Harga Ular Jali Tata Niaga Ular Jali Di wilayah Jawa Tengah

wilayah Jawa Tengah yang sebesar 40 700 ekor 40 500=kulit; 200=hidup. Menurut Sugardjito et.al. 1998, tingkat tangkapan dalam setahun ular jali di Jawa Tengah sekitar 24 671–117 551 ekor. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi management authority dan scientific authority, apakah meningkatkan jumlah kuota wilayah atau melakukan pengendalian pemanenan di alam. Penentuan kebijakan tersebut harus didukung kegiatan penelitian lanjutan yang lebih intensif dan mendalam. Menurut Seber 1982, hasil dari perhitungan kelimpahan relatif terutama berguna untuk membandingkan populasi jenis yang sama di lokasi pengamatan yang berbeda. Penerimaan ular jali rata-rata per bulan untuk masing-masing pengumpul dari 6 pengumpul besar di Jawa Tengah dapat dilihat pada Lampiran 3. Selain dari 6 pengumpul besar tersebut, sebenarnya terdapat beberapa pengumpul yang termasuk berskala usaha cukup besar, akan tetapi tidak banyak menerima ular jali, karena mereka mempunyai fokus jenis reptil lain misalnya UD. Jari Asih-Pati terutama menerima jenis tokek; UD. Snake Center terutama menerima ular kobra dan atau menjadi “posisi” agen dengan menjual hidup ular jali yang diperolehnya dalam jumlah sedikit ke pengumpul besar yang menerima dan memproses ular jali. Hasil wawancara dengan beberapa pemburu hingga pengumpul besar, diperoleh bahwa beberapa faktor mempengaruhi jumlah penerimaan jumlah ular jali di masing-masing pengumpul. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Faktor Harga. Faktor harga mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mengendalikan peredaran ular jali. Adanya kelas ukuran ular jali yang ditangkap juga dipengaruhididorong oleh faktor harga. Fluktuasi dan selisih harga diantara para pengumpul besar yang terdapat di wilayah Jawa Tengah mempengaruhi tujuan para pengumpul sedang, agen dan pemburupenangkap langsung untuk menjual ular jali yang mereka kumpulkan. Pada saat ini harga ular jali cukup tinggi, yaitu berkisar Rp 50 000.00–Rp 65 000.00 di tingkat pengumpul besar untuk kelas ukuran 1 kgekor. 2. Faktor Lokasi Pengumpul. Keberadaan para pengumpul besar ular jali yang ada di Jawa Tengah tersebar di beberapa lokasiwilayah kotakabupaten, yaitu di Kabupaten Cilacap, Boyolali, Sragen dan Pati. Beberapa pengumpul besar tersebut mempunyai jarak yang berdekatan satu wilayah Kabupaten, terutama di Kabupaten Boyolali, Pati dan Sragen yang masing-masing terdapat pengumpul besar. Secara simultan terkait dengan harga pasar, para pengumpul sedang, agen dan atau para pemburupenangkap langsung, berusaha mendatangi pengumpul besar yang berani membeli dengan harga tertinggi. Hal ini dijumpai langsung, seorang agen dari wilayah Kabupaten Boyolali Kecamatan Simo menjual ular jali ke pengumpul besar di Kabupaten Sragen UD. Sumber Rejeki padahal di Boyolali terdapat 2 pengumpul besar UD. Welang Sakti dan Pak Waluyo. Sebaliknya dengan pengumpul di Pati, yang berjauhan dengan pengumpul besar lainnya, memperoleh ular jali dengan jumlah yang cukup banyak dari wilayah sekitarnya. 3. Faktor Keterikatan Hubungan Para Pengumpul. Keterikatan hubungan antar para pengumpul besar terjadi di dalam peredaran satwa liar, terutama ular jali, di Wilayah Jawa Tengah dalam bentuk hubungan kekerabatan saudara sedarah atau karena pernikahan, akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya berlaku secara umum. Contoh kasus yang dijumpai yaitu adanya alur peredaran satwa ketika terjadi hubungan pernikahan antar anak pengumpul besar UD. Sumber Rejeki-Sragen dengan UD. Naga Puspa- Pati, dimana ular jali yang berasal dari UD. Sumber Rejeki dijual hidup ke UD. Naga Puspa semenjak adanya ikatan pernikahan tersebut, untuk diproses potong dan olah kulit dan daging, dimana sebelumnya UD. Sumber Rejeki menjual ke UD. Welang Sakti-Boyolali. Pada kondisi yang berbeda, walaupun ada beberapa pengumpul besar tersebut bersaudara, tapi karena permasalahan pribadikeluarga, sehingga tidak saling berkomunikasi dan bahkan menjadi pesaing dalam peredaranperdagangan reptil, hal ini terjadi antara UD. Sumber Rejeki-Sragen dengan UD. Mintorejo-Sragen dan UD. Welang Sakti-Boyolali dan Pak Waluyo-Boyolali yang keduanya mempunyai hubungan kakak beradik.

4. Faktor siklus tanam padi. Faktor ini bisa disebut juga faktor alam, dimana

para pemburu ular jali yang 80 sebagai pemburu sambilan, dipengaruhi