Pertanian terpadu secara horizontal berbasis wilayah desa

62 Tabel 19 Pakan ternak pada umumnya di Kecamatan Sulamu No Ternak Pakan 1 Sapi Rumput king grass, Jerami padi Daun jagung, Daun lamtoro Daun turi Gala-Gala, Sayuran sisa panen Semak bunga putih 2 Babi Dedak padi, batang pisang Buah jambu mete, Hancuran jagung kering Sayuran Sisa Panen, Putak Batang Gewang 3 Ayam Hancuran biji jagung kering Dedak padi Desa Pitay dan Desa Pantulan, pada umumnya masyarakat hanya memiliki satu jenis usaha tani tanaman, yaitu padi gogo, atau usaha ternak yang bernilai 1. Namun, pada aspek usaha tani tanaman, padi gogo ditumpangsari dengan jagung atau singkong Gambar 17. Gambar 17 Tumpang Sari di Desa Pitay dan Pantulan

4.4.2 Pertanian terpadu secara horizontal berbasis wilayah desa

Pada aspek pertanian terpadu secara horizontal berbasis wilayah desa, lima desa memiliki tiga komoditas tanaman-ternak-ikan plus komoditas tumpang sari, yaitu Desa Bipolo, Oeteta, Pariti, Pantai Beringin, dan Sulamu bernilai 4, dua desa memiliki tiga komoditas tanaman-ternak-ikan tanpa tumpang sari, yaitu Desa Pitay dan Pantulan yang bernilai 2. Jenis usaha tani dan sistem tumpang sari pada masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 20. Sistem tumpang sari antara tanaman-tanaman dan tanaman-ternak pada kawasan dapat dilihat pada Gambar 18. Di Kecamatan Sulamu, jagung merupakan tanaman pangan yang paling sering ditumpangsarikan dengan tanaman lain. Jagung adalah tanaman pangan terpenting kedua setelah padi dan berfungsi sebagai pengganti beras dan sebagai pakan ternak. Penduduk desa biasanya menanam jagung di tanah kosongkebun atau miliknya pada saat musim hujan Desember-Januari. Pola tanam yang dilakukan adalah secara bersisipan relay cropping, yaitu dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman pohon selain tanaman jagung dalam waktu tanam yang bersamaan seperti pepaya, kelapa, mangga, atau pun tanaman sayuran lainnya seperti sawi, kacang panjang, singkong, atau pun labu. 63 Tabel 20 Jenis usaha tani dan sistem tumpang sari di Kecamatan Sulamu Usaha tani tanaman Usaha tani ternak Usaha tani ikan Tumpang sari Desa Bipolo Padi sawah Hortikultura sayur Hortikultura buah Sapi penggembalaan Kambing penggembalaan Babi kandang Ayam buras Ikan bandeng tambak Ikan nila tambak Ikan mas tambak Garam tambak Padi sawah-sapi Jagung-ubi kayu Padi gogo –ayam kampung Sayuran- ikanudang Gewang- ternak Desa Oeteta Padi sawah Hortikultura sayur Hortikultura buah Kebun jambu mete Sapi penggembalaan Kambing penggembalaan Babi kandang Ayam buras kampung Garam tambak Ikanudang tangkap dengan perahu, waring dan pukat Padi sawah-sapi Padi gogo –ternak ayam Jagung-singkong Pisang-kacang tanah Jagung –pepaya Gewang-ternak Desa Pariti Padi sawah Hortikultura sayur Hortikultura buah Kebun jambu mete Sapi penggembalaan Kambing penggembalaan Babi kandang Ayam buras kampung Garam tambak Ikanudang tangkap dengan perahu, waring dan pukat Padi sawah-sapi Jagung-singkong Padi gogo –ayam kampung Mangga-bayam Desa Pantai Beringin Padi sawah Padi gogo Sapi penggembalaan Kambing penggembalaan Babi kandang Ayam kampung Ikan tangkap dengan perahu, waring, dan pukat Padi sawahgogo - sapi Jagung-singkong Padi gogo – palawija Desa Pitay Padi gogo Kebun jambu mete Sapi penggembalaan Kambing penggembalaan Babi kandang Ayam kampung Ikan tangkap dengan perahu, waring, dan pukat