62
6.1.2.4. Tata Letak Usaha
Pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan memiliki tiga lokasi usaha yang berbeda dengan luas lahan pada usaha penjualan baglog jamur tiram
putih sebesar 2.000 m
2
, pada usaha membeli log untuk budidaya jamur tiram putih sebesar 2.000 m
2
, dan pada usaha membuat log jamur tiram putih untuk dijual dan dibudidaya sebesar 4.000 m
2
. Tata letak lokasi usaha ini akan disesuaikan dengan skenario yang dilakukan. Lokasi pelaku usaha pada skenario pertama merupakan
tempat usaha pembuatan baglog jamur tiram putih yang akan dijual kepada pembudidaya. Pada lokasi tersebut terdapat beberapa bangunan, yaitu ruang
produksi yang terdiri dari ruang pengadukan, ruang inokulasi, dan ruang sterilisasi serta kumbung jamur dan ruangan karyawan. Bangunan-bangunan tersebut
memiliki ukuran yang berbeda, ruang pengadukan berukuran 6x6 m
2
, ruang inokulasi berukuran 10x6 m
2
, ruang sterilisasi berukuran 6x5 m
2
, kumbung jamur berukuran 17x16 m
2
, dan ruang karyawan berukuran 5x5 m
2
Lampiran 1. Lokasi pelaku usaha pada skenario kedua merupakan tempat usaha
budidaya jamur tiram putih. Pada lokasi tersebut hanya terdapat beberapa bangunan, yaitu dua kumbung budidaya jamur dan ruangan karyawan. Bangunan-
bangunan tersebut memiliki ukuran yang berbeda, kumbung jamur berukuran 16x16 m
2
dan ruang karyawan berukuran 5x5 m
2
Lampiran 1. Lokasi pelaku usaha pada skenario ketiga merupakan tempat usaha pembuatan baglog jamur
tiram putih yang akan dijual dan dibudidayakan. Tata letak lokasi pada skenario ini pada umumnya merupakan gabungan antara tata letak lokasi usaha skenario
pertama dengan tata letak lokasi usaha skenario kedua, namun disesuaikan dengan jumlah produksi yang akan dilakukan. Pada lokasi ini terdapat beberapa
bangunan, yaitu ruang produksi yang terdiri dari ruang pengadukan, ruang inokulasi, dan ruang sterilisasi serta kumbung jamur dan ruangan karyawan.
Bangunan-bangunan tersebut memiliki ukuran yang berbeda, ruang pengadukan berukuran 8x8 m
2
, ruang inokulasi berukuran 12x8 m
2
, ruang sterilisasi berukuran 7x7 m
2
, tiga kumbung jamur berukuran masing-masing 16x16 m
2
, dan ruang karyawan berukuran 10x10 m
2
Lampiran 1. Berikut merupakan layout kumbung jamur pelaku usaha di Desa Tugu Selatan baik dari luar maupun dalam kumbung.
63
Gambar 18. Layout Kumbung Depan Gambar 19. Layout Kumbung Dalam
Berdasarkan analisis tersebut dapat dikatakan bahwa secara teknis pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan layak untuk
dijalankan. Pada setiap kriteria dari aspek teknis secara keseluruhan tidak terdapat kendala dan permasalahan yang menghambat jalannya usaha. Pemilihan lokasi
usaha, teknologi, proses produksi, dan tata letak usaha mampu menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha dalam
memperoleh laba. 6.1.3.
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen mengkaji bentuk usaha, pengadaan tenaga kerja, struktur organisasi, dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Pada aspek
hukum berisi mengenai masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen usaha, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki Kasmir Jakfar
2009. 1.
