Pasal 8: wartawan Indonesia tidak menulis atau

tersebut dapat dikatakan bahwa wartawan surat kabar Lampu Hijau menerapkan Kode Etik Jurnalistik pasal 8. Hal ini dikarenakan wartawan memang tidak menulis atau menyiarkan berita yang didasarkan pada prasangka ataupun yang mendiskriminasi. Meskipun surat kabar Lampu Hijau dikenal sebagai surat kabar yang sensasional, wartawan tetap menulis hal-hal yang sensasional berdasarkan temuan yang didapatkan di lapangan. 53 Wartawan juga tidak menulis hal yang mendiskriminasi dan merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, maupun cacat. Meskipun orang-orang tersebut tidak luput menjadi objek pemberitaan, namun wartawan tetap fokus untuk lebih menonjolkan runtutan kejadian. 54 Keadaan sang objek pemberitaan memang kerap disebutkan, namun hal tersebut dijadikan sebagai keterangan tambahan dan ditempatkan sesuai porsi yang dibutuhkan.

i. Pasal 9: wartawan Indonesia menghormati hak

narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik 55 53 Hasil observasi partisipatif bersama M. Isa Bustomi, wartawan surat kabar Lampu Hijau wilayah Jakarta Selatan pada 2-15 Mei 2016 54 Berdasarkan pengecekan terhadap surat kabar yang telah terbit edisi 3-16 Mei 2016 55 Pasal 9 Kode Etik Jurnalistik berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03SK- DPIII2006, dalam buku “Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik” karya Wina Armada Sukardi Pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik pasal 9 oleh wartawan surat kabar Lampu Hijau adalah sebagai berikut: 56 Poin Penerapan Pelanggaran Tentatif 1. - Menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya - Tabel 4.9 pelaksanaan pasal 9 Kode Etik Jurnalistik Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya pada pasal 2, wartawan surat kabar Lampu Hijau melanggar pasal 2 poin ke 2 mengenai menghormati hak privasi. Hal ini tentu sangat erat kaitannya dengan pasal 9 ini. Jika wartawan tidak menghormati hak privasi narasumber, maka secara otomatis wartawan juga tidak menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya. Kehidupan pribadi narasumber justru sengaja di ekspose oleh surat kabar Lampu Hijau untuk memperoleh informasi dari sisi humanis narasumber yang pada akhirnya akan membuat berita yang disajikan menjadi lebih menarik. 57 Kehidupan pribadi tersebut seperti alasan dibalik perilaku kejahatan yang dilakukan oleh tersangka dalam kasus 56 Hasil observasi partisipatif bersama M. Isa Bustomi, wartawan surat kabar Lampu Hijau wilayah Jakarta Selatan pada 2-15 Mei 2016 57 Hasil wawancara bersama Syahroni, Pemimpin Redaksi surat kabar Lampu Hijau pada 14 April 2016 pukul 18.30 sd 19.30 di Gedung Rumah Pena lantai 3, Jakarta Barat kriminal yang dibongkar secara detail. Wartawan surat kabar Lampu Hijau juga kerap menanyakan hal-hal yang ringan namun bersifat pribadi yang tidak ada kaitannya dengan kepe ntingan umum seperti “sudah makan atau belum?” atau pertanyaan nyeleneh lainnya kepada narasumber pelaku kejahatan. 58 Perbuatan tidak menghormati kehidupan pribadi narasumber ini jelas melanggar Kode Etik Jurnalistik. Tujuan wartawan melakukan hal tersebut adalah untuk menggali sisi humanis yang terabaikan oleh pihak lain. 59 Mungkin wartawan memang memiliki tujuan yang baik karena ingin mengungkap sesuatu yang sering terabaikan sehingga mampu menyentuh sisi emosional pembaca. Namun kembali lagi bahwa negara Indonesia adalah negara yang berlandaskan atas dasar hukum. Sehingga aturan yang telah dibuat tetap harus tetap ditegakkan karena aturan tentu dibuat dengan penuh pertimbangan dan demi kebaikan berbagai pihak. 58 Hasil observasi partisipatif bersama M. Isa Bustomi, wartawan surat kabar Lampu Hijau wilayah Jakarta Selatan pada 2-15 Mei 2016 59 Hasil wawancara bersama Syahroni, Pemimpin Redaksi surat kabar Lampu Hijau pada 14 April 2016 pukul 18.30 sd 19.30 di Gedung Rumah Pena lantai 3, Jakarta Barat