Teori Konsumsi Analisis Produksi Dan Konsumsi Kedelai Nasional

yang mana konsumen bersedia dan mampu membeli dalam kondisi tertentu, per unit waktu, di pasar tertentu dan pada harga tertentu. Nicholson 1991 menyatakan bahwa persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika pendapatan meningkat. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara persentase kenaikan pendapatan dengan persentase pengeluaran untuk pangan. Keadaan ini lebih dikenal dengan Hukum Engel Engel’s Law. Dalam hukum Engel dikemukakan tentang kaitan antara tingkat pendapatan dengan pola konsumsi. Hukum ini menerangkan bahwa pendapatan disposable yang berubah-ubah pada berbagai tingkat pendapatan, dengan naiknya tingkat pendapatan maka persentase yang digunakan untuk sandang dan pelaksanaan rumah tangga adalah cenderung konstan. Sementara persentase yang digunakan untuk pendidikan, kesehatan dan rekreasi semakin bertambah. Faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposable sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi di masa yang akan datang Samuelson dan Nordhaus 1992. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ditentukan oleh banyak faktor. Namun menurut Parkin 1993 yang paling penting dari faktor-faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi hanya dua, yaitu: pendapatan disposable dan pengharapan terhadap pendapatan di masa yang akan datang expected future income. Konsumsi adalah suatu hubungan antara tingkat konsumsi rumahtangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut. Konsumsi rumahtangga juga dipengaruhi beberapa faktor antara lain: a. ekspektasi merupakan keadaan di masa mendatang; b. jumlah penduduk dan c. tingkat harga Sukirno 2001. Konsumsi merupakan bagian dari permintaan, dimana konsumsi itu dibagi menjadi konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung. Konsumsi tidak langsung digunakan untuk bahan olahan, sedangkan konsumsi langsung digunakan sebagai makanan yang langsung dikonsumsi oleh konsumen atau pemakai akhir Ruchjana 1992 Priyanti et al 1997 dan Ariani 2003. Teori konsumsi dilihat dari sudut pandang perilaku konsumen menurut Putong 2003 pada dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen mendayagunakan sumberdaya yang ada uang dalam rangka memuaskan keinginan, kebutuhan dari suatu atau beberapa produk. Penilaian kepuasan umumnya bersifat subyektif, baik bagi pemakai langsung maupun bagi penilai. Secara teori tingkah laku konsumen dalam upayanya memuaskan diri dapat dijelaskan melalui dua teori nilai guna, yaitu nilai guna ordinal dan nilai guna kardinal. Teori nilai guna kardinal memberikan penilaian subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang. Artinya, tinggi rendahnya suatu barang tergantung pada subyek yang memberikan penilaian. Dengan kata lain, suatu barang akan memberikan nilai guna yang tinggi bila barang yang dimaksud memberikan nilai guna yang tinggi bagi si pemakai. Teori nilai guna ordinal menjawab keraguan teori nilai guna kardinal dalma mengukur kepuasan. Asumsi teori nilai guna ordinal adalah sebagai berikut: 1. Rasionalitas, konsumen akan berusaha meningkatkan kepuasannya atau akan memilih tingkat kepuasan yang tertinggi yang bisa dicapainya; 2. Konveksitas; semakin tinggi tingkat kepuasan, maka semakin besar anggaran yang harus dikeluarkan untuk memperoleh kepuasan tersebut; 3. Nilai guna tergantung pada jumlah barang yang dikonsumsi; 4. Transitivitas, konsumen akan menjatuhkan pada pilihan terbaik dan beberapa pilihan; 5. Kurva kepuasan tidak boleh bersinggungan atau saling berpotongan. