9 perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi keuntungan yang
akan diperoleh, sehingga diperlukan suatu analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah suatu usaha yang akan atau sedang dijalankan mendatangkan
keuntungan atau kerugian dan sebagai informasi bagi pelaku usaha dalam melakukan investasi. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari bagaimana
kelayakan pengusahaan dalam usaha jamur tiram putih tersebut pada tiga skenario yang merupakan tiga kegiatan pengembangan usaha yang akan dilakukan pelaku
usaha, yaitu skenario I hanya menjual log jamur tiram putih, skenario II membeli log untuk budidaya jamur tiram putih, dan skenario III membuat log
jamur tiram putih untuk dijual dan dibudidaya. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini:
1 Bagaimana kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dari
aspek non finansial? 2
Bagaimana kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dari aspek finansial pada ketiga skenario?
3 Bagaimana tingkat kepekaan sensitivitas kelayakan usaha jamur tiram putih
di Desa Tugu Selatan jika terjadi penurunan harga jual log jamur tiram putih, penurunan harga jual jamur tiram putih segar, dan peningkatan biaya
variabel?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1
Menganalisis kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial
ekonomi budaya, dan aspek lingkungan. 2
Menganalisis kelayakan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dari aspek finansial pada ketiga skenario.
3 Menganalisis tingkat kepekaan sensitivitas kelayakan usaha jamur tiram
putih di Desa Tugu Selatan jika terjadi penurunan harga jual log jamur tiram putih, penurunan harga jual jamur tiram putih segar, dan peningkatan biaya
variabel.
10
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pemilik usaha pembuatan log jamur tiram putih dan budidaya
jamur tiram putih mengenai kelayakan pengembangan usaha. Bagi penulis, untuk penerapan ilmu yang didapat selama masa perkuliahan serta melatih dan
menambah kemampuan penulis dalam melakukan analisis kelayakan usaha. Bagi investor atau pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi
sebagai informasi pengusahaan jamur tiram putih, serta pertimbangan ketika ingin terjun ke dalam usaha jamur tiram putih. Bagi akademisi, penelitian ini sebagai
informasi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.
11
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Jamur
Jamur merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di alam. Jamur sudah dikenal oleh masyarakat sejak dulu dan tumbuh liar di hutan-hutan pada musim
hujan dikarenakan kelembaban yang cukup tinggi menyebabkan jamur dapat tumbuh dengan baik Direktorat Jenderal Hortikultura 2006. Saat ini masyarakat
sudah mengenal jamur sebagai salah satu sumber bahan makanan nabati yang mengandung gizi tinggi maupun untuk pengobatan yang memiliki efek kesehatan.
Selain mengandung protein, lemak tidak jenuh, serat, dan asam amino esensial, dalam jamur juga terkandung sejumlah penting vitamin, mineral, hormon, enzim
serta senyawa aktif Jaelani 2008. Namun, ada beberapa jenis jamur yang beracun apabila dikonsumsi, sehingga mengakibatkan keracunan pada manusia
bahkan sampai pada kematian. Sebagian jenis jamur telah dapat dibudidayakan secara komersial. Dengan
berkembangnya teknologi dan pengetahuan mengenai budidaya, jamur dapat dibudidayakan dengan membuat rumah produksi kumbung yang suhunya dapat
diatur sesuai dengan syarat bertumbuhnya jamur tersebut dengan baik. Jamur mulai menjadi salah satu sayuran primadona dan dalam beberapa tahun terakhir
jamur memiliki peminat yang semakin banyak untuk dikonsumsi baik dari dalam negeri maupun mancanegara Direktorat Jenderal Hortikultura 2006. Selain itu,
jamur memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari harga jual jamur yang umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran lainnya.
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura 2006, jamur dapat digolongkan berdasarkan jenis media tumbuhnya, yaitu jamur dengan media jerami, media
serbuk kayu, dan media campuran. Jamur dengan media jerami yaitu jamur merang Volvariella volvaceae. Jamur merang banyak tumbuh di daerah dataran
rendah terutama daerah persawahan, sedangkan jamur tiram putih Pleurotus sp., jamur tiram abu-abu Pleurotus sp., jamur kuping Auricularia sp., dan jamur
shiitake Lentinus edodes merupakan jamur dengan media serbuk kayu yang banyak dikembangkan di daerah dataran tinggi yang berhawa dingin. Jenis jamur
dengan media campuran yaitu media dengan berbagai bahan dasar seperti serbuk
12 gergaji, kompos, dan lainnya diantaranya jamur kancing Agaricus bisporus dan
ling zhi Ganoderma lucidum. 2.2.
