Teori Persamaan Simultan Analisis Produksi Dan Konsumsi Kedelai Nasional

sebuah sistem persamaan. Model persamaan simultan ini dalam kenyataannya dapat menjelaskan permasalahan ekonomi yang begitu kompleks, dimana ada beberapa variabel didalam suatu persamaan mempunyai keterkaitan dengan variabel yang sama, yang terdapat didalam persamaan lainnya atau dengan kata lain peubah ekonomi mempunyai kaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai taksiran dari parameter model persamaan tunggal. Salah satunya adalah metode Kuadrat Terkecil Ordinary Least Squares-OLS. Masalah yang kemudian muncul adalah pendugaan dengan menggunakan metode OLS menjadi tidak berarti, apabila model yang dibuat merupakan suatu persamaan simultan dimana pada model ini berlaku hubungan dua arah yang membuat variabel bebas dan variabel tak bebas menjadi tidak jelas atau dengan kata lain menjadi meragukan yang mana sebenarnya variabel bebas dan variabel tak bebasnya. Hal ini terjadi karena model persamaan simultan memiliki beberapa persamaan. Pada persamaan yang satu suatu variabel dapat bertindak sebagai variabel yang bebas dan pada persamaan yang lainnya variabel tersebut dapat juga bertindak sebagai variabel yang tak bebas. Oleh karena itu, pemberian nama variabel bebas dan variabel tak bebas di dalam sistem persamaan simultan sudah tidak tepat lagi. Sehingga untuk selanjutnya dalam persamaan simultan akan ada yang namanya variabel endogen dan variabel eksogen Gujarati 2003. Model persamaan simultan perlu metode yang lebih spesifik untuk memperoleh penaksir dari parameter-parameternya sehingga yang dihasilkan konsisten. Terdapat beberapa metode pendugaan dalam mengestimasi persamaan simultan. Diantaranya adalah Metode Kuadrat Terkecil Tidak Langsung Indirect Least Squares-ILS, Kuadrat Terkecil Dua Tahap Two Stage Least Squares- 2SLS, Kuadrat Terkecil Tiga Tahap Three Stage Least Squares-3SLS, Instrumental Variabel IV, k - class estimator, Informasi Terbatas Kemungkinan Terbesar Limited Information Maximum Likelihood – LIML, Informasi Penuh Kemungkinan Terbesar Full Information Maximum Likelihood – FIML dan lain sebagainya Gujarati, 2003. Bentuk model persamaan simultan adalah sebagai berikut: Y = + 11 X 1 21 X 2 X 1 = 02 + 12 Y Persamaan ini memiliki harapan bahwa baik X 1 dan X 2 adalah faktor yang mempengaruhi Y. Sedangkan pada persamaan lainnya, memiliki harapan bahwa Y adalah faktor yang mempengaruhi X 1 .Terlihat di kedua persamaan dapat diharapkan bahwa antara Y dan X 1 mempengaruhi satu sama lain. Dua istilah yang dikenal dalam persamaan simultan berkenaan dengan model yaitu Model Struktural dan Model Reduksi reduced form. Model struktural disebut juga model perilaku, mempunyai bentuk yang didasarkan pada teori yang mendasarinya sehingga sesuai dengan perilaku atau struktur pasar yang ada. Model struktural memiliki karakteristik yang terdiri dari variabel endogen yang berada pada ruas kiri, dan di ruas kanan terdapat variabel eksogen dan endogen. Model Reduksi adalah model struktural yang disederhanakan. Model ini memiliki karakteristik yaitu semua variabel endogen berada di ruas kiri persamaan dan semua variabel eksogen berada di ruas kanan persamaan Gujarati 2003. Setelah perumusan model, tahap berikutnya adalah identifikasi model. Ada dua kemungkinan yang akan muncul pada tahap identifikasi model, yaitu: 1. Underidentified tidak teridentifikasi, jika tidak ada cara menduga parameter persamaan struktural dari persamaan model reduksi. 2. Identified teridentifikasi, jika dapat memperoleh dugaan parameter persamaan struktural dari persamaan model. Suatu persamaan struktural dikatakan: a. Exactly identified terindikasi dengan tepat, jika diperoleh dugaan parameter yang khas atau unik, menggunakan metode ILS Indirect Least Squares. b. Over Identified terindikasi berlebih, jika diperoleh dugaan parameter persamaan struktural yang tidak khas lebih dari satu nilai dari persamaan model reduksi, dengan metode 2SLS atau 3SLS. Identifikasi model ditentukan berdasarkan order condition sebagai syarat perlu dan rank condition sebagai syarat kecukupan, yaitu: 1. Order condition. Order condition digunakan untuk menentukan apakah persamaan yang ada identified atau underidentified. Langkah-langkah dalam order condition, yaitu: a. Jika K - M G - 1 maka persamaan tersebut identified b. Jika K - M G - 1 maka persamaan tersebut underidentified dimana: K = Total variabel dalam model variabel endogen dan variabel predetermined M = Jumlah variabel yang dimasukkan dalam persamaan tertentu dalam model G = Total persamaan dalam model, yaitu jumlah variabel endogen dalam model 2. Rank condition. Identifikasi melalui order condition hanya merupakan prasyarat dasar tetapi belum merupakan prasyarat cukup sufficient condition. Melalui metode rank condition bisa memenuhi kedua prasyarat identifikasi persamaan simultan. Rank condition digunakan untuk mengidentifikasi persamaan yang setelah dilakukan uji order condition menghasilkan kesimpulan dapat diidentifikasi dan selanjutnya dilihat apakah persamaan tersebut exactly identified atau over identified. Jika setidaknya satu determinan tidak sama dengan nol maka disimpulkan: a persamaan overidentified, jika K - M G - 1, dan b persamaan exactly identified, jika K - M = G - 1. Selanjutnya jika semua determinan sama dengan nol, maka persamaan underidentified. Teori-teori yang digunakan sebagai konsep dalam penelitian ini, sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, maka secara ringkas disajikan pada Gambar 3.1. Teori Produksi Teori Konsumsi Keterangan: = terdiri dari = mempengaruhi Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

