118
tersebut disarankan untuk dijadikan sebagai zona wisata utama di Kecamatan Sulamu dan sebagai pintu masuk kawasan wisata jika menggunakan akses jalan darat.
Kelurahan Sulamu merupakan desa dengan potensi sedang, cukup potensial untuk pengembangan wisata pertanian atau sebagai daerah wisata alternatif juga pintu
masuk kawasan wisata jika menggunakan akses laut. Desa Pantai Beringin, Pantulan, dan Pitay merupakan desa dengan potensi rendah atau tidak berpotensi sebagai
kawasan wisata pertanian terpadu. Ketiga desa ini disarankan sebagai zona perlintasan wisata pertanian karena memiliki pemandangan perbukitan dan pantai
yang indah, dengan catatan bahwa telah dilakukan perbaikan akses jalan lokal desa yang melewati keempat desa.
5.10 Daya Dukung Kawasan
Menurut Hendee et al. 1978, daya dukung suatu kawasan wisata alam adalah tingkat penggunaan sumber daya alam suatu kawasan untuk kegiatan rekreasi
dengan tetap mempertahankan kualitas sumber daya alam yang digunakan. Faktor- faktor yang mempengaruhi kondisi dan kualitas sumber daya alam dan lingkungan
pada kawasan wisata adalah 1 vegetasi yang berupa ketahanan tanaman terhadap gangguan pengunjung, 2 jenis tanah, contohnya kepadatan akibat injakan
pengunjung atau erosi akibat pembukaan tanah dan lain-lain, 3 kualitas air, contohnya dengan adanya limbah atau pencemaran air, dan 4 hidupan liar, misalnya
menurunnya jumlah jenis spesies lokal kawasan. Keempat aspek tersebut akan membutuhkan waktu untuk memperbaiki atau memulihkan dirinya sendiri bila
dilakukan prinsip pengelolaan dengan memberikan waktu pemulihan terhadap kawasan.
5.10.1 Vegetasi
Hasil penilaian kepekaan vegetasi dan daya dukung menyatakan bahwa lebih banyak kawasan dengan vegetasi daya dukung tinggi. Beberapa area yang ditumbuhi
oleh jenis-jenis vegetasi tersebut adalah area jalan besar, jalan setapak, kebun sayurbuah, pekarangan, persawahan, lahan kosong, hutan sekunder, dan tambak.
Area yang mempunyai daya dukung tinggi disebabkan karena vegetasi pada area tidak langka, perakaran yang dalam, batang kokoh, berduri dan atau beracun,
toleransi terhadap gangguan pengunjung tinggi, pertumbuhan vegetatif cepat, penampilan menarik, dan sebagian besar adalah pohon.
Pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas rekreasi pada area tersebut tanpa menyebabkan kerusakan yang berlebihan pada lingkungan fisik dan tanpa
mengganggu stabilitas pohon, karena area-area tersebut dapat menampung pengunjung yang lebih banyak dibandingkan dengan area yang lain, dan area
tersebut tidak mudah rusak dan cepat pulih kembali dari kerusakan akibat keberadaan pengujung.
Rumput Axonopus compressus adalah tanaman dengan daya dukung sedang disebabkan karena vegetasi tersebut memiliki perakaran kurang dalam, tidak langka
dan mudah tumbuh pada musim hujan, toleransi terhadap gangguan pengunjung cukup tinggi, pertumbuhan vegetatif cepat, dan sebagian besar area yang mempunyai
daya dukung sedang berupa semakrumput. Pada kondisi ramai saat kunjungan, akan
119
terjadi kerusakan rumput pada area, namun rumput ini dapat tumbuh dengan cepat pada musim hujan berikutnya.
5.10.2 Kondisi Tanah
Kondisi sifat tanah yang diamati pada kawasan adalah lokasi di jalan besar dan jalan setapak yang memiliki keterkaitan erat dengan keberadaan pengunjung.