Karakteristik Jamur Tiram Putih
Jamur tiram Pleurotus sp. merupakan jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan dan mulai banyak digemari oleh masyarakat. Jamur tiram dapat
tumbuh pada berbagai macam jenis substrat dan memiliki kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai
hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau
pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Bentuk tudung jamur tiram sedikit membulat, lonjong, dan
menyerupai cangkang kerang atau tiram Suharjo 2008. Menurut Cahyana 1997, jamur tiram digolongkan ke dalam:
Kingdom : Mycetea Divisio : Amastigomycotae
Phylum : Basidiomycotae Kelas
: Hymenomycetes Ordo
: Agaricales Family : Pleurotaceae
Genus : Pleurotus Spesies : Pleurotus ostreatus
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura 2006, jamur tiram merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan karena memiliki produktivitas
yang relatif tinggi. Dari seribu gram substrat kering, 50 sampai 70 jamur segar dapat dihasilkan bahkan saat ini sudah dapat ditingkatkan hingga 120 sampai
150. Jamur tiram memiliki rasa yang lezat dan kandungan gizi yang cukup tinggi. Menurut Martawijaya dan Nurjayadi 2010, terdapat beberapa jenis jamur
tiram yang dapat dikonsumsi yaitu diantaranya: 1
Jamur tiram putih Pluerotus ostreatus 2
Jamur tiram merah jambu Pluerotus flabellatus 3
Jamur tiram abu-abu Pluerotus sajor caju 4
Jamur tiram cokelat Pluerotus cystidiosus
13 5
Jamur tiram hitam Pluerotus sapidus 6
Jamur tiram kuning Pluerotus citrinopileatus Hasil penelitian Departemen Sain, Kementerian Industri Thailand, jamur
tiram mengandung protein 5,94, karbohidrat 50,59, serat 1,56, lemak 0,17, dan abu 1,14. Setiap 100 gram jamur tiram segar mengandung 45,65
kalori, 8,9 miligram kalsium, 1,9 miligram besi, 17,0 miligram fosfor, 0,15 miligram vitamin B1, 0,75 miligram vitamin B2, dan 12,40 miligram vitamin C.
Jamur tiram juga mengandung folic acid yang cukup tinggi dimana kandungan tersebut diduga mampu menyembuhkan anemia Suharjo 2008.
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura 2006, ada beberapa syarat agar jamur tiram dapat tumbuh dengan baik yaitu jamur tiram dapat tumbuh jika
berada pada suhu berkisar 22°C-28°C untuk masa inkubasi atau pembentukan miselium dan 16°C-22°C untuk masa pembentukan tubuh buah. Selama masa
pertumbuhan miselium kelembaban udara dipertahankan antara 60-70, sedangkan pada pertumbuhan badan buah kelembaban yang dipertahankan
berkisar antara 80-90. Suhu dan kelembaban dapat diatur dengan melakukan penyemprotan air ke dalam kumbung. Selain itu, pertumbuhan jamur sangat peka
terhadap cahaya secara langsung. Intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sekitar 200 lux 10, sedangkan pada pertumbuhan miselium tidak
diperlukan cahaya. Miselium jamur akan tumbuh lebih cepat dalam keadaan gelap atau tanpa sinar daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari
berlimpah, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah
tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar. Untuk kandungan air dalam
substrat, diperlukan berkisar antara 60-65. Jika kondisi kering atau kekurangan air maka pertumbuhan jamur akan terganggu atau terhenti. Namun,
jika kadar air terlalu tinggi maka miselium akan membusuk dan mati. 2.3.
Budidaya Jamur Tiram Putih
Media tanam jamur tiram putih dibuat menyerupai kondisi tempat tumbuh jamur tiram di alam. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura 2010, bahan baku
yang digunakan sebagai media dalam budidaya jamur tiram adalah serbuk gergaji,
14 kapur yang berfungsi sebagai penetral keasaman dengan mengontrol pH tetap
stabil pada saat proses pengomposan atau pemeraman, gips yang berfungsi sebagai bahan penambah mineral dan menguatkan kepadatan media tanam, serta
dedak yang mengandung karbohidrat, karbon, nitrogen, dan vitamin B yang dapat mempercepat pertumbuhan miselium jamur tiram.
Ada beberapa komposisi campuran media antara serbuk gergaji dengan bahan baku lainnya. Salah satu komposisi campuran media tanam jamur tiram
putih adalah serbuk gergaji 86 persen, dedak 10 persen, kapur 3 persen, dan gips 1 persen Direktorat Jenderal Hortikultura 2010.
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura 2010, ada beberapa hal dalam budidaya jamur tiram putih yang perlu diperhatikan meliputi pembuatan kumbung
dan pemeliharaan log jamur tiram putih. Berikut adalah kegiatan yang perlu dilakukan dalam budidaya jamur tiram putih:
1 Pembuatan Kumbung
Kumbung adalah bangunan tempat tumbuhnya jamur tiram putih yang terbuat dari bilik bambu atau tembok permanen. Di dalamnya tersusun rak-rak tempat
media tumbuh atau baglog jamur tiram putih. Baglog adalah kantong plastik transparan yang berisi campuran media tanam jamur. Ukuran kumbung
bervariasi tergantung dari luas lahan yang dimiliki. Tujuan untuk pembuatan kumbung adalah untuk menyimpan baglog sesuai dengan persyaratan tumbuh
yang dikehendaki jamur tersebut. Rak dalam kumbung disusun sedemikian rupa agar mudah dalam melakukan pemeliharaan dan menjaga sirkulasi
udara. 2
Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan jamur tiram putih meliputi penyemprotan atau
pengkabutan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan air bersih pada ruang kumbung dan media tumbuh
jamur tiram putih. Penyiraman bertujuan untuk menjaga kelembaban kumbung.
Pengendalian hama
dan penyakit
dilakukan untuk
mengkoordinasikan media tumbuh dan tubuh buah yang bebas dari organisme pengganggu dengan tujuan untuk menghindari kegagalan panen yang
diakibatkan oleh serangan hama, penyakit, dan cendawan pengganggu.
15 Pengendalian hama dan penyakit tidak dianjurkan menggunakan pestisida
tetapi menggunakan perangkap serangga serta menjaga kondisi dalam kumbung tetap bersih.
2.4. Panen dan Pasca Panen Jamur Tiram Putih