30
Gambar 1 . Hubungan Antara NPV dan IRR
3 Net Benefit-Cost Ratio
Net benefit-cost ratio Net BC adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis
dapat dikatan layak jika Net BC lebih besar dari satu dan tidak layak jika Net BC kurang dari satu.
4 Payback Period
Analisis payback period dalam studi kelayakan digunakan untuk mengetahui berapa lama usaha dapat mengembalikan investasi yang ditanamkan. Bisnis
yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar akan dipilih. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur
bisnis PP umur bisnis.
3.1.5. Analisis Switching Value
Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan switching value. Menurut Gittinger 1986, analisis switching value adalah suatu analisa untuk
dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah- ubah. Pendekatan switching value nilai pengganti, merupakan analisis yang
mencari perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar usaha masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan
yang terjadi, misalnya perubahan pada tingkat produksi, harga jual output, maupun kenaikkan harga input. Analisis ini dilakukan dengan teknik coba-coba
IRR
DR NPV
31 terhadap perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat kenaikkan dan
penurunan maksimum yang boleh terjadi dalam usaha jamur tiram putih agar usaha masih memperoleh keuntungan normal.
Pengujian analisis switching value dilakukan sampai mencapai tingkat maksimum, dimana usaha dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa
besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol NPV=0. Nilai NPV sama dengan nol akan membuat IRR menjadi
sama dengan tingkat dscount rate yang ditentukan IRR=DR dan Net BC rasio menjadi sama dengan satu Net BC=1.
Gambar 2 . Hubungan Antara NPV dan IRR Saat Dilakukan Analisis Switching
Value
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Budidaya jamur tiram memiliki peluang pasar yang besar baik dari pasar domestik maupun pasar luar negeri. Hal tersebut dapat dilihat dari permintaan
akan jamur tiram yang cenderung semakin meningkat. Permintaan yang semakin meningkat tersebut tidak diimbangi dengan produksi atau penawaran yang
mencukupi. Selain itu, jamur tiram memiliki harga jual yang cukup tinggi di pasar, yaitu Rp 6.000kg sampai Rp 10.000kg. Harga yang tinggi dan masih
besarnya peluang pasar jamur tiram tersebut dapat menjadi dorongan bagi pelaku usaha untuk mengembangkan usaha budidaya jamur tiram putih.
Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra penghasil jamur tiram putih. Terdapat tiga pelaku usaha yang
IRR = DR
DR NPV
NPV = 0