Jagung-singkong Padi gogo-palawija Kelurahan Sulamu Padi sawah Padi gogo Hortikultura sayur Sapi penggembalaan Kambing penggembalaan Ayam kampung Ikan tangkap dengan perahu, waring, dan pukat Padi gogo-sapi Jagung-singkong Padi gogo –ayam kampung Jagung-k. Panjang Desa Pantulan Padi gogo Kebun jambu mete Sapi penggembalaan Kambing penggembalaan Babi kandang Ikan tangkap dengan perahu, waring, dan pukat Jagung-singkong Padi gogo-palawija 64 Jagung – pepaya Ayam kampung- padi Pisang – padi sawah Jambu mete – ternak sapi Mangga – bayam Pisang - cabai Gambar 18 Sistem tumpang sari antara tanaman-tanaman dan tanaman-ternak Pemupukan pada tanaman jagung mudah dilakukan karena beberapa desa ini juga merupakan desa peternakan dengan produksi kotoran sapi yang melimpah yang terdapat di pekarangan dan kebun atau sawah. Kotoran sapi diolah menjadi pupuk kompos bagi tanaman palawija. Data produksi tanaman padi dan palawija di Kecamatan Sulamu dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Data produksi padi dan palawija di Kecamatan Sulamu Profil desa 2011 Desa Jenis Komoditas Padi sawah ha Padi gogo ha Jagung ha Kacang tanah ha Ubi kayu ha Bipolo 325 5 25 15 5 Oeteta 525 5 170 27 10 Pariti 415 5 65 12 10 P. Beringin 115 5 35 5 10 Pitay 15 45 5 15 Sulamu 50 25 15 15 Pantulan 5 85 125 5 20 Jumlah ha 1 385 170 490 84 85 Produksi kgha 6 092 147 2 300 1 030 1 955 Produktifitas 4,36 0,86 4,69 12,3 23 65 Pada pengembangan usaha ternak, dilakukan juga dengan kombinasi antara tanaman pangan dengan ternak. Peran ternak dapat berfungsi sebagai tambahan pendapatan, tabungan, kegemaran, membantu pembiayaan usaha tani, dan upacara adat. Dalam kondisi demikian, pemeliharaan ternak menjadi tidak fokus, dan dalam satu rumah tangga peternak dapat ditemukan berbagai jenis ternak peliharaan. Pada kawasan, ternak sapi merupakan ternak yang paling besar jumlahnya diantara semua ternak yang ada dan diusahakan secara merata di semua desa, lalu diikuti dengan kambing dan babi sebagai ternak rumah tangga bersama ayam kampung. Pemeliharaan ternak umumnya dilakukan secara sederhana dalam kandang atau dilepas. Data jumlah ternak di Kecamatan Sulamu dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Data jumlah ternak di Kecamatan Sulamu Desa Jenis Komoditas Sapi Kambing Ayam Babi Kuda Bipolo 1005 405 4667 694 81 Oeteta 1705 639 3230 724 57 Pariti 2825 1005 1150 520 15 P. Beringin 559 638 120 133 103 Pitay 702 645 205 159 166 Sulamu 1815 436 2344 248 146 Pantulan 962 385 177 225 120 Jumlah ha 9573 4153 11893 2703 688 Profil desa 2011 Sistem integrasi usaha tani ternak dengan tanaman telah diterapkan oleh petani walaupun belum secara optimal. Petani mempunyai kebiasaan tidak memindahkan sisa jerami padi di sawah sehingga dapat memberikan manfaat meningkatkan kandungan bahan organik tanah selain sebagai pakan ternak sapi. Pada pengolahan tanah di lahan kering, sisa tanaman sebagai bahan organik selain membantu dalam mencegah erosi juga meningkatkan produktivitas tanah karena dapat secara efektif memberikan penutupan pada permukaan tanah sebesar 75 Sudiandyanaa 2012. Di dalam pengelolaan ternak, terdapat kemauan peternak untuk membuat kompos sebagai pupuk tanaman pangan dan hortikultura sehingga peternak enggan untuk menjual ternaknya hanya dijual jika ada kebutuhan mendesak yang menyebabkan populasi ternak menjadi tinggi. Namun, jika dinilai dari