Manajemen
Tenaga kerja yang dimiliki pelaku usaha diperoleh melalui proses perekrutan yang sederhana berupa mencari masyarakat sekitar lokasi usaha yang
membutuhkan pekerjaan dan memiliki disipilin dalam bekerja. Beberapa pemilik usaha mencari tenaga kerja yang memiliki pengalaman dalam usaha jamur tiram
putih, namun pemilik usaha lain tidak mengharuskan calon tenaga kerja memiliki keterampilan atau keahlian khusus dalam budidaya jamur tiram putih. Pemilik
usaha tersebut akan melakukan pelatihan kepada calon tenaga kerja sebelum mereka mempraktekannya dalam pekerjaan mereka. Pada usaha jamur tiram putih
ini umumnya menggunakan tenaga kerja pria karena diperlukan dalam pekerjaan berat seperti melakukan proses pencampuran dan proses sterilisasi dalam
pembuatan media tanam. Namun, terdapat juga tenaga borongan wanita yang bekerja dalam proses loging dan inokulasi. Untuk pengembangan usaha yang akan
64 dilakukan membutukan tenaga kerja sebanyak 25 orang tenaga kerja tetap dan 21
orang pekerja borongan. Rata-rata jam kerja buruh tani usaha jamur tiram putih adalah delapan jam
per hari yang dimulai dari pukul delapan pagi sampai empat sore. Gaji yang diperoleh pekerja tetap sebesar Rp 750.000bulan. Besar gaji tersebut berdasarkan
rata-rata gaji para tenaga kerja pada bidang yang sama di wilayah sekitar lokasi usaha. Upah yang diterima pekerja borongan sebesar Rp 110log dimana besar
upah tersebut juga didasarkan rata-rata upah para pekerja borongan pada bidang yang sama di wilayah sekitar lokasi usaha. Kegiatan pembuatan media tanam
yang meliputi proses pengayakan hingga inokulasi akan dilakukan oleh delapan orang tenaga kerja tetap dan dua puluh satu orang pekerja borongan. Kegiatan
pasca pembuatan media tanam yang meliputi inkubasi hingga pasca panen dilakukan oleh empat belas orang tenaga kerja tetap. Setiap lokasi usaha memiliki
tenaga kerja yang bertugas sebagai supervisor. Pemilihan supervisor oleh pemilik usaha umumnya orang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai
usaha jamur tiram putih dengan baik. Supervisor tidak hanya mengawasi tenaga kerja dalam bekerja, tetapi juga melakukan pembukuan dan membantu proses
pembuatan log atau budidaya jamur tiram putih. Secara normatif suatu usaha yang baik memiliki struktur organisasi yang
baku dan deskripsi yang jelas pada setiap jenis pekerjaannya. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung dan memastikan bahwa kegiatan usaha yang
dilakukan berlangsung dengan baik dan sesuai dengan pencapaian tujuan usaha. Pada usaha jamur tiram putih ini belum memiliki struktur organisasi yang baku.
Struktur organisasi usaha jamur tiram putih umumnya terdiri dari pemilik, supervisor, tenaga kerja tetap, dan pekerja borongan yang berasal dari masyarakat
sekitar Gambar 20. Namun, setiap pekerja telah mengetahui dengan pasti pekerjaan yang harus mereka lakukan dan disiplin dalam bekerja, sehingga
kegiatan operasional usaha jamur tiram putih dapat berlangsung dengan baik. Supervisor telah mampu mengkoordinir semua tenaga kerja dengan baik sesuai
dengan pekerjaan mereka masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, maka aspek manajemen pengembangan usaha jamur tiram putih layak untuk dijalankan.
65
Gambar 20. Struktur Organisasi Usaha Jamur Tiram Putih di Desa Tugu Selatan
2.
Hukum
Secara normatif suatu usaha yang baik memiliki badan usaha yang legal, sehingga kehadiran usaha tersebut telah memiliki kekuatan hukum dan
mempermudah serta memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin kerjasama dengan pihak lain. Namun, pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan
belum memiliki badan usaha yang resmi dari pemerintah setempat. Pelaku usaha hanya tergabung dalam Kelompok Tani Jamur Mekar Rasa yang telah memiliki
legalitas dari pemerintahan setempat yang ditandai dengan adanya surat keputusan dari Kepala Desa Tugu Selatan. Pada awal dilakukannya kegiatan usaha jamur
tiram putih, pelaku usaha telah melakukan lapor izin usaha kepada pemerintah setempat. Perizinan yang telah dimiliki oleh pelaku usaha, yaitu Izin Mendirikan
Bangunan IMB. Berdasarkan hal tersebut, walaupun usaha jamur tiram putih belum memiliki badan usaha, tetapi usaha tersebut telah memiliki legalitas dari
pemerintah setempat untuk melakukan kegiatan operasional sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan aspek hukum pengembangan usaha jamur tiram
putih layak untuk dijalankan
6.1.4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya