Pertanian terpadu secara vertikal hulu-tengah-hilir

107 Desa Pitay dan Pantulan juga memiliki tiga komoditas usaha tani tanaman- ternak-ikan tanpa tumpang sari antara komoditas tanaman-ternak-ikan. Pada kedua desa ini memiliki usaha tani tanaman padi gogopalawija hanya di musim hujan dan usaha tani ternak sapikambingbabi dan perikanan tangkap di laut. Usaha tumpang sari hanya terjadi pada usaha tanaman misalnya jagung dengan singkong atau padi gogo dengan jagung.

5.4.3 Pertanian terpadu secara vertikal hulu-tengah-hilir

Pada aspek pertanian terpadu secara vertikal berdasarkan usaha tani hulu- tengah-hilir, ketujuh desa ini belum memiliki usaha tani hulu produksi bibitbenih dan telah melakukan usaha tani tengah dan hilir. Desa Bipolo dan Oeteta memiliki kegiatan pertanian pada level 2 atau 3 dengan pengolahan limbah. Pengolahan pascapanen hasil pertanian hilir di kedua desa adalah kelapa kopra dan hasil lontargewang Bipolo; gula merah, cuka, dan sagu dari lontar serta pengolahan garam Oeteta. Pada Desa Sulamu dan Pariti hanya berkonsentrasi pada pengolahan ikan asinikan kering hasil tangkapan. Dalam usaha peningkatan pendapatan petani lahan kering seperti di Kecamatan Sulamu, peran teknologi pengolahan pascapanen sangat penting karena merupakan salah satu usaha tani yang mempunyai peluang besar dalam peningkatan nilai tambah produk. Hal ini dapat bermakna bahwa petani yang memperdagangkan komoditas pertaniannya dalam bentuk mentah secara tidak langsung mengalami kehilangan peluang mendapatkan nilai tambah produknya. Hasil pertanian yang telah mendapatkan sentuhan teknologi penanganan dan pengolahan pasca panen memiliki harga jual yang lebih tinggi 4-6 kali dari bahan mentahnya. Dalam sistem usaha tani terintegrasi secara vertikal dan horizontal dimana proses penanganan komoditas sejak proses penyediaan masukan faktor produksi ke dalam usaha pertanian Damardjati et al. 1993. Perlunya membangun pola pikir masyarakat dan memperkuat pengusaaan teknologi sehingga masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya lokal pertanian yang dimilikinya Tabel 42. Selain potensi sumber daya lokal yang dimilikinya, lokasi ketiga desa yang dekat dengan daerah pemasaran pertanian, yaitu Oesao dan Kota Kupang adalah suatu peluang yang cukup penting. Tabel 42 Perkiraan sumber daya pertanian yang dimiliki Desa Oeteta Jenis Produksi Jumlah Total kghari Per hari Luas ha Kotoran sapi 8 kg 1705 ekor 13 640 Kotoran kambing 4 kg 639 ekor 2 556 Limbah ikanudang 65 kg 65 Limbah jambu mete 170 kghamusim panen 105 17 850 Limbah sayuran 450 kghamusim panen 25 11 250 Limbah mangga 100 kghamusim panen 25 2 500 Jerami padi 10 tonha musim panen 525 5 250 000 Jagung 2300ha 170 391 000 108 Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Kupang, Kecamatan Sulamu termasuk sebagai daerah pendukung dari Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan Oesao Kabupaten Kupang 2007-2027. Hal ini juga dinyatakan bahwa Kecamatan Sulamu masuk sebagai daerah pendukung pengembangan kawasan agropolitan dalam suatu sistem pengembangan wilayah regional serta mengakomodasi pertumbuhan ruang fisik secara terarah, terintegrasi, dan harmonis. Tujuan yang diharapkan adalah agar kawasan agropolitan ini dapat bersifat lestari, berkelanjutan, dan dapat