Aspek Sosial Budaya Landscape Management Strategy for Integrated Agricultural Tourism at Sulamu Sub District, Kupang, East Nusa Tenggara.

104 karena letaknya yang terpencar-pencar. Misalnya suatu area perkebunan mangga masih jarang dijumpai, karena kumpulan pohon mangga hanya ditemukan pada pekarangan warga, dimana warga dapat memiliki 5-6 pohon mangga pada pekarangan atau kebun miliknya. Namun, perkebunan jambu mete cukup banyak dijumpai, yaitu di Desa Oeteta, Pariti, Pitay, dan Pantulan. Pada Desa Pitay, Desa Sulamu, dan Desa Pantulan tidak banyak ditemukan jenis pohon buah-buahan pada lahan pekarangan warga. Untuk pengembangan kawasan wisata pertanian kedepan, sebaiknya juga direncanakan suatu lahan pertanian dengan penanaman beberapa jenis pohon buah-buahan agar daya tarik wisata dapat lebih dioptimalkan. Satwa sapi dan kambing sebagai aspek wisata peternakan pada kawasan adalah masih terbatas pada jenis ternak penggembalaan dan bukan ternak kandang. Keberadaan ternak sapi dan kambing dalam jumlah yang cukup banyak pada suatu lahan penggembalaan yang dekat dengan lahan pertanian menjadi daya tarik bagi orang luar kawasan. Ternak babi dan ayam pada skala kecil biasanya dipelihara di dalam pekarangan warga, sehingga usaha peternakan sapi dan kambing memiliki potensi yang lebih baik untuk keberlanjutan agrowisata pada kawasan. Burung migran juga dapat ditemukan pada kawasan yaitu di pantai, hutan bakau, sawah, dan tambak, yang walaupun pada kenyataannya menjadi hama bagi ikan tambak warga, namun keberadaan satwa ini dapat menjadi indikator kesehatan ekosistem pada kawasan. Salah satu daya tarik kawasan adalah keberadaan ikanudang tambak. Aktifitas perikanan yang menarik bagi orang luar adalah kegiatan budidaya perikanan tambak ikanudang, pemancingan, dan garam tambak. Perikanan tangkap ikanudang tangkap juga menjadi tujuan utama yang penting bagi pengunjung yang ingin membeli produk perikanan.

5.3 Aspek Sosial Budaya

Pengembangan suatu kawasan wisata salah satunya bergantung pada sumber daya manusia pada kawasan karena manusia merupakan salah satu subjek pengembangan kawasan. Jika dilihat dari umur penduduk, sebagian besar penduduk adalah kelompok umur produktif 15-49 tahun dengan jumlah 7110 jiwa 47,8. Hal ini menjadi potensi yang menguntungkan bagi pengembangan agrowisata pada kawasan. Dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian besar penduduk adalah tamatan SD 66,5 dan hanya sedikit yang berpendidikan perguruan tinggi. Ini berarti perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan mengadakan pelatihan-pelatihan yang diperlukan masyarakat. Pelatihan yang harus diberikan tidak hanya bersifat verbal tetapi juga pelatihan yang memberikan ksempatan bagi masyarakat untuk mempraktekkan pengetahuannya secara langsung di lapangan, mengingat sebagian besar penduduk hanya memiliki pendidikan formal yang rendah. Lembaga yang terkait dengan pelatihan ini adalah Dinas Pertanian, Dinas Koperasi dan Pengembangan Usaha Kecil, Dinas Peternakan, serta Dinas Perikanan dan Kelautan. Materi pengetahuan tidak hanya mencakup pengetahuan dan keterampilan teknis tetapi juga menyangkut ekonomi, manajemen, pemasaran, dan pengembangan usaha. Mata pencaharian penduduk yang sebagian besar adalah petani 68,2 dan kesediaan mereka untuk bekerja sama sangat mendukung pengembangan agrowisata pada tapak. Namun, karena pengetahuan penduduk tentang teknologi pertanian masih 105 kurang, perlu adanya peningkatan kualitas tenaga kerja melalui penyuluhan dan pelatihan di bidang pertanian, perikanan, dan peternakan. Budaya penduduk lokal, yaitu budaya Timor dan Rote, dapat dimanfaatkan dalam pengembangan agrowisata pada tapak seperti bentuk rumah tradisional dengan atap lontar dapat dijadikan ide dalam merancang fasilitas penunjang wisata pada kawasan, kegiatan penenunan kain timor, serta kegiatan perayaan panen dapat dijadikan variasi atraksi dan bahan kerajinan yang dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi kawasan. Namun, masuknya para wisatawan akan mempengaruhi penduduk kawasan baik secara positif maupun negatif. Sangat penting jika penduduk diberi pengarahan bahwa keberadaan kawasan pertanian dan adat istiadatnya sangat berharga dan perlu dilestarikan.

5.4 Analisis Karakter Lanskap Pertanian Terpadu