72 memproduksi log jamur tiram putih setiap bulannya, sehingga penerimaan yang
diperoleh pelaku usaha sebesar Rp 810.496.800. Angka tersebut diperoleh dari jumlah produksi log sebanyak 37.523 per bulan dikali dengan harga jual sebesar
Rp 1.800 per log dan siklus penjualan log setiap tahunnya sebanyak dua belas kali sama dengan Rp 810.496.800. Dari hasil perhitungan tersebut total penerimaan
dari penjualan log jamur tiram putih pada skenario III sebesar Rp 3.647.235.600. Pada skenario ini jumlah jamur tiram segar yang diperoleh setiap siklusnya
sebesar 3.820,56 kg dan log jamur tiram putih yang akan dibudidaya, diproduksi setiap bulan Lampiran 3. Siklus panen setiap log jamur tiram sebanyak lima kali
selama tiga bulan dengan menghasilkan 0,1 kg jamur tiram putih segar setiap siklusnya dimana tingkat kegagalan log sebesar 20 dari total log. Tingkat
kegagalan log sebesar 20 tersebut didasarkan pada pengalaman pelaku usaha dalam melakukan budidaya jamur tiram putih. Angka 3.820,56 kg diperoleh dari
total log jamur tiram putih sebanyak 47.757 log dikali dengan 80 log jamur yang berhasil tumbuh dan jumlah panen setiap log sebesar 0,1 kg per siklus sama
dengan 3.820,56 kg, sehingga pada tahun pertama diperoleh penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar sebesar Rp 521.506.440 dan pada tahun kedua
sampai kelima sebesar Rp 1.490.018.400. Dari hasil perhitungan tersebut total penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar pada skenario III sebesar Rp
6.481.580.040 dan total penerimaan dari keseluruhan hasil usaha jamur tiram putih pada skenario III sebesar Rp 10.128.815.640.
6.2.2. Nilai Sisa
Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha berjalan. Nilai sisa tersebut menjadi tambahan manfaat bagi usaha. Penelitian ini
digunakan tiga skenario, dimana skenario I menjual log jamur tiram putih dari pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan memproduksi 52.000 log
per bulan, skenario II membeli log jamur tiram putih dari pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan membeli 100.000 log per tiga bulan untuk
dibudidaya, dan skenario III menjual log dan jamur tiram putih segar dari pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan memproduksi 85.280 log per bulan.
73 1.
Nilai Sisa Skenario I Menjual Log Jamur Tiram Putih Total nilai sisa usaha jamur tiram putih pada skenario I yaitu sebesar Rp
618.346.666,67. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara harga beli barang dibagi dengan umur ekonomis dimana pada akhir umur ekonomis diasumsikan
nilai barang telah habis. Contoh perhitungan dapat dijelaskan sebagai berikut, jika harga beli ayakan Rp 100.000 dengan umur ekonomis dua tahun, maka nilai sisa
pada akhir umur usaha tahun kelima adalah Rp 50.000. Komponen yang masih memiliki nilai sisa diantaranya lahan, bangunan pembuatan log, bangunan
pekerja, sekop, cangkul, ayakan, sekop kecil, sepatu boot, ember, instalasi air, dan instalasi listrik. Nilai sisa lahan diasumsikan sama dengan nilai belinya sebesar Rp
600.000.000, sedangkan investasi yang lainnya didasarkan pada nilai beli dikurangi dengan nilai penyusutan setiap tahunnya, yaitu bangunan pembuatan
log Rp 13.500.000, bangunan pekerja Rp 2.500.000, sekop Rp 108.333,33, cangkul Rp 26.666,67, ayakan Rp 50.000, sekop kecil Rp 21.666,67, sepatu boot
Rp 110.000, ember Rp 30.000, instalasi air Rp 1.500.000, dan instalasi listrik Rp 500.000 Tabel 17.
2. Nilai Sisa Skenario II Membeli Log Jamur Tiram Putih
Total nilai sisa usaha jamur tiram putih pada skenario II yaitu sebesar Rp 604.950.000. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara harga beli barang
dibagi dengan umur ekonomis dimana pada akhir umur ekonomis diasumsikan nilai barang telah habis. Contoh perhitungan dapat dijelaskan sebagai berikut, jika
harga beli keranjang Rp 7.000 dengan umur ekonomis dua tahun, maka nilai sisa pada akhir umur usaha tahun kelima adalah Rp 3.500. Komponen yang masih
memiliki nilai sisa diantaranya lahan, bangunan pekerja, sepatu boot, kursi plastik, keranjang, instalasi air, dan instalasi listrik. Nilai sisa lahan diasumsikan sama
dengan nilai belinya sebesar Rp 600.000.000, sedangkan investasi yang lainnya didasarkan pada nilai beli dikurangi dengan nilai penyusutan setiap tahunnya,
yaitu bangunan pekerja Rp 2.500.000, sepatu boot Rp 165.000, kursi plastik Rp 75.000, keranjang Rp 210.000, instalasi air Rp 1.500.000, dan instalasi listrik Rp
500.000 Tabel 18.
74 3.
Nilai Sisa Skenario III Menjual Log dan Jamur Tiram Putih Segar Total nilai sisa usaha jamur tiram putih pada skenario III yaitu sebesar Rp
1.230.471.000. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara harga beli barang dibagi dengan umur ekonomis dimana pada akhir umur ekonomis diasumsikan
nilai barang telah habis. Contoh perhitungan dapat dijelaskan sebagai berikut, jika harga beli ayakan Rp 50.000 dengan umur ekonomis dua tahun, maka nilai sisa
pada akhir umur usaha tahun kelima adalah Rp 25.000. Komponen yang masih memiliki nilai sisa diantaranya lahan, bangunan pembuatan log, bangunan
pekerja, sekop, cangkul, ayakan, sekop kecil, sepatu boot, ember, keranjang, kursi plastik, instalasi air, dan instalasi listrik. Nilai sisa lahan diasumsikan sama
dengan nilai belinya sebesar Rp 1.200.000.000, sedangkan investasi yang lainnya didasarkan pada nilai beli dikurangi dengan nilai penyusutan setiap tahunnya,
yaitu bangunan pembuatan log Rp 22.250.000, bangunan pekerja Rp 5.000.000, sekop Rp 173.333,33, cangkul Rp 40.000, ayakan Rp 75.000, sekop kecil Rp
35.000, sepatu boot Rp 411.666,67, ember Rp 50.000, keranjang Rp 301.000, kursi plastik Rp 135.000, instalasi air Rp 1.500.000, dan instalasi listrik Rp
500.000 Tabel 19.
6.2.3. Pengeluaran Perusahaan Outflow