Model Ekonomi Kedelai Analisis Produksi Dan Konsumsi Kedelai Nasional

Model ekonomi kedelai berdasarkan beberapa literatur oleh Sari 2005, Adetama 2011, Handayani et al 2011 secara mendasar adalah model permintaan dan penawaran kedelai. Dimana model permintaan pada dasarnya dipengaruhi oleh harga kedelai dalam negeri, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Sementara model penawaran kedelai idealnya sama dengan permintaan dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk mencapai kemandirian pangan, dalam hal ini untuk mengurangi bahkan menghilangkan impor kedelai. Sehingga program pembangunan pertanian melalui yaitu berupa ketahanan pangan melalui program swasembada pangan tercapai. Namun pada kenyataannya, harga kedelai dalam negeri dipengaruhi oleh harga kedelai impor. Kedelai impor juga dipengaruhi oleh produksi kedelai dalam negeri, bea masuk impor tarif impor kedelai, serta permintaan kedelai impor di dalam negeri. Terlihat hubungan simultan, dimana model permintaan yang awalnya dipengaruhi oleh harga kedelai nasional, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk, namun juga mempengaruhi kuantitas kedelai impor. Model ekonomi kedelai yang biasa dilakukan dalam beberapa penelitian tersebut, bertujuan melihat bagaimana perkembangan permintaan dan penawaran kedelai nasional saat ini dan ke depannya, yang mana dipengaruhi oleh variabel- variabel mikro ekonomi maupun makro ekonomi. Pada akhirnya tujuan analisis ini untuk melihat apakah antara penawaran dan permintaan yang melalui pendekatan produksi dan konsumsi kedelai nasional seimbang atau bahkan surplus di masa mendatang, dengan menganalisis simulasi kebijakan untuk mengetahui apakah swasembada kedelai di masa mendatang dapat tercapai yang dibantu dengan simulasi kebijakan.

2.5 Review Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dibahas menjadi dua bagian, penelitian kedelai di Indonesia dan di negara lain, secara rinci sebagai berikut:

2.5.1 Penelitian Kedelai di Negara Lain

Kebijakan kedelai di USA yaitu dapat melakukan intervensi terhadap penetapan harga kedelai di tingkat petani. Besarnya subsidi pemerintah yang diberikan kepada petani, membuat pemerintah USA menetapkan harga kedelai ekspor rendah, agar ekspor semakin meningkat, namun hal ini membuat pendapatan petani kedelai semakin rendah. Untuk meningkatkan pendapatan petani sebesar 9 persen, maka pemerintah harus menurunkan harga kedelai ekspor sebesar 7.8 persen pada tahun 1980 – 1987 dan 5.9 persen per tahun pada periode 1987 – 1991. Disimpulkan bahwa ketika petani kedelai tidak menerima subsidi dari pemerintah, maka pemerintah tidak memiliki hak intervensi terhadap penetapan harga kedelai di tingkat petani, sehingga petani dapat menentukan harga berdasarkan biaya produksi total Chen 1998. Analisis perdagangan saham, ekspor dan perdagangan kedelai dengan pendekatan sistem simultan oleh Reddy 2008 menunjukkan bahwa di India tingkat produksi mengalami peningkatan rata-rata sebesar 20 persen per tahun dan ekspor kedelai meningkat rata-rata sebesar 14.7 persen per tahun. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara parameter kedelai dengan harga minyak kedelai di pasar domestik. Hal ini dikarenakan harga minyak kedelai lokal bergantung pada harga minyak kedelai internasional. Harga komoditi kedelai di India sangat berfluktuasi, karena sebgian besar dipengaruhi oleh harga dan pasokan minyak kedelai Brazil dan Argentina yang berlaku di pasar internasional. Sedangkan pengaruh dari harga sawit Malaysia dan Indonesia dipengaruhi oleh intervensi pemerintah berupa tarif impor. Formasi harga di pasar minyak kedelai dunia, dalam sebuah analisis ekonometrik oleh Sekhar 2008 menganalisis mekanisme pembentukan harga di pasar minyak kedelai dunia untuk melihat tingkat kompetitifnya. Dengan menggunakan model persamaan simultan struktural disimpulkan bahwa faktor penentu utama harga minyak kedelai dunia sebagai substitusi minyak kelapa sawit dunia dengan simulasi proyeksi permintaan minyak kedelai dunia hingga tahun 2015 adalah terdapat kesenjangan antara pasokan dan permintaan minyak dunia, karena produksi menurun sedangkan permintaan meningkat di negara-negara pengekspor minyak sawit dunia. Simulasi ini juga mengkombinasikan penurunan harga minyak sawit dunia, dan hasilnya ketika harga minyak sawit dunia menurun menyebabkan kuantitas dan harga ekspor kedelai dunia juga menurun. Menurunnya harga minyak sawit dunia menyebabkan kuantitas impor minyak sawit ke India juga semakin menurun, implikasinya adalah kehidupan petani kedelai di daerah kering ini semakin sejahtera, karena penggunaan minyak kedelai akan semakin meningkat. Cooke and Robles 2009 menginterpretasikan bahwa sebelum dan sesudah krisis pangan, aktivitas yang banyak spekulasi nya pada saat krisis sedang berlangsung tidak mempengaruhi pembentukan harga kedelai di Mexico. Namun bukan berarti sebelum dan sesudah krisis spekulasi harga tidak terjadi. Namun tidak menyebabkan pergeseran harga kedelai. Dari analisis deret waktu dapat disimpulkan bahwa kegiatan di pasar berjangka yang sifatnya spekulasi mempengaruhi perilaku harga komoditas kedelai dalam beberapa tahun ini. Pada kenyataannya, harga kedelai mulai pertengahan 2005 hingga Desember 2007 menunjukkan peningkatan kedelai ekspor dunia yang disebabkan meningkatnya harga kedelai dunia. Hal ini juga dipengaruhi oleh kegiatan di pasar saham untuk komoditi pertanian walaupun sifatnya spekulasi. Sebuah analisis ekonometrik hubungan antara ethanol, jagung dan kedelai serta harga minyak dunia di USA oleh Savernini 2009 menyimpulkan bahwa harga jagung dan produksi ethanol di USA memiliki hubungan yang negatif. Karena sebagian besar produksi ethanol di USA berbahan baku jagung, sehingga ketika harga jagung dunia meningkat, maka produksi ethanol menurun. Harga minyak dunia memiliki hubungan negatif dengan harga jagung dan kedelai. Dimana harga minyak yang lebih tinggi menyebabkan permintaan bensin menurun, sehingga permintaan ethanol berkurang. Akibatnya produksi jagung menurun, maka harga jagung juga akan menurun. Implikasinya adalah produksi kedelai meningkat dan harga kedelai akan menurun. Berdasarkan hasil estimasi, karena shock harga minyak dunia baik menurun atau meningkat akan berpengaruh kepada minyak jagung dan minyak kedelai di USA. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Argentina dalam meningkatkan produksi kedelai adalah dengan cara adopsi teknologi melalui pakan ternak. Meningkatnya penggunaan pakan ternak yang berbahan dasar