3.4 Kerangka Pemikiran Operasional

Dinamika produksi dan konsumsi kedelai nasional selalu menunjukkan defisit, sehingga untuk meningkatkan produksi kedelai, perlu diketahui ffaktor- faktor apa saja yang mempengaruhi produksi dan konsumsi kedelai nasional. Untuk menangkap adanya hubungan antara variabel yang mempengaruhi produksi dengan variabel yang mempengaruhi konsumsi, maka dapat dilakukan analisis simultan. Setelah itu, dilakukan prediksi produksi dan konsumsi kedelai nasional di tahun yang akan datang. Kemudian, mengacu kepada peningkatan produksi, maka perlu juga dianalisis bagaimana alternatif kebijakan alternatif yang dapat dilakukan untuk peningkatan produksi kedelai nasional. Secara rinci hubungan antar variabel ekonomi kedelai dengan produksi dan konsumsi kedelai nasional dijelaskan sebagai berikut:

3.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Area Tanam

Perluasan areal tanam dapat diupayakan melalui: 1 Memanfaatkan lahan lebak dan pasang surut termasuk di kawasan pasang surut 2 Mengoptimalkan lahan tidur dan lahan tidak produktif di pulau Jawa. Kedua pilihan di atas mutlak harus di barengi dengan menerapkan teknologi produktivitas mengingat sebagian besar lahan tersebut tidak subur untuk tanaman pangan Alihamsyah, Muhrizal dan Isdianto 2002. Kustiari et al 2009 mengemukakan areal tanam kedelai dipengaruhi oleh luas area tanam tahun sebelumnya, harga komoditas itu sendiri, serta harga komoditas alternatif lainnya, yang mana dalam penelitian ini harga kedelai, harga jagung, harga singkong dan harga ubi jalar dalam skala nasional. Selain itu, luas area tanam kedelai juga dipengaruhi oleh luas area total, dimana kedelai merupakan tanaman yang hanya tumbuh di lahan sawah. Variabel Endogen: 1. Produksi Kedelai Nasional 2. Luas Area Tanam Kedelai Nasional 3. Produktivitas Kedelai Nasional Variabel Endogen: 1. Konsumsi Kedelai Nasional 2. Harga Kedelai Nasional 3. Harga Kedelai Impor 4. Kuantitas Impor Kedelai 5. Penawaran Kedelai Nasional Variabel Eksogen: 1. Harga jagung nasional 2. Teknologi 3. Jumlah ketersediaan pupuk urea 4. Upah buruh tani kedelai Variabel Eksogen: 1. Pendapatan nasional perkapita 2. Harga Kedelai Internasional 3. Nilai Tukar Rupiah terhadap US DOllar 4. Tarif Impor Kedelai 5. Stok Kedelai Nasional 6. Kuantitas Ekspor Kedelai Upaya peningkatan produksi kedelai nasional dapat ditempuh dengan tiga pendekatan, yaitu peningkatan produktivitas, peningkatan intensitas tanam, dan perluasan areal tanam. Pemerintah telah mencanangkan Program Khusus Kedelai Bangkit Kedelai atau Program Peningkatan Produksi Kedelai Nasional P2KN. Potensi lahan untuk perluasan kedelai di lahan sawah cukup besar. Daerah-daerah yang pernah menjadi sentra produksi kedelai di era tahun 1980-1990-an terutama merupakan lahan sawah di mana kedelai ditanam setelah musim tanam padi pada MK-1 danatau MK-2. Telah tersedia inovasi teknologi produksi hasil penelitian untuk mendukung pengembangan budidaya kedelai di lahan sawah di antaranya melalui pengembangan varietas-varietas unggul kedelai yang sesuai di lahan sawah yang sudah dihasilkan saat ini. Perkembangan harga kedelai yang baik saat ini sangat memungkinkan dan merangsang petani untuk mau menanam kedelai dan hal ini merupakan peluang perluasan penanaman kedelai di lahan sawah Rachman 2012.

3.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Produktivitas kedelai dipengaruhi oleh ekspor impor kedelai, ketika impor kedelai semakin banyak, maka kedelai lokal akan semakin kalah saing dengan kedelai impor, baik dari aspek harga maupun kualitas. Dampaknya, produksi kedelai lokal akan menurun. Indonesia memiliki prospek pengembangan kedelai di dalam negeri untuk menekan impor. Mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang telah dihasilkan, serta sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usahatani. Disamping itu, pasar komoditas kedelai masih terbuka lebar. Sehingga, dengan besarnya peluang ekspor kedelai, akan membuat gairah petani semakin baik dalam meningkatkan produksinya, karena harga kedelai ekspor lebih bagus daripada harga kedelai lokal yang diterima petani. Upaya untuk menekan laju impor, salah satunya dapat ditempuh melalui strategi peningkatan produktivitas. Indonesia mempunyai potensi untuk meningkatkan produkivitas kedelainya. Lebih banyak kedelai dapat diproduksi dengan menanam di luar musim dengan sistem non-tradisionil, tumpangsari, dan penanaman di lahan marjinal dimana tanaman lain sulit tumbuh. Cara-cara ini dapat di kombinasikan, tetapi tumpangsari cocok terutama untuk Jawa, sedangkan cara-cara lainnya untuk luar Jawa. Fluktuasi hasil produktivitas makin berkurang, disebabkan semakin baiknya teknologi produksi di luar Jawa. Secara keseluruhan, ada kecenderungan yang tetap mengenai peningkatan hasil per satuan hektar are CGPRT Center 1986. Produktivitas kedelai yang rendah tidak bisa membuat produksi mencukupi kebutuhan kedelai lokal. Rendahnya produktivitas dan daya saing kedelai yang diusahakan menyebabkan turunnya minat petani untuk mengembangkan usaha budidaya kedelainya, sehingga dalam skala luas mempengaruhi produktivitas nasional. Faktor dominan penyebab rendahnya produktivitas tanaman pangan adalah a Penerapan teknologi budidaya di lapangan yang masih rendah; b Tingkat kesuburan lahan yang terus menurun Adiningsih S dkk 1994, c Eksplorasi potensi genetik tanaman yang masih belum optimal Gurdev S Kush 2002.