28 Data dan informasi terkait dengan ekologi dan biologi ular jali tersebut
dijadikan dasar pertimbangan pengelolaan populasi dan habitat ular tersebut. LIPI sebagai Scientific authority
dan PHKA sebagai Management authority bertanggung jawab dalam hal monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan
terhadap status populasi dan kondisi habitat ular jali agar tetap lestari.
4.4. Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa:
1. Data kelimpahan relatif ular jali di lokasi tangkap habitat.
2. Data kelimpahan relatif ular jali panenan di lokasi pengumpul.
3. Data karakteristik habitat habitat mikro ditemukannya ular jali
4. Data morfometri dari ular jali yang tertangkap dan panenan pengumpul.
5. Informasi faktor-faktor yang mempengaruhi tata niaga ular jali
Data sekunder berupa: jenis ular yang ditemukan di habitat ular jali, literatur yang mendukung, keadaan iklim dan topografi, peta kawasan, dan data
pendukung lainnya.
4.5. Metode Pengumpulan Data
Data sekunder diperoleh dari wawancara dengan pengelola kawasan Balai KSDA Jawa Tengah, baik yang berada di kantor balai 1 orang Ka.Balai dan 2
orang staf bidang pemanfaatan di Semarang maupun yang ada di seksi wilayah 2 orang Ka. Seksi Wilayah, para pengumpul ular, para pemburupenangkap ular,
studi literatur berupa text book, data hasil penelitian sebelumnya, jurnal serta literatur yang relevan dengan penelitian ini.
Data primer ekologi diperoleh dengan pendekatan pengamatan langsung observational approach di lapangan Goodall 1970 dalam Jhonson dan
Bhattacharyya 1987. Pertama, yaitu dengan mendatangi lokasi yang menjadi habitat ular jali untuk memperoleh data dan informasi tentang komponen-
komponen yang merupakan bagian dari karakteristik habitat ular tersebut. Unit contohnya adalah titik lokasi berupa lubang sarang ular jali. Kedua, dengan
melihat karakteristik morfometri di lokasi tangkap dan di tempat para pengumpul
29 ular, baik yang berskala kecil, sedang maupun besar. Unit contohnya adalah titik
tangkap di lokasi pencarian ular jali tersebut.
4.5.1. Pola Tata Niaga
Kebutuhan manusia akan satwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah kehidupan manusia. Baik untuk keperluan asupan energi dan protein
daging, susu dll maupun untuk kepentingan kesenangan piaraan dan bahan eksporasi bagi para peneliti. Peningkatan kebutuhan tersebut membentuk pasar
perdagangan satwa Yuwono 1998. Oleh karena itu, perlu diketahui kondisi tata niaga dan kondisi pasar reptil,
khususnya ular jali, terutama di Jawa Tengah sebagai salah satu wilayah penghasilpenangkapan di alam. Informasi diperoleh dengan melakukan
wawancara kepada asosiasi 1 orang, eksportir 2 orang, para pengumpul besar 6 orang, pengumpul sedang 3 orang, pengumpul kecil 4 orang
dan pemburupenangkap
di lapangan 4 orang. Beberapa informasi yang
dikumpulkan adalah : para pelaku, struktur dan rantai tata niaga ular jali di wilayah Jawa Tengah
4.5.2. Data Kelimpahan Relatif
Populasi ular di suatu wilayah dapat diketahui dengan mengetahui kelimpahan satwa tersebut dalam suatu habitat. Kelimpahan ini ada dua
kelompok, yaitu kelimpahan absolut dan kelimpahan relatif PBC 1998. Masing- masing kelimpahan ini ada kelemahan dan kekuatan masing-masing, tergantung
dari tujuan penelitian dan sumberdaya yang tersedia dalam pelaksanaannya. Masing-masing kelimpahan tersebut juga mempunyai metode pengambilan data
yang berbeda-beda, yang disesuaikan dengan pendekatan tujuan penelitian, sumberdaya yang ada dan situasi serta kondisi lapangan.
Kelimpahan relatif digunakan untuk memperkirakan ukuran populasi ular walupun seringkali bias.
Namun demikian apabila dilakukan dengan metode yang benar dan sesuai serta dengan sumberdaya yang intensif, pada data yang terkumpul banyak akan
memberikan data dan informasi yang valid dan bermanfaat PBC 1998.