Tata Niaga Ular Jali

populasi yang dieksploitasi, biasanya mortalitas total dibagi menjadi mortalitas akibat eksploitasi tersebut dan mortalitas karena proses alami predasi, karena penyakit dan akibat kondisi iklim. Menurut Dodd Jr 1993 dan Garel et al. 2005, monitoring terhadap ukuran populasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, akan tetapi sensus terhadap populasi satwaliar adalah tugas yang berat. Sebagai alternatifnya, pendekatan kelimpahan sebagai contoh perhitungan yang telah distandarisasi telah dikembangkan Eberhardt and Simmons 1987; Link and Sauer 1997; Williams et al. 2002 dalam Garel et al. 2005. Menurut Krebs 1978; Seber 1982 dan PBC 1998, perhitungan untuk menduga kelimpahan absolut dapat diperoleh dengan metode capture-mark-recapture, akan tetapi secara prakteknya sangat sulit dilakukan pada jenis ular. Berdasarkan sifat ular yang seringkali mempunyai warna dan perilaku yang tidak jelas sulit dideteksi, serta sulit ditemukan ketika dicari, sehingga menjadi masalah dalam hal pendugaan ukuran populasinya. Menurut PBC 1998, ular juga biasanya berkelompok kecil dan tersebar, baik secara spasial maupun temporal, sehingga sering ditemukan melimpah disuatu tempat pada kondisi waktu tertentu. Oleh karena itu diperlukan upaya dan tenaga yang intensif untuk mendapatkannya. Kelimpahan relatif digunakan untuk memperkirakan ukuran populasi ular walupun seringkali bias. Namun demikian apabila dilakukan dengan metode yang benar dan sesuai serta dengan sumberdaya yang intensif, pada data yang terkumpul banyak akan memberikan data dan informasi yang valid dan bermanfaat PBC 1998. Pengambilan data untuk mendapatkan informasi kelimpahan relatif, juga dipengaruhi peubah lingkungan waktu pencarian, musim, cuaca dll dimana seharusnya dalam kondisi stabil, karena akan mempengaruhi aktivitas ular. Beberapa metode yang dapat digunakan sebagi penduga kelimpahan relatif menurut PBC 1998 adalah dengan metode 1 Trapping mendeteksi ada atau tidak adanya ular di lokasi studi, 2 Time- Constrained Searches pencarian berbatas waktu, 3 Quadrat Searches pencarian dalam bentuk kuadratluasan dan 4 Transect Searches pencarian dalam transek. Menurut Krebs 1982; Haryono dan Tjakrawidjaja 2005 pendugaan ukuran populasi dapat juga dilakukan dengan pendekatan CPUE Cacth per unit effort yang selama ini sering dilakukan terhadap populasi ikan. Hingga saat ini untuk data kelimpahan ular jali di alam masih sangat jarang, begitu juga dengan ular jenis lainnya di Indonesia. Data yang tersedia selama ini merupakan stok jumlah yang terkumpul di pengumpul ular yang sering dianggap sebagai kelimpahan panenan, padahal jumlah stok tersebut belum dapat menggambarkan hasil panenan sebenarnya di tingkat penangkap. Parameter utama yang berpengaruh terhadap ukuran populasi adalah natalitas kelahiran, mortalitas kematian, imigrasi dan emigrasi Krebs 1978, sehingga akan mempengaruhi kepadatan suatu populasi satwa. Populasi meningkat dengan adanya natalitas, yang ditandai dengan dihasilkannya individu baru dengan kelahiran birth, penetasan hacthing, perkecambahan germination atau pembelahan diri fission Krebs 1978. Tingkat kelahiran merupakan jumlah organisme yang dilahirkan oleh individu betina per unit waktu. Ular jali, d alam satu cluth per individu betina dewasa terdapat telur antara 7–16 buah van Hoesel 1959, sedangkan yang dipelihara di penangkaran, menurut Aji 2011 telah dapat matang kelamin pada umur 11–18 bulan dan dapat berkembangbiak selama 2–3 kali dalam satu tahun dengan rata- rata satu cluth sebanyak 15 butir telur yang akan menetas dalam rentang waktu 56-69 hari terutama dipengaruhi oleh suhu kandangsarang. Mortalitas akan menentukan populasi, yang akan menyebabkan berkurangnya kepadatan populasi Krebs 1978; Odum 1994. Mortalitas kematian diartikan sebagai kematian individu-individu dalam populasi pada suatu kurun waktu tertentu Odum 1994. Mortalitas terbagi menjadi 1 mortalitas minimun yaitu kematian pada kondisi yang ideal atau tidak ada faktor yang membatasi atau individu mati hanya karena faktor umur yang sudah tua dan 2 mortalitas ekologi mortalitas saja yaitu hilangnya individu dalam kondisi lingkungan tertentu. Menurut Seber 1982, didalam populasi yang dieksploitasi, biasanya mortalitas total dibagi menjadi mortalitas akibat eksploitasi tersebut dan mortalitas karena proses alami predasi, karena penyakit dan akibat kondisi iklim. Berdasarkan teori dasar diatas, dapat disebutkan bahwa untuk di Indonesia kematian yang diakibatkan adanya pemanfaatan, mortalitas minimal dapat dilihat