Hasil Analisis Aspek Finansial

94 dihasilkan yaitu berupa jamur tiram putih segar. Untuk mengantisipasi penurunan harga jual jamur tiram putih segar yang cukup besar, pelaku usaha dapat menjual atau mengolah produk tersebut menjadi produk olahan seperti jamur crispy, keripik jamur, dan sate jamur dimana olahan tersebut telah dikenal baik oleh masyarakat.

6.2.7. Hasil Analisis Aspek Finansial

Analisis kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan secara aspek finansial menggunakan tiga skenario yang berbeda yaitu skenario I menjual log jamur tiram putih, skenario II membeli log jamur tiram putih, dan skenario III menjual log dan jamur tiram putih segar. Skenario I menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 708.104.697,01, nilai Net BC sebesar 2,32, nilai IRR 45 persen, dan PP selama 3 tahun, 6 bulan, 29 hari. Kriteria kelayakan investasi pada skenario I telah memenuhi kriteria sehingga dapat dikatakan pada skenario I ini usaha layak dijalankan secara finansial. Analisis kelayakan pada skenario II yaitu membeli log jamur tiram putih untuk dibudidaya menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 403.502.827,98, nilai Net BC sebesar 1,69, nilai IRR 27 persen, dan PP selama 4 tahun, 3 bulan, 11 hari. Kriteria kelayakan investasi pada skenario II juga telah memenuhi kriteria sehingga dapat dikatakan pada skenario II ini usaha layak dijalankan secara finansial. Analisis kelayakan pada skenario III yaitu menjual log dan jamur tiram putih segar menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 2.095.013.894,70, nilai Net BC sebesar 2,77, nilai IRR 59 persen, dan PP selama 2 tahun, 10 bulan, 6 hari. Kriteria kelayakan investasi pada skenario III juga telah memenuhi kriteria sehingga dapat dikatakan pada skenario III ini usaha layak dijalankan secara finansial. Kemudian dilakukan analisis switching value pada ketiga skenario tersebut. Pada skenario I perubahan terhadap parameter penurunan harga jual log jamur tiram putih sebesar 22,97 persen lebih sensitif dibandingkan perubahan parameter peningkatan biaya variabel sebesar 35,41 persen. Pada skenario II perubahan terhadap parameter penurunan harga jual jamur tiram putih segar sebesar 14,14 persen lebih sensitif dibandingkan perubahan parameter 95 peningkatan biaya variabel sebesar 20,32 persen. Pada skenario III perubahan terhadap parameter penurunan harga jual jamur tiram putih segar sebesar 53,28 persen lebih sensitif dibandingkan perubahan parameter peningkatan biaya variabel sebesar 68,14 persen dan perubahan parameter penurunan harga jual log jamur tiram putih sebesar 94,18 persen. Presentase terhadap parameter-parameter tersebut merupakan presentase maksimum yang dapat ditolerir pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan agar usaha tetap layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa hasil kriteria investasi berupa nilai NPV, Net BC, dan IRR serta analisis switching value pada skenario III mendapatkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan yang diperoleh pada skenario I maupun skenario II, sedangkan nilai payback period pada skenario III lebih rendah dibandingkan dengan yang diperoleh pada skenario I maupun skenario II. Hal ini diduga disebabkan pada jumlah produksi log jamur tiram putih yang besar pada skenario III dibandingkan skenario I dan skenario II, sehingga menghasilkan penjualan jamur tiram putih segar yang lebih banyak dimana penjualan jamur tiram putih segar memiliki harga jual yang tinggi, yaitu sebesar Rp 6.500 per kilogram. Selain itu, perbedaan yang cukup tinggi antara skenario III dengan skenario I dan skenario II juga diduga dikarenakan pada skenario III pelaku usaha memproduksi baglog sendiri untuk kegiatan budidaya, sehingga biaya produksi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan membeli seperti pada skenario II. 96 VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan diantaranya: 1. Berdasarkan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi budaya, dan aspek lingkungan usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan usaha jamur tiram putih ini memiliki peluang pasar yang tinggi, kondisi iklim lokasi yang cocok untuk usaha jamur tiram putih, sarana prasarana usaha yang memadai serta usaha jamur tiram putih ini memberikan dampak yang baik secara sosial ekonomi budaya dan lingkungan sekitar usaha. 2. Berdasarkan aspek finansial, kriteria kelayakan investasi usaha jamur tiram putih menunjukkan bahwa ketiga skenario yaitu skenario I menjual log jamur tiram putih, skenario II membeli log jamur tiram putih, dan skenario III menjual log dan jamur tiram putih segar layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan ketiga skenario memiliki nilai NPV lebih besar dari nol, nilai Net BC lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari discount rate yang digunakan dan payback period berada sebelum umur usaha berakhir. Skenario I menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 708.104.697,01, nilai Net BC sebesar 2,32, nilai IRR 45 persen, dan PP selama 3 tahun, 6 bulan, 29 hari. Skenario II menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 403.502.827,98, nilai Net BC sebesar 1,69, nilai IRR 27 persen, dan PP selama 4 tahun, 3 bulan, 11 hari. Skenario III menghasilkan kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp 2.095.013.894,70, nilai Net BC sebesar 2,77, nilai IRR 59 persen, dan PP selama 2 tahun, 10 bulan, 6 hari. 3. Berdasarkan hasil analisis switching value yang dilakukan pada ketiga skenario diperoleh dua parameter untuk skenario I dan skenario II dan tiga parameter untuk skenario III. Pada skenario I perubahan terhadap parameter penurunan harga jual log jamur tiram putih sebesar 22,97 persen lebih sensitif dibandingkan perubahan parameter peningkatan biaya variabel sebesar 35,41 persen. Pada skenario II perubahan terhadap parameter penurunan harga jual jamur tiram putih segar sebesar 14,14 persen lebih sensitif dibandingkan