Topografi Hidrologi, Drainase, dan Tingkat Bahaya Erosi

52 tanah ini umumnya berupa semak belukar dan tanah kosong yang ditemukan di sebelah utara kawasan Kecamatan Sulamu.

4.1.5 Topografi

Topografi kawasan adalah wilayah dataran rendah yang cukup luas, yang diapit oleh daerah pantai Teluk Kupang dan perbukitan. Daerah ini memiliki bentuk lahan yang beragam. Landform pada daerah studi disusun oleh lereng yang bervariasi mulai dari datar 0-8, landai 8-15, agak miring 15-25, curam 25-40, dan sangat curam 40 Gambar 9. Desa Bipolo, Desa Oeteta, dan Desa Pariti memiliki topografi yang datar 0- 3 sehingga sangat berpengaruh pada pemanfaatan lahan untuk pertanian lahan kering, lahan basah, dan perikanan tambak. Di wilayah utara desa memiliki topografi kawasan yang landai dan curam dengan penutupan lahan hutan dan semak belukar. Perpindahan kompleks kantor Pemerintahan Kabupaten Kupang ke Oelamasi, maka akan berpengaruh pada perubahan fungsi lahan kawasan sehingga dikhawatirkan tidak memperhatikan kesesuaian dan daya dukung lahan seperti berubahnya lahan pertanian menjadi permukiman. Memasuki jalan utama desa Pantai Beringin, Desa Pitay, Kelurahan Sulamu, dan Desa Pantulan topografi lahan menjadi landai. Kemiringan sebesar 8-15 dapat dilihat pada kondisi jalan dan kawasan yang berbukit. Pertanian pada skala luas sebagai pemanfaatan kawasan lebih sulit ditemui pada desa-desa tersebut dan sebagian besar penduduk melakukan kegiatan pertanian lahan kering di pekarangannya. Gambar 9. Peta topografi Kecamatan Sulamu Bappeda Kupang 2010 53

4.1.6 Hidrologi, Drainase, dan Tingkat Bahaya Erosi

Jika dilihat dari kondisi hidrologi kawasan, sumber air yang ada pada tapak adalah dari sungai dan mata air tanah. Beberapa sungai yang merupakan air permukaan yang ada di Kecamatan Sulamu menurut sistem hidrologi di Kabupaten Kupang termasuk dalam daerah aliran sungai DAS Biboko yang mencakup Desa Bipolo, Desa Oeteta, dan Desa Pariti. Desa Pantai Beringin, Desa Pitay, dan Kelurahan Sulamu diliputi oleh DAS Netatekok, sedangkan Desa Pantulan diliputi oleh DAS Pantulan Emilda et al. 2012. Tapak dilewati oleh beberapa sungai dari DAS Biboko. Dari survei penelitian yang dilakukan, sungai tersebut rata-rata memiliki lebar 8-15 m yang umumnya mempunyai arus yang tenang. Pola aliran sungai yang terdapat pada tapak adalah pola dendritik seperti percabangan yang tidak teratur dengan arah dan sudut yang beragam yang berkembang di batuan yang homogen. Sumber air tanah pada kawasan dipergunakan oleh penduduk desa untuk keperluan sehari-hari yaitu sebagai air minum dan kebutuhan penting lainnya. Sumber air tanah kawasan terbagi dua, yaitu sumber air tanah dangkal di Desa Bipolo, Desa Oeteta, dan setengah bagian Desa Pariti, serta sumber air tanah menengah ke dalam yang terdapat di Kelurahan Sulamu, Desa Pantai Beringin, Desa Pitay, dan Desa Pantulan karena memiliki relief wilayah berbukit-bukit Gambar 10. Gambar 10 Peta hidrologi Kecamatan Sulamu Bappeda Kupang 2010 Prasarana irigasi yang ada di kawasan adalah bendungan Gambar 11, embung, dan gorong-gorong yang dalam keadaan baik, sedangkan saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier dalam keadaan baik dan rusak yang hanya ditemukan pada Desa Bipolo, Desa Oeteta, dan Desa Pariti. Pada sebagian tapak belum ada sistem drainase lingkungan yang permanen dan jika musim hujan akan terjadi genangan air. Penyebab dari genangan adalah adanya saluran irigasi yang meluap pada musim hujan. 54 Di Kecamatan Sulamu, erosi lebih sering disebabkan oleh faktor air, dengan kerusakan tanah di lokasi pada akhir perpindahan aliran permukaan yang mengangkat butir-butir tanah dengan terjadinya proses pengendapan Parker dan Bryan 1989. Tingkat bahaya erosi pada tapak sangat beragam, yaitu rawan banjir kategori buruk dan sedang serta rawan longsor kategori rawan dan sangat rawan. Data yang diperoleh dari Bappeda Kupang 2010 menunjukkan kawasan Desa Bipolo, Desa Oeteta, dan Desa Pariti terletak di daerah rawan banjir sedang, sedangkan Desa Pariti terletak di kawasan rawan longsor. Demikian pula, Desa Pantulan yang terletak di kawasan rawan banjir buruk. Kategori rawan erosi ini terjadi karena adanya pertemuan sungai dan laut daerah muara yang dipicu oleh penggunaan kayu bakau mangrove untuk kebutuhan masyarakat. Sungai Biboko Bendungan irigasi di Desa Bipolo Gambar 11 Hidrologi di Kecamatan Sulamu

4.1.7 Pola Penggunaan Lahan