Tabel 5.2 menyimpulkan bahwa perubahan produktivitas relatif stabil, artinya semua variabel penjelas tidak responsif terhadap perubahan PRKN,
kecuali peubah LPRKN dalam jangka panjang lebih responsif. Hal ini sedikit berbeda dari hasil penelitian oleh Handayani 2007 yang menunjukkan bahwa
produktivitas lebih responsif terhadap harga jagung pada jangka panjang. Relatif stabilnya produktivitas kedelai nasional, serta tidak adanya variabel penjelas yang
responsif terhadap perubahan PRKN mengindikasikan bahwa perubahan PRKN tergantung dari gairah petani dalam berbudidaya kedelai, dimana ketika PRKN
meningkat pada tahun sebelumnya, maka PRKN tahun berikutnya akan meningkat juga.
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Kedelai
Penelitian ini membahas impor dari keragaan kualitas dan harga kedelai impor, begitupun penelitian yang dilakukan oleh Hadipurnomo 2000
Kumenaung 2002 bahwa impor dapat dilihat dari sisi harga, tarif, exchange rate. Secara rinci keragaan kuantitas impor kedelai dan keragaan harga kedelai impor
sebagai berikut: 5.2.1 Keragaan Harga Kedelai Impor
Harga Kedelai Impor HKI dipengaruhi secara signifikan oleh Harga Kedelai Internasional HKIN, Harga Kedelai Nasional HKN, Nilai tukar
Rupiah terhadap US atau Exchange Rate ER, serta Harga Kedelai Impor tahun sebeluumnya LHKI pada taraf nyata 1 dan 10 persen. Sebagaimana
penelitian terdahulu oleh Handayani 2007 bahwa harga kedelai impor dipengaruhi oleh harga kedelai internasional, exchange rate, tarif impor kedelai,
lag harga kedelai impor.
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa HKI responsif terhadap HKIN dan LHKI dengan sifat elastis saat jangka panjang. Ketika LHKI meningkat 1 persen,
maka HKI akan meningkat sebesar 1.5 persen, sedangkan ketika HKIN meningkat 1 persen, maka HKI akan meningkat sebesar 1.03 persen. Hal yang
berbeda diperlihatkan dari hasil penelitian oleh Handayani 2007 bahwa tidak ada satupun variabel penjelas yang memberikan respon elastis kepada harga
kedelai impor. Begitupun juga dengan hasil penelitian oleh Kumenaung 2002 bahwa harga kedelai internasional dan tarif impor memberikan respon yang
inelastis terhadap harga kedelai impor baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Secara rinci, hasil estimasi parameter model HKI disajikan dalam Tabel
5.3 berikut ini.
Tabel 5.3 Hasil Estimasi Parameter HKI Variabel Parameter
Estimasi Elastisitas
Pr |T| Varibel Label SR
LR intercept -17.581
0.315
HKIN 0.529 0.49
1.03 0.007
harga kedelai internasional
HKN 0.013
0.06 0.06
0.072 harga kedelai nasional Tabel 5.3 Hasil Estimasi Parameter HKI lanjutan
Variabel Parameter Estimasi
Elastisitas Pr |T| Varibel Label
SR LR
ER -0.003 -0.06
-0.05 0.258 exchange rate
LHKI 0.608
0.59 1.51
.0001 harga kedelai impor t-1 R2 adj = 85 Pr|F| .0001 Durbin-H stat = -0.397
Tabel 5.3 menyimpulkan bahwa seluruh variabel penjelas mempengaruhi harga impor secara positif, hanya exchange rate yang mempengaruhi secara
negatif, sedangkan HKIN dan LHKI lebih responsif terhadap perubahan HKI. Sesuai hasil penelitian sebelumnya bahwa harga kedelai impor terbentuk oleh
integrasi pasar, sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa perubahan harga kedelai dunia terintegrasi sempurna sampai ke harga impor kedelai di Indonesia
Indonesia Kumenaung 2002. 5.2.2 Keragaan Kuantitas Impor Kedelai
Kuantitas Impor Kedelai KIK dipengaruhi oleh Harga Kedelai Impor HKI, Harga Kedelai Nasional HKN, serta Tarif Impor Kedelai TIK pada taaf
nyata 1 persen. CGPRT 1986 menunjukkan bahwa impor kedelai semakin meningkat karena konsumsi kedelai dalam negeri semakin meningkat, serta
permintaan terhadap kedelai yang digunakan untuk pakan ternak juga meningkat. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Kumenaung 1994 dan 2002,
Hadipurnomo 2000, dan Handayani 2007 bahwa volume impor dipengaruhi oleh harga dan tarif impor, konsumsi dan produksi nasional, harga kedelai
internasional, exchange rate, populasi penduduk, dan pendapatan per kapita.
Kuantitas impor kedelai KIK lebih responsif terhadap Tarif Impor Kedelai TIK, dimana ketika TIK naik 1 satuan, maka KIK akan menurun
sebesar 53.714 satuan. Jika dilihat nilai elastisitasnya, tidak ada satupun variabel penjelas yang responsif secara elastis terhadap KIK. Secara rinci, hasil estimasi
parameter model KIK disajikan dalam Tabel 5.4 di bawah ini.
Pengaruh TIK terhadap perubahan KIK telah diperlihatkan sejak tahun 1970an lalu, bahwa saat itu pemerintah telah menetapkan tarif ad valorem sebesar
30 persen, namun sejak tahun 1998 TIK ditiadakan, dampaknya, sebelum tahun 1998 rata-rata KIK hanya sekitar 200 ribuan ton per tahun, atau meningkat hanya
sebesar 200 persen per tahun, tetapi sejak tahun 1998, rata-rata KIK sudah di atas 1 juta ton bahkan mencapai 1.6 jutaan ton per tahun. Tetapi sejak tahun 2004, TIK
kembali ditetapkan antara 10 – 15 persen, alhasil, rata-rata KIK hanya meningkat sebesar 35 persen per tahun FAO 2013. Hasil estimasi memperlihatkan bahwa
tarif impor memiliki pengaruh yang lebih responsif terhadap perubahan volume impor. Untuk itu dibutuhkan kebijakan pemerintah dalam merealisasikan dan
mengawasi pajak impor kedelai yang berlaku di lapangan.