87
6.2.5. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial yang diukur pada penelitan ini berdasarkan dari pendekatan empat kriteria, yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of
Return IRR, Net Benefit-Cost Ratio Net BC, dan Payback Period PP. Hasil perhitungan kriteria investasi ini diperoleh dari hasil pengurangan komponen
outflow dengan inflow. 1.
Analisis Kelayakan Finansial Skenario I Menjual Log Jamur Tiram Putih Analisis kelayakan finansial pada skenario I, yaitu menjual log jamur tiram
putih menggunakan tingkat discount rate 6,75 yang ditentukan berdasarkan rata-rata tingkat BI rate bulan Februari sampai Mei 2011. Pada skenario I,
perhitungan kelayakan menggunakan manfaat bersih net benefit yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya serta dikurangi pajak
penghasilan usaha. Berdasarkan ketentuan pajak nomor 36 tahun 2009, pasal 17 ayat 2a, tarif pajak pendapatan usaha sebesar 25 persen dari penghasilan usaha,
sehingga diperoleh pajak penghasilan usaha pada tahun pertama sebesar Rp 36.831.568,33 dan pada tahun kedua hingga tahun kelima sebesar Rp
78.017.803,33.
Tabel 27. Kriteria Kelayakan Investasi pada Skenario I
No Kriteria Investasi
Nilai 1
NPV 708.104.697,01
2 Net BC
2,32 3
IRR 45
4 Payback Period
3,58 Berdasarkan perhitungan kriteria investasi yang telah dilakukan dengan
umur usaha selama lima tahun, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 708.104.697,01 yang menunjukkan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang
diperoleh pelaku usaha selama lima tahun dengan tingkat diskonto 6,75 persen sebesar Rp 708.104.697,01. Nilai tersebut lebih besar dari nol, sehingga
berdasarkan kriteria NPV, usaha jamur tiram putih dengan skenario I layak untuk dijalankan.
Perhitungan Net BC menghasilkan nilai sebesar 2,32 yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan untuk usaha penjualan log jamur
tiram putih ini akan memberikan keuntungan yang nilainya sebesar 2,32 satuan.
88 Nilai Net BC ini lebih besar dari satu maka pada kriteria ini, untuk usaha jamur
tiram putih dengan skenario I layak untuk dijalankan. Sementara itu, nilai IRR dari usaha jamur tiram putih dengan skenario I
sebesar 45 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan pada usaha jamur tiram putih dengan skenario I sebesar 45
persen. Nilai ini lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan, yaitu 6,75 persen. Maka, dapat dikatakan bahwa usaha jamur tiram putih dengan skenario I
berdasarkan kriteria IRR layak untuk dijalankan. Nilai Payback Period PP dari usaha ini adalah selama 3 tahun, 6 bulan,
29 hari. Nilai ini menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi yang ditanamkan dalam usaha jamur tiram putih dengan skenario I akan dapat dikembalikan pada
tahun ketiga, bulan ketujuh, hari kedua puluh sembilan. Payback period memiliki periode yang lebih kecil dibandingkan dari umur usaha jamur tiram putih yang
berlangsung selama lima tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha jamur tiram putih dengan skenario I layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria
pengembalian investasinya. Dilihat dari beberapa kriteria investasi yaitu NPV, Net BC, IRR, dan PP usaha jamur tiram putih dengan skenario I ini layak secara
finansial. 2.
Analisis Kelayakan Finansial Skenario II Membeli Log Jamur Tiram Putih Analisis kelayakan finansial pada skenario II, yaitu budidaya jamur tiram
putih dengan cara membeli log jamur tiram putih menggunakan tingkat discount rate 6,75 yang ditentukan berdasarkan rata-rata tingkat BI rate bulan Februari
sampai Mei 2011. Pada skenario II, perhitungan kelayakan menggunakan manfaat bersih net benefit yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap
tahunnya serta dikurangi pajak penghasilan usaha. Berdasarkan ketentuan pajak nomor 36 tahun 2009, pasal 17 ayat 2a, tarif pajak pendapatan usaha sebesar 25
persen dari penghasilan usaha, sehingga diperoleh pajak penghasilan usaha pada tahun pertama sebesar Rp 22.412.750 dan pada tahun kedua hingga tahun kelima
sebesar Rp 50.450.250.
