53 pedagang di Pasar Pondok Gede dan Pasar Jatinegara. Dari pedagang pengecer
kedua kemudian sampai kepada konsumen akhir. 4.
Promosi Promosi merupakan kegiatan memperkenalkan produk yang dihasilkan.
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan pada awal usaha yaitu dengan memberikan contoh log jamur tiram
putih dan jamur tiram putih segar kepada konsumen atau pasar, sehingga konsumen atau pasar tersebut dapat mengetahui kualitas dari log dan jamur segar
tersebut. Saat ini promosi yang terjadi hanya melalui word of mouth karena beberapa pasar sudah mengetahui kualitas yang baik dari log dan jamur segar
pelaku usaha di Desa Tugu Selatan. Berdasarkan uraian tesebut, pada aspek pasar pengembangan usaha jamur
tiram putih layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan besarnya potensi pasar dan peluang pasar yang ditunjukkan dengan nilai market share dan selisih antara
permintaan dan penawaran yang diperoleh pelaku usaha.
6.1.2. Aspek Teknis
Aspek teknis yang dikaji berkaitan dengan pemilihan lokasi usaha, pemilihan jenis teknologi dan peralatan, proses produksi, dan tata letak usaha.
6.1.2.1. Pemilihan Lokasi Usaha
Pada dasarnya, pelaku usaha jamur tiram putih memilih lokasi usaha di Desa Tugu Selatan berdasarkan kondisi lingkungan dan agroekosistem yang
cocok untuk pertumbuhan tanaman jamur tiram putih, ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, letak pasar yang dituju, dan ketersediaan sarana
prasarana serta fasilitas transportasi. a
Lingkungan Agroekosistem
Pelaku usaha jamur tiram putih berada di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Tugu Selatan terletak pada 1025 m-
1052 m dari ketinggian permukaan laut dengan tingkat suhu rata-rata harian, yaitu 20
C-24 C. Suhu dan kelembaban udara tersebut cocok untuk kegiatan budidaya
jamur tiram putih. Suhu yang baik saat jamur tiram putih membentuk miselium atau pada masa inkubasi adalah berkisar antara 22
C-28 C dengan kelembaban
udara 60-70, sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara
54 16
C-22 C dengan kelembaban 80-90 Direktorat Jenderal Hortikultura 2006.
Syarat tumbuh jamur tersebut memperlihatkan bahwa Desa Tugu Selatan cukup baik dan cocok untuk pertumbuhan jamur didukung dengan pemeliharaan jamur
yang baik. b
Ketersediaan Bahan Baku
Pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan memiliki kegiatan bisnis yang berbeda. Ada pelaku usaha yang memproduksi baglog untuk dijual
maupun untuk dibudidayakan. Kegiatan produksi baglog tersebut memerlukan beberapa bahan baku utama, yaitu serbuk kayu, dedak, kapur, jagung, gips, dan
bibit jamur tiram putih. Pelaku usaha tersebut akan memproduksi 2843 log setiap hari, sehingga ketersediaan bahan baku perlu diperhatikan agar kelancaran
kegiatan produksi dapat terjamin. Bahan baku dibeli dari pemasok yang berada di beberapa daerah, yaitu
Sukabumi, Cianjur, dan sekitar Cisarua. Bahan baku serbuk kayu diperoleh dari pemasok di daerah Sukabumi. Pemasok tersebut dipilih karena mampu memenuhi
permintaan dari pelaku usaha secara kontinu. Bahan baku berupa dedak dan bibit berasal dari daerah Cianjur yang cukup dekat dengan lokasi usaha. Bibit yang
digunakan adalah bibit F2 yang memiliki jaminan kualitas dari pemasok. Bahan baku lain seperti kapur, jagung, karet, dan plastik diperoleh dari pasar di Cisarua,
sehingga memiliki biaya transportasi yang rendah dikarenakan jarak yang sangat dekat dengan lokasi usaha. Berikut bahan baku yang digunakan pelaku usaha
jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan:
Tabel 13 . Kebutuhan Bahan Baku pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu
Selatan
No. Jenis Bahan Baku
Satuan Kebutuhan per bulan
Asal Bahan Baku 1
Serbuk kayu Karung
2.132 Sukabumi
2 Dedak
Kg 6.396
Cianjur 3
Kapur Kg
1.279,2 Cisarua
4 Jagung
Kg 2.558,4
Cisarua 5
Gips Kg
639,6 Tajur
6 Bibit
Log 2132
Cianjur 7
Plastik Kg
460,973 Cisarua
8 Koran
Kg 42,64
Cianjur 9
Ring bambu Ring
85.280 Cisarua
10 Karet
Kg 28,427
Cisarua
55 c
Ketersediaan Tenaga Kerja
Lokasi usaha jamur tiram putih di daerah Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor merupakan lokasi yang memiliki jumlah ketersediaan
tenaga kerja cukup banyak. Saat ini terdapat 17 orang yang menjadi tenaga kerja tetap dan 16 orang pekerja borongan. Untuk pengembangan usaha yang akan
dilakukan menyebabkan kebutuhan tenaga kerja meningkat menjadi 25 orang tenaga kerja tetap dan 21 orang pekerja borongan. Tenaga kerja tersebut
melakukan berbagai pekerjaan kegiatan budidaya jamur tiram putih seperti pengadukan, loging, perebusan, inokulasi, pemeliharaan, dan pemanenan. Tenaga
kerja tidak diharuskan memiliki keterampilan atau keahlian khusus dalam budidaya jamur tiram putih, tetapi memiliki keinginan untuk belajar dan bekerja
serta disiplin dalam bekerja. Pelaku usaha akan melakukan pelatihan kepada calon tenaga kerja sebelum mereka bekerja. Sebagian besar tenaga kerja berasal dari
wilayah sekitar lokasi usaha. Hal ini dapat mengurangi angka pengangguran bagi desa tersebut.
