Perumusan Masalah Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) (Studi Kasus: Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

7 jamur tiram. Tabel 8 menyajikan data tentang jumlah, produksi, dan produktivitas jamur tiram putih di Kabupaten Bogor pada tahun 2007. Tabel 8. Jumlah, Produksi, dan Produktivitas Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun 2007 No Kecamatan Jumlah log Produksi kg Produktivitas kglog 1 Pamijahan 61.700 8.638 0,18 2 Leuwi Sadeng 20.000 3.000 0,15 3 Rancabungur 34.000 4.420 0,13 4 Tamansari 191.500 38.300 0,20 5 Cijeruk 17.000 2.040 0,12 6 Cisarua 780.000 173.250 0,17 7 Sukaraja 10.000 1.200 0,12 Rata-rata 0,15 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2007 Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa Kecamatan Cisarua memiliki jumlah baglog dan produksi jamur tiram putih tertinggi serta produktivitas jamur tiram putih yang cukup tinggi di Kabupaten Bogor dengan besar secara berurutan 780.000 log, 173.250 kg, dan 0,17 kglog. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengambil lokasi penelitian pada Desa Tugu Selatan yang merupakan bagian dari Kecamatan Cisarua.

1.2. Perumusan Masalah

Kenaikan permintaan jamur tiram putih sekitar 20 sampai 25 persen per tahun Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia 2007 belum dapat dipenuhi oleh pengusaha, sehingga berapapun jumlah jamur tiram putih yang dibawa ke pasar selalu habis terjual. Kandungan gizi yang cukup baik juga menyebabkan permintaan jamur tiram terus meningkat. Saat ini masih sedikit pihak yang melakukan usaha di bidang jamur tiram putih. Hal tersebut pada umumnya disebabkan kurangnya modal dan pengetahuan untuk melakukan budidaya jamur tiram. Prospek pasar yang tinggi tersebut akan merangsang pengusaha untuk menekuni atau meningkatkan produksi budidaya jamur tiram putih. 8 Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra penghasil jamur tiram putih. Saat ini ada empat pelaku usaha yang melakukan usaha di bidang jamur tiram putih. Unit bisnis yang diusahakan para pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan, yaitu membeli log jamur tiram putih untuk dibudidaya, menjual log jamur tiram putih, dan membuat log jamur tiram putih untuk dijual dan dibudidaya. Tiga bentuk usaha dari jamur tiram putih tersebut memberikan tingkat pendapatan yang berbeda bagi setiap pelaku usaha. Saat ini pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan menerima permintaan log jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar yang cukup besar, namun permintaan tersebut belum dapat dipenuhi secara keseluruhan. Permintaan log jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar yang diterima oleh pelaku usaha di Desa Tugu Selatan masing-masing mencapai sekitar 3167 loghari dan 7,34 kuhari. Namun, pada saat ini pelaku usaha baru mampu memenuhi permintaan log jamur tiram putih sebesar 1067 loghari dan permintaan jamur tiram putih segar sebesar 6,66 kuhari. Selisih antara permintaan dan penawaran tersebut menyebabkan pelaku usaha akan melakukan pengembangan usaha dengan meningkatkan skala usahanya. Pelaku usaha jamur tiram putih akan meningkatkan produksi log jamur yang akan dijual menjadi 1733 loghari dan produksi jamur tiram putih segar menjadi 8,88 kuhari. Selain pengembangan dalam skala usaha, pelaku usaha juga akan melakukan pengembangan dalam hal teknologi berupa mengganti drum pengukusan dengan oven dalam kegiatan sterilisasi baglog jamur. Oven digunakan karena memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan drum sehingga mendukung pengembangan skala usaha yang akan dilakukan serta dapat mensterilkan baglog dengan lebih baik. Pengembangan usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan modal sendiri. Untuk melakukan pengembangan kegiatan pembuatan log jamur tiram putih maupun budidaya jamur tiram putih membutuhkan biaya yang cukup besar. Pelaku usaha tentunya sangat memerlukan suatu informasi mengenai prospek dan kelayakan dari usahanya dengan melakukan pengembangan tersebut serta besarnya risiko yang mungkin terjadi sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya mengingat bahwa harga input dan output produksi dapat mengalami 9 perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh, sehingga diperlukan suatu analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah suatu usaha yang akan atau sedang dijalankan mendatangkan keuntungan atau kerugian dan sebagai informasi bagi pelaku usaha dalam melakukan investasi. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari bagaimana kelayakan pengusahaan dalam usaha jamur tiram putih tersebut pada tiga skenario yang merupakan tiga kegiatan pengembangan usaha yang akan dilakukan pelaku usaha, yaitu skenario I hanya menjual log jamur tiram putih, skenario II membeli log untuk budidaya jamur tiram putih, dan skenario III membuat log jamur tiram putih untuk dijual dan dibudidaya. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini: 1 Bagaimana kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dari aspek non finansial? 2 Bagaimana kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dari aspek finansial pada ketiga skenario? 3 Bagaimana tingkat kepekaan sensitivitas kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan jika terjadi penurunan harga jual log jamur tiram putih, penurunan harga jual jamur tiram putih segar, dan peningkatan biaya variabel?

1.3. Tujuan Penelitian