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi Dumairy 2004. Godam 2007 menyebutkan terdapat 3 penyebab perubahan konsumsi, yaitu: 1. Penyebab Faktor Ekonomi, diantaranya: a. Pendapatan; Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi; b. Kekayaan; Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi; c.Tingkat Bunga; Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang; d. Perkiraan Masa Depan; Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. 2. Penyebab Faktor Demografi, terdiri dari: a. Komposisi Penduduk; Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi; b. Jumlah Penduduk; Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula. 3. PenyebabFaktor lain, berupa: a. Kebiasaan Adat Sosial Budaya; Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memiliki pengeluaran yang besar; b. Gaya Hidup Seseorang; Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran konsumsi yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun lembaga keuangan bank kredit. Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain hal di atas antara lain: 1. Selera; 2. Faktor sosial ekonomi; 3. Keuntungankerugian kapital; 4. Tingkat harga; 5. Barang tahan lama; 6. Kredit; 7. Inflasi; 8. Pendapatan domestik regional bruto. Teori konsumsi menurut Dornbusch, Stanley dan Richard 2008 yaitu berupa teori konsumsi lanjutan dimana konsumsi seumur hidup lifetime consumption berhubungan dengan pendapatan seumur hidup lifetime income, tapi hubungan konsumsi tahun ini dengan pendapatan tahun ini adalah cukup lemah. Fungsi konsumsi pada hakekatnya dapat diturunkan dari maksimisasi utilitas kegunaan dengan kendala pendapatan jumlah pengeluaran. Dari syarat maksimisasi dapat diturunkan fungsi konsumsi sebagai fungsi dari harga barang dan pendapatan. Konsumsi suatu komoditas berdasarkan tujuannya dapat dibedakan menjadi konsumsi dalam negeri dan pasar internasional. Pembahasan difokuskan pada konsumsi dalam negeri. Konsumsi berdasarkan penggunaannya dibedakan menjadi konsumsi langsung untuk pangan rumahtangga, dan konsumsi tidak langsung untuk penggunaan antara, yaitu sebagai bahan baku sektor industri pengolahan Kustiari et al 2009. Bahasan mengenai konsumsi mencakup perkembangan secara agregat dan per kapita serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi dan proyeksi konsumsi. Pengeluaran konsumsi masyarakat atau rumahtangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsimasyarakat negara yang bersangkutan Rahardja 2001 dalam Siregar 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah harga barang yang bersangkutan, harga dan ketersediaan barang lain yang berkaitan, perkiraan akan perubahan harga, pendapatan konsumen, harga riil barang itu sendiri di tingkat konsumen dan produsen, produksi barang itu sendiri, selera, preferensi konsumen, populasi penduduk nasional, pengeluaran periklanan dan sebagainya Pappas 1995 dan Handayani et al 2011. Berdasarkan teori-teori konsumsi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka konsumsi kedelai nasional dalam penelitian ini dipengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi seperti harga kedelai nasional, penawaran kedelai nasonal, pendapatan nasional perkapita, harga dan kuantitas impor kedelai, harga kedelai internasional, produktivitas kedelai nasional, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, serta tarif impor kedelai.

