54
Di Kecamatan Sulamu, erosi lebih sering disebabkan oleh faktor air, dengan kerusakan tanah di lokasi pada akhir perpindahan aliran permukaan yang
mengangkat butir-butir tanah dengan terjadinya proses pengendapan Parker dan Bryan 1989. Tingkat bahaya erosi pada tapak sangat beragam, yaitu rawan banjir
kategori buruk dan sedang serta rawan longsor kategori rawan dan sangat rawan. Data yang diperoleh dari Bappeda Kupang 2010 menunjukkan kawasan Desa
Bipolo, Desa Oeteta, dan Desa Pariti terletak di daerah rawan banjir sedang, sedangkan Desa Pariti terletak di kawasan rawan longsor. Demikian pula, Desa
Pantulan yang terletak di kawasan rawan banjir buruk. Kategori rawan erosi ini terjadi karena adanya pertemuan sungai dan laut daerah muara yang dipicu oleh
penggunaan kayu bakau mangrove untuk kebutuhan masyarakat.
Sungai Biboko Bendungan irigasi di Desa Bipolo
Gambar 11 Hidrologi di Kecamatan Sulamu
4.1.7 Pola Penggunaan Lahan
Sebagai wilayah perdesaan memiliki pola penggunaan lahan kawasan hutan 31,5, hutan semak belukar 26, tanah terbuka 15,5, dan lahan pertanian
11,4 yang merupakan persentase terbesar di Kecamatan Sulamu Gambar 12 dan Tabel 11. Jenis pertanian yang dilakukan masyarakat terdiri dari pertanian padi
sawah, pertanian lahan kering palawija, pekarangan, serta pertanian perikanan seperti tambak ikan, dan garam. Di Desa Bipolo, Oeteta dan Pariti, agroekosistem
sawah padi memiliki persentase luas lahan terbesar dibandingkan dengan agroekosistem lainnya.
Desa-desa di Kecamatan Sulamu adalah desa-desa yang secara perlahan telah terpengaruh oleh kehidupan kota. Hal ini dapat dilihat dari lanskap pertanian alami
yang masih dikelola secara tradisional berpadu dengan permukiman penduduk yang memiliki bangunan semi permanen dan permanen, tetapi pekarangan yang luas
dengan penanaman tanaman pangan dan sayuran. Permukiman penduduk yang ada pada kawasan terletak di sepanjang jalan utama desa, sedangkan lahan pertanian
sawah atau kebun berada di belakang area permukiman penduduk secara mengelompok Gambar 13 dan 14. Namun, pada beberapa kawasan desa ditemukan
lokasi pertanian yang berada tepat di pinggir jalan utama desa.
55
Gambar 12 Peta tata guna lahan Kecamatan Sulamu Bappeda Kupang 2010 Tabel 11. Prosentase tata guna lahan di Kecamatan Sulamu Land use
Desa Kawasan
Hutan Hutan
Bakau Sungai
Tambak Hutan
Semak Per-
Mukiman Perta-
nian Tanah
Terbuka Jumlah
Sulamu 25 10
877 155
105 412
1 574 Pantulan
983 160 138
801 60,1
59 996
3 387 Pitay
378 28,8 150
1 035 56,8
80 715
2 444 P.Beringin 231
68 51 997
34 170
86 1 637
Pariti 1 258
196 143 10,5
907 215
498 28
3 256 Oeteta
1 376 232 152
20 877
313 715
376 4 061
Bipolo 3 003
305 727 600
469 126
388 922
6 540 Jumlah
7 229 1 005 1 371
630,5 5 963
959,9 2015
3 535 22 898
31,5 4,4
6 2,7
26 4,1
8,7 15,5
Gambar 13 Peta lokasi permukiman dan lahan pertanian kawasan
56
Area pertanian sawah Kebun sayuran
Kebun pepaya Lahan penggembalaan
Jalan lokal Area tambak
Gambar 14 Pemanfaatan lahan di Kecamatan Sulamu 4.2. Aspek Biologis
Berdasarkan pengamatan vegetasi, ditemukan beberapa jenis vegetasi dominan pada agroekosistem dan area hutan semak desa. Desa Bipolo, Desa Oeteta,
Desa Pariti, Desa Pantai Beringin, Desa Pitay, Desa Sulamu, dan Desa Pantulan, hampir memiliki kesamaan vegetasi yang dominan Tabel 12. Beberapa jenis pohon
buah-buahan juga ditemukan di kebun pekarangan warga Desa Bipolo, Oeteta, Pariti, dan Pantai Beringin Tabel 13. Di Desa Pitay, Desa Sulamu, dan Desa Pantulan,
tanaman yang dominan adalah tanaman pangan, sedangkan tanaman buah-buahan jarang ditemukan pada lahan pekarangan warga. Hal ini berkaitan dengan kondisi
ketersediaan air pada kawasan.
