Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Upaya peningkatan produktivitas kedelai juga dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan petani dalam berbudidaya suatu komoditas tertentu, termasuk dalam hal ini, yaitu kedelai. Salah satu indikator kesejahteraan petani adalah Nilai tukar Petani NTP, yakni indeks rasio harga yang diterima dengan harga yang dibayar oleh rumah tangga tani. Artinya, tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari tingkat pendapatannya melalui usaha budidaya tersebut. Pendapatan petani adalah produktivitas tenaga kerja yang diukur sebagai nilai PDB per tenaga kerja di sektor pertanian. Ukuran keberhasilan pertumbuhan pertanian dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan produksi komoditas pertanian. Kontribusi sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional, dapat dilihat dari PDB nasional Departemen Pertanian 2006. Produktivitas kedelai yang efisien, dipengaruhi juga oleh tenaga kerja. Tenaga kerja akan merasa sejahtera ketika upah yang diterima dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, tingkat efisiensi dalam penggunaan input dan saprodi. Beberapa diantaranya dijabarkan oleh Departemen Pertanian 2007 mengenai strategi pengembangan sistem produksi kedelai dapat ditempuh melalui penerapan teknologi budidaya tepat guna, pemanfaatan lahan yang masih luas untuk perluasan areal tanam kedelai, baik sebagai tanaman utama maupun tanaman sela, penyediaan kredit lunak yang mudah diakses petani, penyediaan kredit dan pendampingan untuk penerapan teknologi PTT, penanaman kedelai pada Musim Kering di lahan tidur, pelatihan penyuluh dalam identifikasi dan penanggulangan OPT Organisme Pengganggu Tanaman serta anomali iklim. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas secara ringkas yaitu harga output, dalam hal ini merupakan harga kedelai itu sendiri, harga input tidak tetap, seperti upah tenaga kerja, harga teknologi yang digunakan, namun karena data harga teknologi tidak dipublikasikan dan biasanya bersifat confidential perusahaan, penggunaan teknologi, sumberdaya manusia, iklim, perdagangan kedelai, NTP, serta pelatihan dan penyuluhan.

3.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

Faktor yang mempengaruhi konsumsi kedelai nasional berdasarkan hasil penelitian Ariani 2003, Kustiari et al 2009 dan Adetama 2011 serta Handayani et al 2011 yaitu harga kedelai nasional, pendapatan per kapita, jumlah penduduk, harga kedelai impor dan kuantitas kedelai impor, serta harga komoditas substitusinya, yang utama adalah umbi-umbian dan jagung. Secara ringkas dibuktikan oleh hasil penelitian tersebut bahwa ketika harga kedelai impor meningkat, maka harga kedelai dalam negeri juga meningkat. Namun permasalahannya adalah harga kedelai dalam negeri lebih tinggi dibanding harga kedelai impor, sehingga, konsumen industri maupun rumahtangga cenderung membeli kedelai impor yang kualitasnya juga lebih bagus dibanding kedelai lokal. Untuk itu, kuota impor kedelai seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah, agar masuknya kedelai impor bisa dibatasi dan tidak melebihi jumlah produksi kedelai nasional. Dengan begitu, harga kedelai impor akan semakin melambung karena jumlah ketersediaannya di dalam negeri semakin sedikit. Implikasinya adalah permintaan akan kedelai di dalam negeri akan berpindah pada kedelai lokal, sehingga dengan harga kedelai lokal yang sama dengan harga kedelai impor akan membuat petani kedelai semakin bergairah untuk meningkatkan produktivitas usahatani kedelainya. Untuk itu, diperlukan analisis mengenai tingkat perkembangan harga kedelai yang selalu bergejolak di Indonesia dan selalu dipengaruhi oleh harga kedelai dunia. Perilaku tingkat perubahan harga kedelai dapat dilihat dari suatu indeks harga. Kenaikan harga-harga yang terjadi dari satu periode ke periode lainnya tidak berlaku secara seragam. Kenaikan tersebut biasanya berlaku untuk banyak komoditas pertanian, tetapi kenaikannya berbeda antar komoditas. Berlakunya tingkat perubahan harga yang berbeda tersebut menyebabkan perlunya indeks harga dibentuk untuk menggambarkan tingkat perubahan harga yang berlaku dalam suatu wilayah pada periode tertentu. Indeks Harga Konsumen merupakan salah satu indikator ekonomi yang populer digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga dan tingkat inflasi Rizqal 2010. Konsumsi kedelai oleh masyarakat Indonesia dipastikan akan terus meningkat setiap tahunnya mengingat beberapa pertimbangan seperti: bertambahnya populasi penduduk, peningkatan pendapatan per kapita, dan kesadaran masyarakat akan gizi makanan. Sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap jenis makanan berupa kacang-kacangan juga dipengaruhi oleh ketersediaan jenis makanan lain seperti umbi-umbian dan jagung. Karena pola fikir masyarakat Indonesia saat ini dalam hal kandungan gizi dalam makanan sudah lebih baik. Sebagai contoh dalam penelitian Arini 2003 dikatakan bahwa dahulu masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan dengan kandungan dominan karbohidrat, karena lebih cepat mengenyangkan. Namun sekarang masyarakat Indonesia cenderung mengkonsumsi makanan yang kandungan gizinya dominan protein nabati, karena khasiat bagi kesehatan lebih baik. Konsumsi kedelai tidak ada batas maksimal karena dapat dikategorikan sebagai pangan fungsional. Artinya pangan yang boleh dikonsumsi tanpa takaran saji, berapapun boleh dikonsumsi, yang menentukan nantinya adalah selera Diennazola dan Ratna 2011 4 . Hal ini juga ditunjang oleh sasaran pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah prilaku hidup sehat yang salah satunya meningkatnya jumlah penduduk dengan gizi seimbang. Data Departemen Kesehatan tahun 1999 dalam Nurmalita 2011, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia yang mengalami perimenopouse akan bertambah jumlahnya hingga 80 juta orang pada tahun 2025. Implikasinya adalah pada pola hidup masyarakat yang semakin natural, dimana salah satunya adalah mengkonsumsi kedelai yang juga sering dikampanyekan mengenai manfaat kedelai yang begitu banyak untuk kesehatan, diantaranya untuk anti oksidan, meningkatkan daya tahan tubuh, mereduksi kadar kolestrol dalam darah, mengobati penyakit semacam ginjal dan impotensi, menghaluskan kulit, menyuburkan rambut, mengurangi potensi penuaan dini, pembentukan kecerdasan genetik manusia khususnya anak-anak, menanggulangi penyakit diabetes, dan sebagainya. 4 Diennazola, Renda dan Ratna B. Wulandari. 2011. Sehat dengan Cara Murah ? Kedelai [Artikel]. Tabloid Agrina 9 Mei 2011. http:www.agrina-online.comredesign2.php?rid=12aid=2985

3.5 Model Persamaan Simultan