3.4 Teori Persamaan Simultan

Regresi linear klasik dicirikan oleh adanya variabel dependen Y dipengaruhi oleh satu atau beberapa independen X, namun dalam bidang ekonomi sering terjadi interdependensi, dimana bukan hanya X yang mempengaruhi Y, bahkan Y juga bisa mempengaruhi X, sehingga terjadi suatu hubungan dua arah. Dalam keadaan dimana terdapat beberapa variabel yang saling pengaruh- mempengaruhi inilah digunakan model persamaan simultan Simultaneous Equation Model. Menurut Chow 1964 dan 1968, model persamaan simultan baik digunakan karena dua alasan sebagai berikut: 1. Sistem persamaan simultan merupakan suatu model yang cocok untuk banyak aplikasi ekonomi. 2. Sistem persamaan simultan merumuskan suatu model stokastik yang cocok untuk menguji teori ekonomi serta menguji hubungan ekonomi tersebut dengan uji statistik. Model persamaan simultan dapat memberikan suatu gambaran yang lebih baik tentang dunia nyata dibandingkan dengan model persamaan tunggal, hal ini karena variabel-variabel antara satu persamaan dengan persamaan lainnya dapat berinteraksi satu sama lain. Sebuah model ekonomi biasanya mengandung beberapa hubungan yang bersifat saling mempengaruhi yang digambarkan dalam sebuah sistem persamaan. Model persamaan simultan ini dalam kenyataannya dapat menjelaskan permasalahan ekonomi yang begitu kompleks, dimana ada beberapa variabel didalam suatu persamaan mempunyai keterkaitan dengan variabel yang sama, yang terdapat didalam persamaan lainnya atau dengan kata lain peubah ekonomi mempunyai kaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai taksiran dari parameter model persamaan tunggal. Salah satunya adalah metode Kuadrat Terkecil Ordinary Least Squares-OLS. Masalah yang kemudian muncul adalah pendugaan dengan menggunakan metode OLS menjadi tidak berarti, apabila model yang dibuat merupakan suatu persamaan simultan dimana pada model ini berlaku hubungan dua arah yang membuat variabel bebas dan variabel tak bebas menjadi tidak jelas atau dengan kata lain menjadi meragukan yang mana sebenarnya variabel bebas dan variabel tak bebasnya. Hal ini terjadi karena model persamaan simultan memiliki beberapa persamaan. Pada persamaan yang satu suatu variabel dapat bertindak sebagai variabel yang bebas dan pada persamaan yang lainnya variabel tersebut dapat juga bertindak sebagai variabel yang tak bebas. Oleh karena itu, pemberian nama variabel bebas dan variabel tak bebas di dalam sistem persamaan simultan sudah tidak tepat lagi. Sehingga untuk selanjutnya dalam persamaan simultan akan ada yang namanya variabel endogen dan variabel eksogen Gujarati 2003. Model persamaan simultan perlu metode yang lebih spesifik untuk memperoleh penaksir dari parameter-parameternya sehingga yang dihasilkan konsisten. Terdapat beberapa metode pendugaan dalam mengestimasi persamaan simultan. Diantaranya adalah Metode Kuadrat Terkecil Tidak Langsung Indirect Least Squares-ILS, Kuadrat Terkecil Dua Tahap Two Stage Least Squares- 2SLS, Kuadrat Terkecil Tiga Tahap Three Stage Least Squares-3SLS, Instrumental Variabel IV, k - class estimator, Informasi Terbatas Kemungkinan Terbesar Limited Information Maximum Likelihood – LIML, Informasi Penuh Kemungkinan Terbesar Full Information Maximum Likelihood – FIML dan lain sebagainya Gujarati, 2003. Bentuk model persamaan simultan adalah sebagai berikut: Y = + 11 X 1 21 X 2 X 1 = 02 + 12 Y Persamaan ini memiliki harapan bahwa baik X 1 dan X 2 adalah faktor yang mempengaruhi Y. Sedangkan pada persamaan lainnya, memiliki harapan bahwa Y adalah faktor yang mempengaruhi X 1 .Terlihat di kedua persamaan dapat diharapkan bahwa antara Y dan X 1 mempengaruhi satu sama lain. Dua istilah yang dikenal dalam persamaan simultan berkenaan dengan model yaitu Model Struktural dan Model Reduksi reduced form. Model struktural disebut juga model perilaku, mempunyai bentuk yang didasarkan pada teori yang mendasarinya sehingga sesuai dengan perilaku atau struktur pasar yang ada. Model struktural memiliki karakteristik yang terdiri dari variabel endogen yang berada pada ruas kiri, dan di ruas kanan terdapat variabel eksogen dan endogen. Model Reduksi adalah model struktural yang disederhanakan. Model ini memiliki karakteristik yaitu semua variabel endogen berada di ruas kiri persamaan dan semua variabel eksogen berada di ruas kanan persamaan Gujarati 2003.