Pertanian terpadu secara horizontal yang berbasis wilayah desa

106 pada alam. Pembuatan silase bagi pakan ternak masih belum umum dilakukan masyarakat desa sehingga hal ini akan berdampak pada pertambahan bobot badan ternak sapi yang meningkat pada musim hujan dan menurun pada musim kemarau Pohan et al. 2004. Grafik pertambahan bobot badan ternak sapi pada musim hujan dan musim kemarau dapat dilihat pada Lampiran 5. Beberapa cara penyediaan bahan pakan ternak yang dianjurkan adalah, 1. penanaman tanaman campuran antara rumput dan leguminosa merayap Stylosanthes, Centrosema, atau Desmodium, 2. penanaman rumput unggul rumput Taiwan atau leguminosa pohon sebagai sumber protein, misalnya lamtoro, gliricidia, semak bunga putihchromolaena odorata, atau kelor Moringa oleifera, 3. pengawetan hijauan segar silase maupun kering hay sehingga dapat dibuat program jangka panjang terhadap kemampuan memasok pakan untuk populasi sapi yang terdapat di wilayah tersebut terutama ketika musim kering tiba. Kurangnya pengetahuan akan teknologi pertanian dan pola pikir masyarakat yang cukup puas dengan kondisi yang ada, menyebabkan masyarakat belum melakukan usaha-usaha pertanian secara optimal. Oleh karena itu, usaha pengelolaan kawasan wisata pertanian ini ke depannya adalah pembangunan pola pikir masyarakat dan peningkatan kemampuan penguasaan teknologi pertanian, seperti 1. pembuatan sarana-sarana penangkapan air, 2. teknologi pengolahan makanan ternak dan ikan, 3. pengelolaan perkandangan ternak pencegahan penyakit ternak, pemanfaatan jerami untuk pakan, pupuk kompos, biogas, dan lain-lain, dan 4. pengolahan hasil perikanan tambak dan tangkap.

5.4.2 Pertanian terpadu secara horizontal yang berbasis wilayah desa

Pada aspek pertanian terpadu secara horizontal berbasis wilayah desa, Desa Bipolo memiliki tiga aspek komoditas dengan tumpang sari. Pada desa ini terdapat penduduk dengan usaha tani padi sawah, peternak sapikambingbabi dan unggas, dan petani ikan bandengnilamasudang tambak. Di Desa Bipolo juga terjadi kegiatan tumpang sari antara tanaman-ternak-ikan dimana sapikambing yang mengkonsumsi jerami padi kering dan kotoran ternak diberikan di bedeng tanaman sayuran, limbah sayuran dan buah diolah menjadi pelet ikan. Di Desa Oeteta, selain memiliki kegiatan usaha tani padi sawah dan ternak seperti Bipolo, penduduk memiliki usaha tambak garam dengan pengolahan garamnya, dan usaha lain sebagai nelayan ikanudang tangkap, sehingga tumpang sari hanya terjadi antara tanaman- ternak saja. Berbeda dengan Desa Oeteta yang memiliki tambak garam, Desa Pariti hanya memiliki usaha perikanan tangkap tanpa usaha tambak. Namun jumlah ternak sapikambingayam di Desa Pariti yang terbanyak di Kecamatan Sulamu Profil Desa 2011. Kegiatan perikanan yang sama di Desa Pariti ini juga terjadi di Desa Pantai Beringin dan Kelurahan Sulamu yang memiliki usaha tani tanaman-ternak dengan tumpang sari, namun usaha perikanan tangkap dengan pukat atau waring. Kelurahan Sulamu sendiri sebagai ibukota kecamatan memiliki mayoritas penduduk dengan usaha perikanan nelayan, namun juga masih memiliki usaha tani padi sawah pada musim hujan dan padi gogo pada musim kering. Usaha sayuran yang dilakukan penduduk hanya pada skala pekarangan. 107 Desa Pitay dan Pantulan juga memiliki tiga komoditas usaha tani tanaman- ternak-ikan tanpa tumpang sari antara komoditas tanaman-ternak-ikan. Pada kedua desa ini memiliki usaha tani tanaman padi gogopalawija hanya di musim hujan dan usaha tani ternak sapikambingbabi dan perikanan tangkap di laut. Usaha tumpang sari hanya terjadi pada usaha tanaman misalnya jagung dengan singkong atau padi gogo dengan jagung.

5.4.3 Pertanian terpadu secara vertikal hulu-tengah-hilir