Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan

46 chi-square 0,05, antarkategori yang diuji saling terkait, yang dapat diartikan bahwa besarnya frekuensi nilai profil pada suatu kategori dipengaruhi oleh profil pada kategori lainnya. Rumus analisis yang digunakan adalah sebagai berikut Johnson and Wichern 1998: � 2 = O ij – E ij 2 E ij dengan X 2 = khi kuadrat, O ij = jumlah pilihan jawaban pada kolom i sampai baris j, dan E ij = nilai harapan pada kolom i dan baris j. Dari uji ini didapatkan gambaran persepsi pengunjung tentang tujuan ke lokasi dan pemahaman agrowisata dan preferensi pengunjung terhadap usaha pertanian, bentuk kegiatan, dan fasilitas agrowisata yang akan dikelola.

3.4.4 Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan

Hasil analisis penentuan zona kesesuaian wisata yang berupa desa-desa dengan nilai kesesuaian wisata tinggi dan daya dukung kawasan dijadikan unsur penyusun dalam analisis SWOT untuk mendapatkan alternatif-alternatif strategi pengelolaan lanskap wisata pertanian terpadu yang sesuai dengan karakteristik lanskap kawasan. Analisis SWOT menurut Kinnear dan Taylor 1991 dilakukan untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang, tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman pada kawasan. Data primer untuk analisis SWOT diambil dengan metode survei dan wawancara untuk menetapkan faktor internal dan eksternal, penentuan bobot, serta rating Kinnear dan Taylor 1991. Analisis lingkungan internal dan eksternal dimaksudkan untuk memahami kekuatan, kelemahan, potensi, dan ancaman pada kawasan. Aspek yang dianalisis pada lingkungan internal dan eksternal ini, antara lain, adalah aspek sumber daya pertanian terpadu, kualitas lingkungan, daya tarik wisata, dan kesiapan masyarakat. Teknik pembobotan yang digunakan untuk menentukan bobot dari faktor internal dan eksternal adalah teknik pairwise comparison. Teknik ini membandingkan setiap variabel pada kolom horizontal dengan variabel pada kolom vertikal. Penentuan bobot pada setiap variabel yang dibandingkan menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 yang menunjukkan 1. bobot 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal, 2. bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal, 3. bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal, dan 4. bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting jika dibandingkan dengan indikator faktor vertikal. Alternatif strategi pada matriks hasil analisis SWOT dihasilkan dari penggunaan kekuatan kawasan untuk mendapatkan peluang SO, penggunaan kekuatan untuk menghadapi ancaman ST, pengurangan kelemahan kawasan dengan memanfaatkan peluang WO, dan pengurangan kelemahan untuk menghadapi ancaman WT. Lalu, bobot dari alternatif strategi dijumlahkan untuk menghasilkan rating. Strategi dengan jumlah bobot atau ranking tertinggi merupakan alternatif strategi pengelolaan yang diprioritaskan untuk dilakukan pada kawasan. 47 IV HASIL 4.1 Aspek Fisik 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kecamatan Sulamu terbagi menjadi Desa Bipolo, Desa Oeteta, Desa Pariti, Desa Pantai Beringin, Desa Pitay, Kelurahan Sulamu, dan Desa Pantulan. Secara geografis Kecamatan Sulamu terletak pada 123°43‟12 BT - 123°50‟12 BT dan 9°59‟27 LS - 10°05‟14 LS, yang memiliki batas sebelah utara dan timur dengan Kecamatan Fatuleu, sebelah selatan dengan Kecamatan Kupang Timur, dan sebelah barat sebagai daerah pesisir yang berbatasan langsung dengan Laut Sabu. Luas tapak dari hasil digitasi peta citra adalah 22.898 ha atau 228.9 km 2 . Nama desa dan luasan desa di Kecamatan Sulamu dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Nama dan luas desa di Kecamatan Sulamu Nama Desa Luas Desa Ha Kelurahan Sulamu 1 574 7 Desa Pantulan 3 387 15 Desa Pitay 2 444 11 Desa Pantai Beringin 1 637 7 Desa Pariti 3 256 14 Desa Oeteta 4 061 18 Desa Bipolo 6 540 29 Total 22 898 100

4.1.2 Aksesibilitas

Lokasi tapak dapat dicapai dari ibukota Kabupaten Kupang menuju pertigaan Oelamasi melewati jalan arteri primer jalan kewenangan nasional, yaitu Jalan Timor Raya sejauh 25 km, lalu mengarah ke kiri mengikuti jalan kolektor primer jalan kewenangan provinsi yang terletak sepanjang Desa Bipolo, Oeteta, dan Pariti, serta jalan lokal primer menuju Desa Pantai Beringin, Pitay, Kelurahan Sulamu, dan Pantulan. Peta aksesibilitas menuju tapak dapat dilihat pada Gambar 5. Tapak dapat ditempuh dari beberapa jalur dari Kota dan Kabupaten Kupang. Jalur alternatif lain adalah dari luar Kabupaten Kupang ke Kecamatan Sulamu yang juga telah banyak digunakan sebagai jalur transportasi. Beberapa jalur transportasi darat dan laut tersebut adalah sebagai berikut: a. Bandara Eltari Kupang – Kecamatan Kupang Tengah – Oelamasi – Kecamatan Sulamu. b. Terminal Kupang – Kecamatan Kupang Tengah – Oelamasi – Kecamatan Sulamu. c. Pelabuhan Tenau – Terminal Kupang – Kecamatan Kupang Tengah – Oelamasi – Kecamatan Sulamu.