d
Letak Pasar yang Dituju
Pasar tujuan dari baglog jamur tiram putih adalah Cibedug, Cipanas, dan Cianjur. Daerah tersebut tidak terlalu jauh dari lokasi usaha dan cukup mudah
diakses dengan menggunakan mobil. Pemasaran baglog jamur tiram putih
dilakukan sendiri dengan menyewa mobil bak terbuka.
Pasar tujuan jamur tiram putih segar dari pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan adalah Jakarta, Depok, dan Tangerang. Pelaku usaha
mempercayakan pemasaran jamur tiram putih segar kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul mengambil jamur tiram putih segar langsung di lokasi
usaha. Pedagang pengumpul mengambil menggunakan mobil, sehingga para pelaku usaha tidak mengeluarkan biaya transportasi.
e
Ketersediaan Sarana Prasarana dan Fasilitas Transportasi
Pelaku usaha memiliki akses yang mudah dijangkau dan cukup dekat dengan pasar bahan baku serta pasar baglog jamur tiram putih, sehingga biaya
transportasi yang dikeluarkan tidak besar. Lokasi usaha berjarak sekitar 500 m dari jalan utama, sehingga memudahkan pelaku usaha melakukan mobilisasi ke
56 berbagai wilayah. Jalan utama di sekitar lokasi telah beraspal dan cukup lebar
serta akses kendaraan umum mudah didapat. 6.1.2.2.
Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan
Pemilihan teknologi dan peralatan produksi pada pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan termasuk dalam teknologi dan peralatan sederhana.
Pada proses pengadukan media log dan loging menggunakan peralatan seperti sekop, cangkul, ayakan, sarung tangan, ember, dan timbangan. Pada proses
sterilisasi atau pengukusan menggunakan drum atau oven, termometer, gas, dan roli. Namun, drum memiliki kelemahan dalam kepastian pematangan log karena
hanya didasarkan pada habisnya tabung gas 12 kg yang digunakan sebanyak dua tabung selama kurang lebih delapan jam tanpa mengetahui suhu perebusan yang
dilakukan dan drum hanya memiliki kapasitas 600-700 baglog sehingga dalam penelitian ini akan menggunakan oven sebagai alat sterilisasi yang dipanaskan
menggunakan kayu bakar. Proses sterilisasi menggunakan oven dilakukan sampai suhu mencapai
90 C-100
C yang dapat dilihat pada termometer yang terpasang pada oven tersebut. Proses pengukusan dengan menggunakan oven memiliki kapasitas yang
mencapai 2000-2200 baglog dengan bahan bakar berupa kayu bakar yang diperoleh dari daerah sekitar lokasi usaha. Proses inkubasi, pemeliharaan, dan
pemanenan menggunakan cutter, keranjang, timbangan, stimer, termometer, dan selang air. Stimer digunakan untuk proses penyiraman baglog. Pada saat proses
inkubasi dan pemeliharaan sebaiknya menggunakan barometer yang berfungsi untuk mengetahui kelembaban ruangan, sehingga pertumbuhan miselium dan
pertumbuhan jamur menjadi lebih baik.
Gambar 8. Oven Pengukusan Baglog Gambar 9. Stimer Penyiraman Baglog
57
6.1.2.3. Proses Produksi