lokasi ditemukannya ular jali banyak berupa hamparan
yang tidak begitu luas dan berada dikelilingi atau berdekatan dengan pemukiman. Lokasi habitat tersebut terutama lokasi persawahan terasering yang mempunyai
kelerengan yang agak curam, seperti yang dijumpai di Kabupaten Semarang, Boyolali dan Cilacap.
5.4.1.9. Kelerengan Lokasi
Keberadaan lokasi lubang sarang ular jali yang ditemukan selama pengamatan sebagian besar berada di sawah yang berteras-siring. Hal ini
menujukkan bahwa kelas kelerengan berpengaruh terhadap karakteristik habitat ular jali. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837KptsUm111980, tentang
kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung, diperoleh pembagian kelas kelerengan sebagai berikut :
Tabel 10 Kelas kelerengan lahan SK MenTan No. 837KptsUm111980
Kelas lereng Kelerengan
Keterangan
1 1 - 8
Datar 2
8 - 15 Landai
3 15 - 25
agak curam 4
25 - 45 Curam
5 45 atau lebih
sangat curam
Hasil pengamatan diperoleh bahwa frekuensi tertinggi keberadaan lubang sarang terhadap kelerengan terdapat pada kelas kelerengan 3, yaitu 24 lubang
sarang gambar 12, sehingga dapat dinyatakan bahwa sebagian besar lubang sarang berada di lokasi yang “agak curam” Tabel 10.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para pemburu ular, keberadaan habitat ular jali di sawah-sawah yang berkontur sistem teras siring, karena banyak
ditemukan punggungan pematang sawah yang berpotensi sebagai lokasi lubang sarang ular jali tersebut, yaitu dengan memanfaatkan lubang tikus yang cukup
dalam yang berada di punggungan pematang sawah. Ular jali membutuhkan ruang yang cukup besar dan lubang yang cukup dalam karena ukuran panjang ular jali
dewasa hingga mencapai 250 cm, dimana saat melingkar bisa membentuk diameter 30 cm.
Menurut Alikodra 1990, ular, katak dan tikus menggunakan tanggultanggul dan pematang sawah sebagai tempat bersembunyi dan bersarang.
Kondisi sebaliknya tidak dijumpai pada lokasi sawah dengan kelas kelerengan yang landai datar, potensi keberadaan lubang sarang hanya terdapat pada
tanggul-tanggul saluran air yang cukup besar, sedangkan pematang sawah yang kecil dan tidak berpunggungan tidak memungkinkan tikus dapat membuat lubang
di lokasi tersebut. Kalaupun ada hanya berupa lubang kepiting sawah jw:yuyu. Berdasarkan hasil perhitungan chi-square diperoleh bahwa tolak H0, yaitu
setidaknya ada satu selang kelas yang disukai dari peubah tingkat kelerengan ini oleh ular jali dibandingkan setidaknya satu selang kelas yang lainnya.
Secara umum, karakteristik habitat ular jali yang diamati tersebut diatas merupakan sebagian dari peubah karakteristik habitat suatu satwaliar. Masih
banyak komponen biotik maupun abiotik lainnya yang dapat menjadi peubah yang Gambar 17 Diagram sebaran data frekuensi keberadaan sarang ular jali
terhadap kelas kelerengan lokasi.
mungkin lebih dominan, akan tetapi dari hasil pengamatan ini diharapkan dapat memperkaya informasi dan data awal terkait kondisi habitat ular dari aspek
kondisi lubang sarang ular tersebut. Berdasarkan uji chi-square dari frekuensi keberadaan lubang sarang dari masing-masing karakteristik habitat yang diamati,
menunjukkan hanya peubah jarak dari pemukiman yang menerima hipotesa H0, sedangkan peubah-peubah lainnya tolak H0 Lampiran 8. Hal ini menunjukkan
bahwa lubang sarang ular jali mempunyai kecederungan menempati lokasi habitat dengan spesifikasi tertentu. Oleh karena itu perlu studi lanjutan yang lebih detail
dan mendalam terkait dengan karakteristik habitat ular jali tersebut. Keperluan untuk mengetahui lebih detail terkait kondisi karakteristik habitat
ular jali merupakan hal yang sangat penting sebagai salah satu informasi dalam monitoring perkembangan kondisi populasi di alam. Menurut Cagle 2008,
informasi habitat satwaliar sangat penting untuk perencanaan tindakan konservasi yang efektif, karena habitat tidak hanya mempengaruhi distribusi spesies akan
tetapi juga mempengaruhi kelangsungan hidup spesies tersebut jangka panjang. Hal ini berguna untuk mengantisipasi semakin berkurang dan rusaknya habitat
alami ular jali, khususnya di wilayah Jawa Tengah.