21
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan beriklim tropis, Indonesia memiliki suhu udara dan kelembaban udara relatif tinggi sepanjang tahun yang berpotensi menghasilkan
produktivitas pertanian yang tinggi. Struktur, fungsi, dan dinamika lanskap alami Indonesia menghasilkan keragaman biodiversitas dan kehidupan sosial budaya
masyarakat yang mendukung aspek pertanian khususnya di perdesaan, sebagai modal dasar yang perlu dikelola sebaik mungkin. Namun, wilayah perdesaan Indonesia
telah mengalami transisi akibat desakan permukiman kota.
Krisis global yang melanda Indonesia terjadi dalam berbagai aspek, yaitu sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan. Dampak tersebut juga dirasakan oleh
masyarakat Indonesia di perdesaan. Kebijakan pemerintah secara makro yang dirancang secara sentralistik dan sektoral mengakibatkan kurangnya partisipasi
masyarakat dan kurangnya rasa memiliki terhadap program, dan kontribusi pembangunan yang diterima masyarakat sangat minim khususnya di perdesaan
Arifin et al. 2001.
Kawasan perdesaan merupakan tempat berbagai macam sumber daya alam dilestarikan. Secara kewilayahan, ragam tata guna lahan hutan, pertanian tanaman
pangan, perkebunan, hortikultura, padang penggembalaan, dan peternakan, kolam ikan, permukiman, dan lain-lain, potensi agroforestri, keindahan alam, dan lanskap
budaya perdesaan ekologis eco-village dipandang sebagai variabel yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata pertanian. Dengan demikian, masyarakat
akan memperoleh manfaat secara ekonomi produksi pertanian, manfaat lingkungan eco-village, dan manfaat sosial agrowisata untuk meningkatkan kesejahteraannya
Arifin et al. 2009.
Agrowisata atau wisata pertanian diartikan sebagai bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan aktivitas pertanian sebagai objek wisata dengan
tujuan memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Pengembangan wisata pertanian dibuat sebagai suatu perjalanan
wisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, memelihara budaya dan kearifan lokal yang
umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya, serta sebagai sarana pendidikan Nurisjah 2001.
Pengembangan wisata pertanian didasarkan atas sistem pandang yang mencakup prinsip kesinambungan dan pengikutsertaan masyarakat setempat dalam
proses tersebut. Pemberdayaan masyarakat ini berarti upaya memperkuat kelompok- kelompok masyarakat untuk mengontrol dan mengelola sumber daya wisata yang
sangat bernilai dengan cara-cara yang tidak hanya dapat melestarikan sumber daya yang ada, melainkan juga mampu memenuhi kebutuhan kelompok tersebut secara
sosial, budaya, dan ekonomi Lindberg and Johnson 1997. Oleh sebab itu, peran serta masyarakat dalam pengembangan wisata pertanian sangat penting untuk
diperhatikan.
Pemerintah Kabupaten Kupang, melalui Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kupang Nomor 26 Tahun 1999, menetapkan rencana
pengembangan daerah wisata alam dan budaya Kabupaten Kupang untuk
22
peningkatan ekonomi masyarakat dan karakter daerah yaitu dengan penetapan beberapa daerah wisata di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang yang terletak pada
wilayah yang sama dengan kawasan pertanian di Kecamatan Sulamu sehingga beberapa kawasan ini akan berpotensi untuk dikelola sebagai objek wisata kawasan.
Kecamatan Sulamu memiliki karakteristik lanskap pertanian dengan dukungan sosial budaya masyarakat yang aktif dilaksanakan seperti persawahan
padi, kebun campuran, perikanan tambak, tambak garam, dan peternakan. Karakter pertanian tersebut merujuk pada pengertian keterpaduan pertanian secara horizontal,
yang berdasarkan fokus komoditi, yang berbasis pada tanaman, ikan, ternak, dan agroforestri Mugnisjah 2007. Kecamatan ini memiliki area wisata pertanian yang
telah berjalan dengan pengelolaan bersama dari kelompok tani setempat. Kawasan ini juga memiliki lokasi yang bersamaan dengan Teluk Kupang, Taman Wisata Alam
Bipolo, PantaƬ Nenas Pariti, Pantai Sulamu, dan Pulau Kera. Pengembangan pengelolaan agrowisata di Kecamatan Sulamu bertepatan dengan perencanaan
pemerintah daerah bagi wilayah ini sebagai welcome area pelabuhan penyeberangan lintas Sulamu-Kupang Direktorat Lalu Lintas Angkutan Sungai dan Penyeberangan
Kabupaten Kupang 2009.
Penelitian strategi pengelolaan lanskap untuk wisata pertanian terpadu di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, dilakukan dengan melihat aspek
karakteristik lanskap pertanian terpadu, kualitas lingkungan, sosial budaya masyarakat, dan potensi wisata kawasan untuk menghasilkan suatu strategi
pengelolaan kawasan untuk wisata pertanian terpadu. 1.2
Perumusan Masalah
Perpaduan antara sektor pertanian dan pariwisata menghasilkan suatu konsep wisata pertanian yang merupakan beberapa kegiatan di sektor pertanian terpadu yang
diharapkan memiliki sifat keberlanjutan. Hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah kegiatan pertanian terpadu pada kawasan, potensi kawasan sebagai daerah
wisata,dan kesiapan masyarakat lokal. Kecenderungan pertanian terus berkembang mengarahkan manusia kepada objek-objek spesifik seperti udara segar, pemandangan
yang indah, kegiatan pertanian yang berkelanjutan secara tradisional dengan aspek kearifan lokal masyarakat, serta kebutuhan produk pertanian yang meningkat pesat.
Fenomena ini merupakan tanda tingginya permintaan masyarakat terhadap agrowisata.
Kawasan wisata pertanian di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, adalah kawasan agrowisata yang potensial, walaupun memiliki kendala pada kondisi
wilayah dan pengelolaan kawasan oleh masyarakat. Oleh sebab itu, berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut. a.
Bagaimana karakter lanskap pertanian pada kawasan ini? b.
Apa potensi utama dan kendala kawasan ini sebagai daerah wisata pertanian terpadu?
c. Bagaimana strategi pengelolaan lanskap di Kecamatan Sulamu untuk
pengembangan wisata pertanian terpadu pada kawasan?
23
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah a.
menganalisis karakter lanskap pertanian di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang; b.
menganalisis
potensi dan kendala kawasan sebagai daerah wisata pertanian terpadu
; c.
menyusun strategi pengelolaan lanskap untuk wisata pertanian terpadu.
1.4 Manfaat Penelitian