89
Tabel 28. Kriteria Kelayakan Investasi pada Skenario II
No Kriteria Investasi
Nilai 1
NPV 403.502.827,98
2 Net BC
1,69 3
IRR 27
4 Payback Period
4,28 Berdasarkan perhitungan kriteria investasi yang telah dilakukan dengan
umur usaha selama lima tahun, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 403.502.827,98 yang menunjukkan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang
diperoleh pelaku usaha selama lima tahun dengan tingkat diskonto 6,75 persen sebesar Rp 403.502.827,98. Nilai tersebut lebih besar dari nol, sehingga
berdasarkan kriteria NPV, usaha jamur tiram putih dengan skenario II layak untuk dijalankan.
Perhitungan Net BC menghasilkan nilai sebesar 1,69 yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur
tiram putih dengan membeli log ini akan memberikan keuntungan yang nilainya sebesar 1,69 satuan. Nilai Net BC ini lebih besar dari satu maka pada kriteria ini,
untuk usaha jamur tiram putih dengan skenario II layak untuk dijalankan. Sementara itu, nilai IRR dari usaha jamur tiram putih dengan skenario II
sebesar 27 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan pada usaha jamur tiram putih dengan skenario II sebesar 27
persen. Nilai ini lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan yaitu 6,75 persen. Maka, dapat dikatakan bahwa usaha jamur tiram putih dengan skenario II
berdasarkan kriteria IRR layak untuk dijalankan. Nilai Payback Period PP dari usaha ini adalah selama 4 tahun, 3 bulan,
11 hari. Nilai ini menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi yang ditanamkan dalam usaha jamur tiram putih dengan skenario II akan dapat dikembalikan pada
tahun keempat, bulan keempat, hari kesebelas. Payback period memiliki periode yang lebih kecil dibandingkan dari umur usaha jamur tiram putih yang
berlangsung selama lima tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha jamur tiram putih dengan skenario II layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria
pengembalian investasinya. Dilihat dari beberapa kriteria investasi yaitu NPV,
90 Net BC, IRR, dan PP usaha jamur tiram putih dengan skenario II ini layak secara
finansial. 3.
Analisis Kelayakan Finansial Skenario III Menjual Log dan Jamur Tiram Putih Segar
Analisis kelayakan finansial dengan skenario III yaitu menjual log dan jamur tiram putih segar menggunakan tingkat discount rate 6,75 yang
ditentukan berdasarkan tingkat rata-rata BI rate bulan Februari sampai Mei 2011. Pada skenario III, perhitungan kelayakan menggunakan manfaat bersih net
benefit yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dan dikurangi pajak penghasilan usaha. Berdasarkan ketentuan pajak nomor 36 tahun
2009, pasal 17 ayat 2a, tarif pajak pendapatan usaha sebesar 25 persen dari penghasilan usaha, sehingga diperoleh pajak penghasilan usaha pada tahun
pertama sebesar Rp 54.392.819,25 dan pada tahun kedua hingga tahun kelima sebesar Rp 233.384.518,50.
Tabel 29. Kriteria Kelayakan Investasi pada Skenario III
No Kriteria Investasi
Nilai 1
NPV 2.095.013.894,70
2 Net BC
2,77 3
IRR 59
4 Payback Period
2,85 Berdasarkan perhitungan kriteria investasi yang telah dilakukan dengan
umur usaha selama lima tahun, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 2.095.013.894,70 yang menunjukkan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang
diperoleh pelaku usaha selama lima tahun dengan tingkat diskonto 6,75 persen sebesar Rp 2.095.013.894,70. Nilai tersebut lebih besar dari nol, sehingga
berdasarkan kriteria NPV, usaha jamur tiram putih dengan skenario III layak untuk dijalankan.
