Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

penuh dengan anekdot yang menimbulkan sejumlah kontroversi termasuk perdebatan apa yang boleh dan tidak boleh ditulis dalam bidang jurnalistik. Kode Etik Jurnalistik pertama ini akhirnya terbentuk pada tahun 1947, yang diketuai oleh Tasrif, seorang wartawan yang kemudian menjadi pengacara. Isi kode etik ini lebih merupakan terjemahan dari Canon of Journalism, Kode Etik Jurnalistik wartawan Amerika pada masa itu. 7 Karena itulah isi Kode Etik Jurnalistik pada masa itu sama seperti Canon of Journalism, hanya saja penyebutannya disesuaikan dengan bahasa Indonesia. Sayangnya hingga saat ini belum semua pers menerapkan Kode Etik Jurnalistik tersebut sepenuhnya. Berkenaan dengan hal ini, bahkan menurut Sukardi, ternyata 80 persen wartawan Indonesia dewasa ini sama sekali belum pernah membaca Kode Etik Jurnalistik dan UU No. 401999 tentang pers. 8 Bahkan ketua dewan pers periode 2010-2013, Bagir Manan, pernah mengungkapkan bahwa dewan pers sempat menemukan 80 persen pemberitaan atau siaran melawan kode etik. 9 Kode Etik Jurnalistik bersifat otonom karena disusun melalui ketentuan-ketentuan tertulis oleh, dari, dan untuk wartawan yang tergabung dalam organisasi kewartawanan, untuk kemudian berikrar melaksanakannya. 7 Wina Armada Sukardi, Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Jakarta: Dewan Pers, 2012, h. 327 8 Menurut Sukardi seperti dikutip dalam Wahyu Wibowo, Menuju Jurnalisme Beretika, h. 57 9 Pernyataan Bagir Manan disela pertemuan Bali Media Forum di Kuta, kepada pihak Antara News http:www.antaranews.comprint288120ketua-dewan-pers-80-persen-pengaduan- pelanggaran-kode-etik, diakses pada 7 Maret 2016 Dewasa ini banyak anggapan bahwa adanya Kode Etik Jurnalistik akan menghambat kebebasan pers. Wartawan Indonesia tetap dianggap memiliki kebebasan pers, asal bersamaan dengan itu tetap menghayati tanggung jawab etisnya ke berbagai segi seperti terhadap hati nuraninya sendiri, sesama warga negara yang juga memiliki kebebasan, kepentingan umum yang diwakili pemerintah, serta terhadap rekan seprofesinya. 10 Melihat fenomena tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerapan etika pers dan kerja jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan surat kabar, khususnya pada wartawan surat kabar Lampu Hijau. Surat kabar Lampu Hijau diterbitkan oleh Rakyat Merdeka yang merupakan bagian dari Jawa Pos. Surat kabar ini merupakan perubahan dari surat kabar Lampu Merah pada tahun 2008 karena dilarang terbit. Namun nyatanya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Lampu Hijau dengan pendahulunya tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebutlah maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai penerapan etika pers dan kerja jurnalistik yang dilakukan wartawan surat kabar Lampu Hijau dalam skripsi yang berjudul “Etika Pers dan Kerja Jurnalistik dalam Surat Kabar Studi Etnometodologi Wartawan Surat Kabar Lampu Hijau Jawa Pos ”. 10 Wahyu Wibowo, Menuju Jurnalisme Beretika, h. 71

B. Fokus Penelitian

Penelitian mengenai etika pers dan kerja jurnalistik ini difokuskan pada pelaksanaan etika pers yang tercantum dalam Kode Etik Jurnalistik serta kerja jurnalistik yang dilakukan wartawan surat kabar Lampu Hijau.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan etika pers oleh wartawan surat kabar Lampu Hijau? 2. Bagaimana kerja jurnalistik yang dilakukan wartawan surat kabar Lampu Hijau?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengungkap pelaksanaan etika pers oleh wartawan surat kabar Lampu Hijau 2. Mengungkap kerja jurnalistik yang dilakukan wartawan surat kabar Lampu Hijau

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengungkap pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik pada media massa cetak.

2. Manfaat Praktis

a Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk praktisi komunikasi, khususnya mahasiswa jurnalistik, agar lebih mengetahui hal-hal terkait Kode Etik Jurnalistik dan penerapannya dalam media massa cetak. b Sebagai acuan bagi media agar senantiasa menerapkan Kode Etik Jurnalistik yang berlaku demi terciptanya lingkungan pers yang sehat. c Untuk melengkapi penelusuran dan referensi keilmuan serta koleksi skripsi pada Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif secara deskriptif. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikit pun belum diketahui. Pada dasarnya ada tiga unsur utama penelitian kualitatif, pertama yaitu data, data bisa berasal dari berbagai macam sumber biasanya dari wawancara dan pengamatan. Kedua, penelitian kualitatif terdiri atas berbagai prosedur analisis dan interpretasi yang digunakan untuk memahami data. Ketiga, laporan tertulis dan lisan dapat dikemukakan dalam jurnal ilmiah atau konferensi. 11 Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif adalah karena jenis penelitian ini membutuhkan wawancara serta pengamatan untuk mengetahui bagaimana penerapan etika pers serta kerja jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan surat kabar Lampu Hijau. Penjabaran hasil analisis secara deskriptif juga dinilai sesuai karena penelitian ini tidak menggunakan penjabaran angka-angka yang biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif. 11 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 4-7