Analisis Rugi Laba Analisis Aspek Finansial

85 Tabel 25. Biaya Variabel Pelaku Usaha Jamur Tiram Putih di Desa Tugu Selatan Skenario III No. Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan Rp Harga Total RpTahun 1 Serbuk kayu Karungbulan 2.132 5.000 127.920.000 2 Dedak Kgbulan 6.396 1.800 138.153.600 3 Kapur Kgbulan 1.279,2 300 4.605.120 4 Jagung Kgbulan 2.558,4 6.000 184.204.800 5 Gips Kgbulan 639,6 2.500 19.188.000 6 Koran Kgbulan 44,14 4.000 2.046.720 7 Ring bambu Ringbulan 85.280 50 51.168.000 8 Kayu bakar Bakbulan 42,64 150.000 78.000.000 9 Bibit Logbulan 2.132 8.000 204.672.000 10 Karet Kgbulan 29,433 26.500 9.039.786 11 Plastik Kgbulan 479,2 25.000 138.291.900 12 Transportasi Logbulan 37.523 100 45.027.600 13 Tenaga kerja borongan Orangbulan 21 446.704,7619 112.569.600 14 Bensin Literbulan 100 4.500 5.400.000 Total 1.120.287.126 Berdasarkan Tabel 25, diketahui bahwa biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha penjualan log dan budidaya jamur tiram putih sebesar Rp 1.120.287.126 dalam satu tahun, sehingga biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan sebesar Rp 93.357.260,5. Pada tahun pertama usaha, biaya variabel yang dikeluarkan dalam satu tahun sebesar Rp 560.143.563 dikarenakan enam bulan awal pada tahun pertama digunakan untuk kegiatan investasi. Biaya variabel yang dikeluarkan pelaku usaha sebagian besar digunakan untuk membeli jagung, bibit, serbuk kayu, dedak, dan plastik dengan biaya total per tahun masing-masing Rp 184.204.800, Rp 204.672.000, Rp 127.920.000, Rp 138.153.600, dan Rp 138.291.900.

6.2.4. Analisis Rugi Laba

Analisis rugi laba digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu. Komponen rugi laba terdiri dari penerimaan, biaya operasional, biaya penyusutan, dan biaya lain diluar usaha serta pajak penghasilan usaha. Rincian perhitungan rugi laba, dimana perhitungan rugi laba akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha yang secara otomatis akan mempengaruhi hasil perhitungan cashflow. Pada penelitian ini digunakan tiga skenario skala usaha jamur tiram putih, sehingga dalam laporan rugi laba akan diketahui keuntungan maksimum dari 86 ketiga skenario usaha yang akan dikembangkan. Hasil rugi laba dari tiga skenario tersebut dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Hasil Analisis Laporan Laba Rugi Usaha Jamur Tiram Putih Tahun Nilai Skenario I Rp Skenario II Rp Skenario III Rp 1 110.494.705,00 67.238.250,00 163.178.457,75 2 234.053.410,00 151.350.750,00 700.153.555,50 3 234.053.410,00 151.350.750,00 700.153.555,50 4 234.053.410,00 151.350.750,00 700.153.555,50 5 234.053.410,00 151.350.750,00 700.153.555,50 Rata-Rata per Tahun 209.341.669,00 134.528.250,00 592.758.536,00 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 26, dapat dilihat bahwa pada skenario I merupakan hasil analisis laba rugi dari satu output produksi yaitu log jamur tiram putih, pada skenario II juga merupakan hasil analisis laba rugi dari satu output produksi yaitu jamur tiram putih segar, dan skenario III merupakan hasil analisis laba rugi dari dua output produksi yaitu log jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar. Pada skenario I diperoleh rata-rata penerimaan selama lima tahun yaitu sebesar Rp 209.341.669,00, skenario II diperoleh rata-rata penerimaan selama lima tahun sebesar Rp 134.528.250,00, dan skenario III diperoleh rata-rata penerimaan selama lima tahun sebesar Rp 592.758.536,00. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa dengan analisis rugi laba pada skenario III mendapatkan laba yang lebih besar dibandingkan dengan laba yang diperoleh pada skenario I maupun skenario II. Hal ini diduga disebabkan pada jumlah produksi log jamur tiram putih yang besar pada skenario III dibandingkan skenario I dan skenario II, sehingga menghasilkan penjualan jamur tiram putih segar yang lebih banyak dimana penjualan jamur tiram putih segar memiliki harga jual yang tinggi yaitu sebesar Rp 6.500 per kilogram. Selain itu, perbedaan rata-rata laba yang cukup tinggi antara skenario III dengan skenario I dan skenario II diduga dikarenakan pada skenario III pelaku usaha memproduksi baglog sendiri untuk kegiatan budidaya, sehingga biaya produksi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan membeli seperti pada skenario II. 87

6.2.5. Analisis Kelayakan Finansial