Perhitungan Net BC menghasilkan nilai sebesar 2,77 yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan untuk usaha penjualan log dan
jamur tiram putih segar ini akan memberikan keuntungan yang nilainya sebesar 2,77 satuan. Nilai Net BC ini lebih besar dari satu maka pada kriteria ini, untuk
usaha jamur tiram putih dengan skenario III layak untuk dijalankan.
91 Sementara itu, nilai IRR dari usaha jamur tiram putih dengan skenario III
sebesar 59 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan pada usaha jamur tiram putih dengan skenario III sebesar 59
persen. Nilai ini lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan yaitu 6,75 persen. Maka, dapat dikatakan bahwa usaha jamur tiram putih dengan skenario III
berdasarkan kriteria IRR layak untuk dijalankan. Nilai Payback Period PP dari usaha ini adalah selama 2 tahun, 10 bulan,
6 hari. Nilai ini menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi yang ditanamkan dalam usaha jamur tiram putih dengan skenario III akan dapat dikembalikan pada
tahun kedua, bulan kesebelas, hari keenam. Payback period memiliki periode yang lebih kecil dibandingkan dari umur usaha jamur tiram putih yang
berlangsung selama lima tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha jamur tiram putih dengan skenario III layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria
pengembalian investasinya. Dilihat dari beberapa kriteria investasi yaitu NPV, Net BC, IRR, dan PP usaha jamur tiram putih dengan skenario III ini layak secara
finansial. 6.2.6.
Analisis Switching Value
Analisis switching value digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan harga output produksi dan biaya, sehingga keuntungan mendekati normal dimana
NPV sama dengan nol. Analisis switching value merupakan bagian dari analisis sensitivitas yang digunakan untuk melihat perubahan maksimal yang masih
ditoleransi agar usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan layak untuk dijalankan secara finansial. Analisis switching value yang dilakukan adalah
dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat adanya perubahan parameter. Parameter yang digunakan yaitu penurunan harga jamur
tiram putih segar, penurunan harga jual log jamur tiram putih, dan peningkatan biaya variabel.
Penurunan harga jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih dapat terjadi mengingat usaha jamur tiram putih merupakan pasar persaingan sempurna
dimana setiap pelaku usaha mempunyai peluang memasuki usaha ini karena harga jamur tiram putih yang cukup tinggi menjadi daya tarik pelaku usaha untuk terjun
pada usaha jamur tiram putih. Semakin banyak pesaing atau investor masuk pada
92 usaha jamur tiram putih berdampak terhadap harga yang berlaku dipasaran terjadi
penurunan, sehingga perlu dikaji sejauh mana sensitivitas melalui pendekatan switching value masih bisa layak untuk dijalankan. Begitu juga terhadap
perubahan biaya variabel yang dikeluarkan dapat terjadi kenaikkan jika misalnya pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak yang berimbas terhadap
kenaikkan biaya variabel. Untuk mengetahui risiko mana yang lebih sensitif terhadap perubahan
parameter tersebut, maka perlu dilakukan analisis switching value pada skenario I, skenario II, dan skenario III. Hasil analisis sensitivitas melalui pendekatan
switching value dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30.