Jenis tanaman pertanian yang dibudidayakan, di antaranya, adalah tanaman pangan seperti padi sawah, padi gogo, jagung, kacang tanah, dan ubi kayu. Jenis
tanaman hortikultura buah, antara lain berupa jambu mete, pepaya, pisang beranga,
57
mangga, kelapa, lontar, dan semangka. Jenis tanaman sayuran, antara lain, sawi, tomat, cabai, terung, kacang panjang, dan bayam.
Tabel 12 Jenis tanaman dominan pada kawasan di Kecamatan Sulamu
Nama Lokal Nama Botani
Kelompok Fungsi
Gamal Gliricidia sepium
Pohon kayu Makanan ternak, pagar
lahan Kapuk
Ceiba pentandra Pohon kayu
Bahan bangunan, bahan bakar
Gewang Corypha utan
Palem Bahan bangunan,
makanan, pakan ternak
Lontar Borassus flabellifer
Palem Bahan bangunan,
makanan, pakan ternak
Lamtoro Leucaena leucocephala
Pohon kayu Pakan ternak
Nyamplung Calophyllum Inophyllum
Pohon kayu Konservasi pantai
Jati Tectona grandis
Pohon kayu Bahan bangunan,
tanaman konservasi hutan
Beringin Ficus benjamina
Pohon kayu Tanaman konservasi
KomBidara Ziziphus mauritiana
Pohon kayu Tanaman konservasi
Angsana Pterocarpus indicus
Pohon kayu Konservasi lahan
Flamboyan Delonix regia
Pohon kayu Konservasi lahan
Bunga kupu Bauhinia purpurea
Pohon kayu Konservasi lahan
Kusambi Schleichera Oleasa
Pohon kayu Konservasi
Turigala
Sesbania grandiflora
Pohon kayu Pakan ternak
Bambu
Bambusa vulgaris
Pohon kayu Bahan bangunan
Tabel 13 Jenis pohon buah di pekarangan penduduk Nama Lokal
Nama Botani Kelompok
Fungsi Kelapa
Cocos nucifera Pohon
Penghasil buah Nangka
Artocarpus heterophyllus
Pohon Penghasil buah
Jambu mete Anacardium
occidentale Pohon
Penghasil buah Mangga
Mangifera indica Pohon
Penghasil buah Pepaya
Carica papaya Pohon
Penghasil buah Pisang
Musa paradisiaca Pohon
Penghasil buah Satwa yang diamati pada penelitian ini dibatasi pada satwa yang
dibudidayakan, yaitu jenis ternak sapi, kambing, babi, ayam kampung, dan ikan. Sapi, kambing, babi, dan ayam yang diusahakan pada skala kecil biasanya
ditempatkan di pekarangan rumah penduduk. Sebagian besar penduduk dalam kawasan melakukan kegiatan pemeliharaan ternak sapi dan kambing dengan cara
penggembalaan pada suatu lahan ternak yang dipisahkan dengan lahan pertanian pada suatu masa tanam. Ternak babi dan ayam pada skala kecil dipelihara di dalam
pekarangan warga.
Selain satwa yang dibudidayakan, pada musim tertentu di kawasan ini sering terlihat burung kuntul putih Egretta intermedia, cangak australia Egretta
58
novaehollandiae dan bluwok Mycteria cinerea yang memiliki habitat di pantai, hutan bakau, dan tambak, yang sering menjadi perhatian penduduk karena menjadi
hama bagi ikan tambak warga Desa Bipolo.
Perikanan pada tapak umumnya diusahakan pada skala kecil di Desa Oeteta dan Desa Pariti yang menghasilkan produk perikanan yang dijual, sedangkan desa-
desa lainnya di Kecamatan Sulamu tidak melakukan kegiatan budi daya perikanan. Di Desa Bipolo terdapat suatu lokasi usaha tani ikan bandeng, nila, dan mas yang
diperbolehkan sebagai tempat pemancingan seluas kurang lebih 50 ha Gambar 15.
Lokasi pemancingan ikan Lokasi penggembalaan ternak
Gambar 15 Perikanan dan peternakan di Kecamatan Sulamu
4.3 Aspek Sosial Budaya