Sifat tanah pada lokasi jalan di kawasan, memiliki drainase tanah yang agak cepat dengan kedalaman air tanah lebih dari 50 cm namun dengan frekuensi banjir 2-3 kali
setahun dan kemiringan lereng 0-15. Beberapa faktor ini masuk dalam kelas kesesuaian lahan sedang USDA 1968. Pada kondisi kawasan yang masih alami
dengan sifat tanah seperti ini, keberadaan vegetasi di kiri kanan jalan perlu dipertahankan bahkan dilakukan penanaman vegetasi pada daerah sisi jalan yang
kosong untuk sarana penyerap air. Apabila kedepannya kawasan berkembang menjadi daerah permukiman yang lebih ramai, diperlukan pembangunan saluran
drainase jalan.
Jalan lokal sekunder yang menuju lokasi tambak belum mendukung kenyamanan pengunjung. Jalan ini tidak beraspal dengan lebar 4-5 meter yang sarat
dengan jenis vegetasi tanaman kayu hutan. Jalan lokal sekunder pada daerah persawahan desa terlihat lebih maju walaupun belum mendukung kenyamanan
pengunjung, pembentuk jalan adalah padatan tanah putih dengan lebar 4 meter dan dibangun pada jalur yang telah tertata. Jalan setapak di lokasi tambak garam
memiliki kondisi cukup baik dengan lebar 3 meter, namun agak berbahaya karena tanpa pembatas yang aman bagi pengunjung. Jalan setapak di tambak ikan Desa
Bipolo juga belum layak dari segi keamanan karena cukup sempit dan curam dan pengunjung memiliki peluang untuk jatuh ke area tambak ikan.
Menurut Chiara dan Koppelman 1978, jalan lokal adalah jalan pelayanan setempat yang tidak mengakibatkan jalan menerus, memiliki lebar badan jalan 50
kaki 15,2 m. Pada jalan lokal di Desa Bipolo, Oeteta, dan Pariti sebaiknya diperlebar dari kondisi awal 6 meter menjadi 15 meter agar dapat mendukung
perkembangan kawasan sebagai daerah agrowisata. Demikian juga dengan jaringan jalan lokal di Desa Pantai Beringin sampai Pantulan yang harus dibangun kembali
dengan pengaspalan agar dapat mendukung transportasi bagi kegiatan pertanian penduduk dan lokasi perlintasan agrowisata di Kecamatan Sulamu. Sisi kiri kanan
jalan harus ditanami dengan vegetasi pemecah angin agar dapat membantu pengguna jalan saat kondisi angin kencang.
Jalan lokal sekunder pada daerah persawahan desa terlihat lebih maju dengan bahan pembentuk jalan adalah padatan tanah putih dengan lebar 4 meter dan
dibangun pada jalur yang telah tertata. Jalan lokal ini akan lebih nyaman dilewati pengunjung bila pemadatan telah menjadi sempurna karena bila telah sering dipakai,
permukaan jalan akan menjadi lebih halus. Jalan setapak di lokasi tambak garam memiliki kondisi cukup baik dengan lebar 3 meter, tetapi agak berbahaya karena
tanpa pembatas yang aman bagi pengunjung. Jalan setapak di tambak ikan Desa Bipolo juga belum layak dari segi keamanan karena cukup sempit dan curam dan
pengunjung memiliki peluang untuk jatuh ke area tambak ikan. Untuk alasan keamanan, jalan setapak di tengah tambak ini harus ditanami dengan vegetasi
pembatas antara jalan dan tambak. Menurut Lynch 1971, jalan setapak sebagai jalur pejalan kaki harus memiliki lebar minimal 1,3 meter. Lebar jalur pejalan kaki
120
yang demikian memungkinkan untuk dilewati tiga orang, sedangkan lebar jalan yang dibutuhkan untuk lalu lintas pejalan kaki yang tinggi adalah 2 - 2,7 m. Jalan setapak
bagi pejalan kaki ini sebaiknya dari bahan alam seperti tanah yang dipadatkan dengan batu kerikil dan ditanami rumput agar sesuai dengan area outdoor dan tidak
memberikan rasa bosan dan kesan yang monoton pada wisatawan.
5.10.3 Ketersediaan air