Potensi Pasar Permintaan dan Penawaran

48 VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Aspek Non Finansial

Analisis aspek –aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari aspek- aspek non finansial. Aspek kelayakan non finansial mencakup pembahasan mengenai aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan.

6.1.1. Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menentukan kelayakan pada suatu usaha. Tidak tersedianya pasar yang baik dalam menyerap produk yang dihasilkan suatu usaha maka usaha tersebut akan sulit untuk berjalan dengan lancar. Berikut ini adalah analisis lebih lanjut mengenai komponen-komponen dari aspek pasar.

6.1.1.1. Potensi Pasar Permintaan dan Penawaran

Terdapat dua jenis permintaan yang terjadi pada pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan, yaitu permintaan log jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar. Kedua jenis permintaan tersebut belum mampu terpenuhi oleh pelaku usaha. Saat ini, pelaku usaha dapat menghasilkan log jamur tiram putih sebanyak 32.000 logbulan, sedangkan permintaan yang diterima mencapai 95.000 logbulan. Permintaan tersebut berasal dari Cibedug sebesar 16.667 logbulan, Cipanas sebesar 33.333 logbulan, Cianjur 5000 logbulan, dan Kabupaten Bandung sebesar 40.000 logbulan. Selisih penawaran dan permintaan yang tinggi tersebut menyebabkan log jamur tiram putih yang diproduksi selalu terserap oleh pasar dan menjadi peluang yang baik bagi pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan untuk melakukan pengembangan usaha pembuatan log jamur tiram putih. Pelaku usaha akan melakukan pengembangan usaha produksi log menjadi 52.000 logbulan untuk mengambil peluang tersebut yang didasarkan pada kapasitas teknologi sterilisasi yang mampu menampung baglog sampai 2000-2200 log. Pasar jamur tiram putih segar yang menjadi sasaran utama dari pelaku usaha jamur tiram putih Desa Tugu Selatan adalah pasar di Jakarta, Depok, dan 49 Tangerang. Wilayah tersebut menjadi sasaran pasar utama dikarenakan harga jual yang cukup tinggi mencapai Rp 9000kg. Permintaan dari pasar di Jakarta, Depok, dan Tangerang masing-masing mencapai 8 kuhari, 2 kuhari, dan 4 ku hari. Namun, pada saat ini pelaku usaha jamur tiram putih baru mampu memenuhi permintaan tersebut sebesar 6,66 kuhari. Selisih antara penawaran dan permintaan yang terjadi saat ini sebesar 7,34 kuhari menyebabkan jamur tiram putih segar selalu terjual habis di pasar. Selain permintaan dari pasar di atas, pada akhir tahun 2011 akan terdapat permintaan baru dari Batam dan wilayah Jawa masing-masing sebesar 2 kuhari dan 6 kuhari. Melihat peluang tersebut pelaku usaha akan melakukan pengembangan budidaya jamur tiram putih menjadi sebesar 8,88 kuhari. Pelaku usaha jamur tiram di Desa Tugu Selatan perlu meningkatkan terus produksinya agar dapat mengisi peluang-peluang pasar tersebut. Berikut merupakan perkembangan produksi jamur di Jawa Barat Tabel 11. Tabel 11. Perkembangan Produksi Jamur di Jawa Barat Tahun 2004-2009 Tahun Produksi kg Presentase 2004 9.500.000 - 2005 13.662.000 43,81 2006 10.173.800 -25,53 2007 5.133.000 -49,55 2008 5.416.094 5,52 2009 7.306.746 34,91 Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 Proyeksi produksi pada tahun 2011 diperoleh melalui analisis deret waktu berupa metode kuadrat terkecil dengan persamaan: dimana, dan Tabel 12. Perhitungan Proyeksi Perkembangan Jamur di Jawa Barat Tahun X Y X 2 XY 2004 -3 9.500.000 9 -28.500.000 2005 -2 13.662.000 4 -27.324.000 2006 -1 10.173.800 1 -10.173.800 2007 1 5.133.000 1 5.133.000 2008 2 5.416.094 4 10.832.188 2009 3 7.306.746 9 21.920.238 Jumlah ∑ 51.191.640 28 -28.112.374 50 Dari perhitungan di atas diperoleh persamaan sehingga proyeksi produksi pada tahun 2011 X=5 sebesar 3.511.873,21 kg. Dengan mengetahui produksi industri dan produksi pelaku usaha dapat diketahui market share dari usaha jamur tiram putih segar di Desa Tugu Selatan, saat ini dan setelah dilakukan pengembangan. Market share saat ini sebelum pengembangan usaha: = 6,83 Market share setelah pengembangan usaha: = 9,11 Market share yang diterima pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan saat ini sebesar 6,83 dan akan meningkat menjadi 9,11 setelah dilakukan pengembangan usaha. Perhitungan market share tersebut memiliki kelemahan dalam penentuan jumlah produksi jamur industri karena diperoleh dengan asumsi bahwa produksi dan penjualan jamur tiram dilakukan di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat, sehingga jumlah produksi industri didasarkan pada total produksi jamur pada kedua provinsi tersebut.

6.1.1.2. Bauran Pemasaran