Perbandingan Hasil Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih
Parameter Switching Value
Skenario I Skenario II
Skenario III Maksimum Penurunan Harga Jamur Tiram Putih
Segar -
14,14 53,28
Maksimum Penurunan Harga Log Jamur Tiram Putih
22,97 -
94,18 Maksimum Peningkatan Biaya Variabel
35,41 20,32
68,14
Pada Tabel 30, terlihat bahwa presentase maksimum penurunan harga log jamur tiram putih pada skenario I menjual log jamur tiram putih yaitu sebesar
22,97 persen, sedangkan presentase maksimum peningkatan biaya variabel sebesar 35,41 persen. Pada skenario ini perubahan terhadap kedua parameter
menunjukkan bahwa penurunan harga jual log jamur tiram putih lebih sensitif dibandingkan perubahan parameter peningkatan biaya variabel. Pelaku usaha
tidak akan mendapatkan keuntungan pada saat mengalami penurunan harga jual log jamur tiram putih sebesar 22,97 persen dan peningkatan biaya variabel sebesar
35,41 persen. Presentase maksimum penurunan harga jamur tiram putih segar pada
skenario II membeli log jamur tiram putih yaitu sebesar 14,14 persen, sedangkan presentase maksimum peningkatan biaya variabel sebesar 20,32 persen. Pada
skenario ini perubahan terhadap kedua parameter menunjukkan bahwa penurunan harga jual jamur tiram putih segar lebih sensitif dibandingkan perubahan
parameter peningkatan biaya variabel. Pelaku usaha tidak akan mendapatkan
93 keuntungan pada saat mengalami penurunan harga jual jamur tiram putih segar
sebesar 14,14 persen dan peningkatan biaya variabel sebesar 20,32 persen. Presentase maksimum penurunan harga jamur tiram putih segar pada
skenario III menjual log dan jamur tiram putih segar yaitu sebesar 53,28 persen, presentase maksimum penurunan harga log jamur tiram putih sebesar 94,18
persen, dan presentase maksimum peningkatan biaya variabel sebesar 68,14 persen. Pada skenario ini perubahan terhadap ketiga parameter menunjukkan
bahwa penurunan harga jual jamur tiram putih segar lebih sensitif dibandingkan perubahan parameter peningkatan biaya variabel dan perubahan parameter
penurunan harga jual log jamur tiram putih. Pelaku usaha tidak akan mendapatkan keuntungan pada saat mengalami penurunan harga jual jamur tiram putih segar
sebesar 53,28 persen, penurunan harga jual log jamur tiram putih sebesar 94,18 persen, dan peningkatan biaya variabel sebesar 68,14 persen.
Presentase terhadap parameter-parameter tersebut merupakan presentase maksimum yang dapat ditolerir pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu
Selatan. Apabila presentase penurunan harga jual jamur tiram putih segar, penurunan harga jual log jamur tiram putih, dan peningkatan biaya variabel
mengalami peningkatan lebih besar dari presentase di atas, maka usaha jamur tiram putih tidak mendapatkan keuntungan atau menjadi tidak layak untuk
dijalankan. Hal ini dikarenakan keuntungan yang diperoleh habis digunakan untuk menutupi biaya kegiatan usaha jamur tiram putih.
Selain untuk mengetahui perubahan maksimal yang masih ditoleransi agar usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan layak untuk dijalankan secara
finansial, hasil analisis switching value yang diperoleh juga dapat digunakan pelaku usaha untuk melakukan tindakan preventif jika parameter-parameter
tersebut mengalami perubahan pada saat usaha telah berjalan. Pelaku usaha dapat mengantisipasi peningkatan biaya variabel yang cukup besar dengan memiliki
pemasok bahan baku cadangan atau menggunakan bahan baku lain yang memiliki fungsi yang sama dengan bahan baku utama seperti gula dan tepung kanji sebagai
pengganti sumber nutrisi pada pembuatan baglog jamur tiram putih. Pelaku usaha dapat mengantisipasi penurunan harga jual log jamur tiram putih yang cukup
besar dengan melakukan budidaya untuk meningkatkan harga output yang
94 dihasilkan yaitu berupa jamur tiram putih segar. Untuk mengantisipasi penurunan
harga jual jamur tiram putih segar yang cukup besar, pelaku usaha dapat menjual atau mengolah produk tersebut menjadi produk olahan seperti jamur crispy,
keripik jamur, dan sate jamur dimana olahan tersebut telah dikenal baik oleh masyarakat.
6.2.7. Hasil Analisis Aspek Finansial