meningkatkan perekonomian daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari hasil pengamatan lapang, tiga desa di Kecamatan Sulamu yang memiliki nilai tinggi pada karakter lanskap pertanian terpadu adalah Desa Bipolo dan Oeteta. Desa Bipolo yang memiliki sumber daya lahan tambak ikan dan garam juga mempunyai aktifitas usaha tani tanaman pangan padi sawah, palawija, dan produksi sayuran. Usaha tani ternak sapi, kambing, dan babi yang dilakukan untuk dapat menghasilkan limbah organik ternak yang digunakan untuk menunjang usaha pertanaman. Usaha tanaman lontargewang juga memiliki potensi pengelolaan sampai tahap pengolahan hasil nira lontargewang. Pengelolaan pertanian terpadu yang dapat dilakukan pada Desa Bipolo adalah seperti yang dapat dilihat pada Gambar 41. Desa Oeteta yang selain memiliki tanaman pangan padi sawah, juga memiliki usaha pertanian hortikultura sayuran dan jambu mete, dapat menghasilkan limbah sayuran dan buah buah sisa hasil panen atau yang tidak laku terjual yang mencukupi untuk produksi silase bagi pakan ternak sapi, kambing, atau babi. Potensi perikanan ikanudang tangkap dapat menyumbang limbah ikanudang untuk produksi silase pakan ternak. Usaha lontar masyarakat yang dapat dikembangkan tidak hanya menjadi gula atau sagu lontar tapi juga nata de lontar atau kerajinan anyaman lontar. Tanaman pekarangan penduduk seperti mengkudu, jeruk nipis Citrus aurantifolia, kemiri Aleurites moluccana, dan kunyit Curcuma longa. juga dapat dibudidayakan secara lebih luas untuk mendukung penyediaan bahan pewarna untuk bahan tenun penduduk. Pengelolaan pertanian terpadu yang dapat dilakukan pada Desa Oeteta adalah seperti yang dapat dilihat pada Gambar 42. Desa Pariti Gambar 43 sebenarnya memiliki nilai karakter lanskap pertanian terpadu sedang, dengan satu usaha pengolahan hasil yaitu pada pengolahan ikan dan udang kering. Hasil perikanan seperti udang tangkap serta usaha tanaman pangan padi sawah dan tanaman buah jambu mete juga dimiliki desa ini namun yang lebih dominan adalah usaha ternak sapi, kambing, dan babi. Karena nilai skor potensi kualitas lingkungan, daya tarik wisata, pendukung wisata, dan kesiapan masyarakat yang tinggi pada desa ini menyebabkan nilai zona kesesuaian wisata pertanian terpadu di Desa Pariti menjadi tinggi. Beberapa kegiatan pascapanen yang dapat dikembangkan di ketiga desa yang disesuaikan dengan keberadaan sumber daya kawasan adalah sebagai berikut: 1. Bidang Pertanian a. Pengolahan kelapa kopra, b. Pengolahan biji mete, dan c. Pengolahan gula merah dari lontar dan gewang, 109 2. Bidang Perikanan a. Pengolahan garam iodium, b. Pengolahan pasca panen ikan air tawar, dan c. Pengolahan pasca panen ikan air laut, 3. Bidang Peternakan a. Pembuatan pakan ternak olahan dari sumber daya lokal jambu mete, sisa panen sayuranbuahan menjadi silase, jerami kering, dan pelet bagi ternak unggas dan ikan, dan b. Pembuatan pupuk kompos dengan dekomposer. Keterangan: j : produk yang dijual k : produk yang dikonsumsi sendiri Gambar 41 Pengelolaan pertanian terpadu Desa Bipolo 110 Gambar 42 Pengelolaan pertanian terpadu Desa Oeteta Keterangan: j : produk yang dijual k : produk yang dikonsumsi sendiri Gambar 43 Pengelolaan pertanian terpadu Desa Pariti 111

5.5 Analisis Kualitas Lingkungan