minimal. Produksi dapat disederhanakan menjadi dua perilaku yang berbeda dan dapat segera dikontrasan. Dalam jangka pendek, faktor tenaga kerja dianggap
sebagai faktor produksi variabel yang penggunaannya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. Dalam jangka panjang, faktor produksi tetap,
dalam arti jumlahnya tidak berubah dan tidak terpengaruh oleh volume produksi.
Ahyari 1997 mengemukakan produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaatnya atau penciptaan faedah baru. Faedah atau
manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari beberapa faedah tersebut di atas.
Produksi tidak hanya terbatas pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi. Komoditi bukan hanya dalam bentuk output barang, tetapi juga jasa.
Salvatore 2001 menjelaskan produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau jasa.
Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang
minimum. Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input Joesran dan Fathorrozi
2003. Produksi atau memproduksi menambah kegunaan nilai guna suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih
dari bentuk semula.
Menurut Putong 2003, produksi atau memproduksi adalah menambah kegunaan nilai guna suatu barang. Yang dimaksud fungsi produksi adalah
hubungan teknis yang antara faktor produksi input dan hasil produksi output. Hubungan teknis yang dimaksud adalah bahwa produksi hanya bisa dilakukan
dengan menggunakan faktor produksi yang dimaksud. Bila faktor produksi tidak ada, maka tidak ada juga produksi. Produksi yang dihasilkan tanpa teknologi,
modal dan manusia, disebut produksi alami, yaitu produksi yang dilakukan oleh proses alam, sedangkan produksi yang dilakukan dengan penggunaan modal,
teknologi dan manusia disebut produksi rekayasa. Faktor produksi yang paling utama adalah manusia dan tanah Sumber Daya Alam. Teori produksi yang telah
dijelaskan dapat memberikan gambaran bahwa produksi dipengaruhi oleh luas area tanam dan produktivitas kedelai, harga kedelai serta harga komoditas
pesaingnya komoditas substitusinya, teknologi, serta inut produksi seperti jumlah kuantitas benih kedelai, kuantitas penggunaan pupuk, serta faktor produksi
seperti upah buruh.
3.3 Teori Konsumsi
Spencer 1977 mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi diantaranya adalah pendapatan disposable yang merupakan faktor
utama, banyaknya anggota keluarga, usia anggota keluarga, pendapatan yang terdahulu dan pengharapan akan pendapatan di masa yang akan datang. Colman
dan Trevor 1990 mengatakan bahwa dalam teori ekonomi tradisional, yang berdasarkan kepada selera dan preferensi konsumen, maka konsumsi untuk
komoditas tertentu ditentukan oleh beberapa hal yaitu: harga produk tersebut, harga produk barang lain, dan pendapatan atau penghasilan konsumen. Konsumsi
suatu barang tertentu adalah sejumlah barang tertentu yang dikonsumsi langsung,
yang mana konsumen bersedia dan mampu membeli dalam kondisi tertentu, per unit waktu, di pasar tertentu dan pada harga tertentu.
Nicholson 1991 menyatakan bahwa persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika pendapatan meningkat. Kondisi
ini menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara persentase kenaikan pendapatan dengan persentase pengeluaran untuk pangan. Keadaan ini lebih
dikenal dengan Hukum Engel Engel’s Law. Dalam hukum Engel dikemukakan tentang kaitan antara tingkat pendapatan dengan pola konsumsi. Hukum ini
menerangkan bahwa pendapatan disposable yang berubah-ubah pada berbagai tingkat pendapatan, dengan naiknya tingkat pendapatan maka persentase yang
digunakan untuk sandang dan pelaksanaan rumah tangga adalah cenderung konstan. Sementara persentase yang digunakan untuk pendidikan, kesehatan dan
rekreasi semakin bertambah.
Faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposable sebagai faktor utama,
pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi di
masa yang akan datang Samuelson dan Nordhaus 1992. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ditentukan oleh banyak faktor. Namun menurut Parkin 1993 yang
paling penting dari faktor-faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi hanya dua, yaitu: pendapatan disposable dan pengharapan terhadap pendapatan di masa
yang akan datang expected future income.
Konsumsi adalah suatu hubungan antara tingkat konsumsi rumahtangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.
Konsumsi rumahtangga juga dipengaruhi beberapa faktor antara lain: a. ekspektasi merupakan keadaan di masa mendatang; b. jumlah penduduk dan c.
tingkat harga Sukirno 2001. Konsumsi merupakan bagian dari permintaan, dimana konsumsi itu dibagi menjadi konsumsi langsung dan konsumsi tidak
langsung. Konsumsi tidak langsung digunakan untuk bahan olahan, sedangkan konsumsi langsung digunakan sebagai makanan yang langsung dikonsumsi oleh
konsumen atau pemakai akhir Ruchjana 1992 Priyanti et al 1997 dan Ariani 2003.
Teori konsumsi dilihat dari sudut pandang perilaku konsumen menurut Putong 2003 pada dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen
mendayagunakan sumberdaya yang ada uang dalam rangka memuaskan keinginan, kebutuhan dari suatu atau beberapa produk. Penilaian kepuasan
umumnya bersifat subyektif, baik bagi pemakai langsung maupun bagi penilai. Secara teori tingkah laku konsumen dalam upayanya memuaskan diri dapat
dijelaskan melalui dua teori nilai guna, yaitu nilai guna ordinal dan nilai guna kardinal. Teori nilai guna kardinal memberikan penilaian subyektif akan
pemuasan kebutuhan dari suatu barang. Artinya, tinggi rendahnya suatu barang tergantung pada subyek yang memberikan penilaian. Dengan kata lain, suatu
barang akan memberikan nilai guna yang tinggi bila barang yang dimaksud memberikan nilai guna yang tinggi bagi si pemakai. Teori nilai guna ordinal
menjawab keraguan teori nilai guna kardinal dalma mengukur kepuasan. Asumsi teori nilai guna ordinal adalah sebagai berikut: 1. Rasionalitas, konsumen akan
berusaha meningkatkan kepuasannya atau akan memilih tingkat kepuasan yang tertinggi yang bisa dicapainya; 2. Konveksitas; semakin tinggi tingkat kepuasan,