manajemen pemeliharaan ternak pada sebagian besar masyarakat desa, masih terdapat beberapa kelemahan seperti ternak hanya diikat di pekarangan karena pada umumnya peternak tidak mempunyai kandang sehingga peluang ternak terserang penyakit secara bersama lebih besar. Dalam hal pembinaan petani, pelaksanaan kegiatan ini kurang mendapat dukungan dari petugas penyuluhan ternak setempat, misalnya kurangnya pendampingan teknisi untuk mendapatkan suntikan pencegahan penyakit bagi ternak. Di Kecamatan Sulamu khususnya Desa Bipolo, Desa Oeteta, dan Desa Pariti telah disepakati adanya suatu daerah pemisahan ternak yang merupakan suatu daerah khusus yang berada di belakang permukiman masyarakat desa yang berbatasan dengan ketiga desa yang diperuntukkan bagi lokasi penggembalaan ternak warga desa, dan daerah tersebut juga merupakan daerah perkebunan jambu mete. Area ini dipisahkan dari area pertanian tanaman pangan desa dengan menggunakan pagar kawat dan tanaman. 66 Kesepakatan area pemisahan ini berdasarkan Peraturan Desa Pemisahan Daerah Pertanian dan Peternakan Kecamatan Sulamu No. 2Tahun 2007, yaitu bagi para peternak yang memiliki hewan ternak berjumlah lebih dari 5 ekor yang digembalakan, harus membawanya ke area pemisahan ternak agar tidak mengganggu lahan pertanian warga desa. Area pemisahan dibatasi oleh pagar yang pengawasan pagarnya menjadi tanggung jawab masing-masing kepala keluarga KK di desa yang dilewatinya selebar 13 m. Jika pada waktu yang berjalan, terdapat tanaman budi daya warga yang dirusak ternak, aparat desa akan memeriksa kondisi jumlah atau harga kerusakan dan posisi pagar yang rusak yang dapat ditentukan siapa pengelola pagar tersebut. Penggantian kerusakan tanaman akan dibebankan pada pengelola pagar dan pemilik ternak dengan perbandingan 1:1. Misalnya jumlah kerusakan padi petani 0,25 ha, yang diperkirakan akan dapat dipanen sebanyak 5 blek kaleng beras yang setara jumlahnya dengan 15 kg berasblek atau Rp 40.000,00 perhitungan beras yang belum di-mol. Total penggantian adalah 15 kgblek x 5 blek, yaitu 75 kg beras atau dihitung dengan harga Rp 200.000,00. Selanjutnya, uang ganti kerugian yang harus dibayar itu dibagi dua antara pengelola pagar dan pemilik ternak. Daerah pemisahan ternak, selain berfungsi melindungi daerah pertanian dari kerusakan akibat ternak, juga memberikan kesempatan bagi ternak untuk memperoleh makanan dari limbah buah jambu mete yang jatuh ke tanah. Jambu mete Anarcadium occidentale merupakan tanaman yang mampu hidup dan bereproduksi pada kondisi cuaca yang kering. Jambu mete lokal banyak ditemukan di kawasan studi walaupun produktivitasnya masih rendah jika dibandingkan dengan luas lahan yang tersedia, yaitu sekitar 450 kg gelondongha atau sekitar 20 dari potensi jambu mete unggul Wahyudi et al. 2010. Setiap hari pada musim panen November-Januari penduduk dapat mengambil buah semu mete yang berair untuk dijadikan pakan ternak babi dan sapi, dan 1-3 kg gelondong biji jambu mete untuk langsung dijual kepada pedagang pengumpul yang datang ke kebun dengan harga Rp 8000,00 per kg. Banyaknya hasil panen bergantung pada umur tanam. Jambu mete yang berumur 3-4 tahun dapat menghasilkan gelondong kering 2-3 kgpohon, yang meningkat menjadi 15-20 kgpohon pada umur 20-30 tahun bahkan masih berproduksi sampai umur 50 tahun.

4.4.3 Pertanian terpadu secara vertikal dengan usaha tani hulu-tengah-hilir.