Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Kedelai
HKIN 0.529 0.49
1.03 0.007
harga kedelai internasional
HKN 0.013
0.06 0.06
0.072 harga kedelai nasional Tabel 5.3 Hasil Estimasi Parameter HKI lanjutan
Variabel Parameter Estimasi
Elastisitas Pr |T| Varibel Label
SR LR
ER -0.003 -0.06
-0.05 0.258 exchange rate
LHKI 0.608
0.59 1.51
.0001 harga kedelai impor t-1 R2 adj = 85 Pr|F| .0001 Durbin-H stat = -0.397
Tabel 5.3 menyimpulkan bahwa seluruh variabel penjelas mempengaruhi harga impor secara positif, hanya exchange rate yang mempengaruhi secara
negatif, sedangkan HKIN dan LHKI lebih responsif terhadap perubahan HKI. Sesuai hasil penelitian sebelumnya bahwa harga kedelai impor terbentuk oleh
integrasi pasar, sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa perubahan harga kedelai dunia terintegrasi sempurna sampai ke harga impor kedelai di Indonesia
Indonesia Kumenaung 2002. 5.2.2 Keragaan Kuantitas Impor Kedelai
Kuantitas Impor Kedelai KIK dipengaruhi oleh Harga Kedelai Impor HKI, Harga Kedelai Nasional HKN, serta Tarif Impor Kedelai TIK pada taaf
nyata 1 persen. CGPRT 1986 menunjukkan bahwa impor kedelai semakin meningkat karena konsumsi kedelai dalam negeri semakin meningkat, serta
permintaan terhadap kedelai yang digunakan untuk pakan ternak juga meningkat. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Kumenaung 1994 dan 2002,
Hadipurnomo 2000, dan Handayani 2007 bahwa volume impor dipengaruhi oleh harga dan tarif impor, konsumsi dan produksi nasional, harga kedelai
internasional, exchange rate, populasi penduduk, dan pendapatan per kapita.
Kuantitas impor kedelai KIK lebih responsif terhadap Tarif Impor Kedelai TIK, dimana ketika TIK naik 1 satuan, maka KIK akan menurun
sebesar 53.714 satuan. Jika dilihat nilai elastisitasnya, tidak ada satupun variabel penjelas yang responsif secara elastis terhadap KIK. Secara rinci, hasil estimasi
parameter model KIK disajikan dalam Tabel 5.4 di bawah ini.
Pengaruh TIK terhadap perubahan KIK telah diperlihatkan sejak tahun 1970an lalu, bahwa saat itu pemerintah telah menetapkan tarif ad valorem sebesar
30 persen, namun sejak tahun 1998 TIK ditiadakan, dampaknya, sebelum tahun 1998 rata-rata KIK hanya sekitar 200 ribuan ton per tahun, atau meningkat hanya
sebesar 200 persen per tahun, tetapi sejak tahun 1998, rata-rata KIK sudah di atas 1 juta ton bahkan mencapai 1.6 jutaan ton per tahun. Tetapi sejak tahun 2004, TIK
kembali ditetapkan antara 10 – 15 persen, alhasil, rata-rata KIK hanya meningkat sebesar 35 persen per tahun FAO 2013. Hasil estimasi memperlihatkan bahwa
tarif impor memiliki pengaruh yang lebih responsif terhadap perubahan volume impor. Untuk itu dibutuhkan kebijakan pemerintah dalam merealisasikan dan
mengawasi pajak impor kedelai yang berlaku di lapangan.
Tabel 5.4 Hasil Estimasi Parameter KIK Variabel Parameter
Estimasi Elastisitas
Pr |T| Varibel Label SR
LR intercept 970.76
0.003 HKN
0.221 0.40
0.51 .0001 harga kedelai nasional
TIK -53.714
-0.94 -0.0171
0.002 tarif impor kedelai HKI
0.032 0.01
0.01 0.483 harga kedelai impor
R2 adj = 73 Pr|F| .0001 Durbin-W stat = 2.715
Tabel 5.4 menyimpulkan bahwa seluruh variabel penjelas kurang responsif terhadap perubahan kuantitas impor, namun hanya TIK yang memberikan
pengaruh cukup besar terhadap perubahan KIK. Yaitu, ketika TIK berubah sedikit saja, maka KIK akan berubah cukup besar, hasil tersebut mengindikasikan bahwa
TIK dapat berpengaruh langsung terhadap kuota impor, misalnya ketika TIK diturunkan maka volume impor semakin banyak, sehingga dapat memberikan
implikasi bagi petani untuk meningkatkan provitas kedelai lokal-nya, sebaliknya, ketika TIK dinaikkan, tujuan pemerintah membatasi masuknya volume impor
kedelai, guna membuat HKI meningkat melebihi HKN, sehingga kedelai nasional memiliki daya saing yag baik terhadap kedelai impor. Berbeda dengan hasil
penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa KIK responsif secara langsung terhadap HKI Handayani 2007.