Teori Pers Soviet Komunis

Adapun sumber kepemimpinan dalam kekuasaan pada teori Soviet berasal dari partai komunis. Partai ini dianggap memiliki hak untuk bertindak sebagai penjaga dan pemimpin massa. 63 Sebagai penjaga dan pemimpin massa, partai tentu memiliki kewenangan untuk menentukan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Dengan demikian peran partai menjadi lebih aktif, dan peran massa menjadi semakin pasif. 64 Partai ini menjalankan kepemimpinan dalam prakteknya dengan memiliki tuntutan-tuntutan. Pada prakteknya, tuntutan partai Soviet adalah sebagai berikut: 1 paling pertama, partai berusaha menempatkan kandidat- kandidatnya pada pos-pos pemerintahan dalam pemilihan Soviet – pekerja terbaik yang mengabdi untuk kepentingan pembangunan sosialis dan sangat dipercaya oleh massa rakyat. Dalam hal ini partai berhasil… 2 “partai memeriksa kerja organ-organ pemerintahan dan organ-organ kekuasaan yang mengoreksi kesalahan-kesalahan dan kegagalan-kegagalan tak terhindarkan, membantu mengambil keputusan pemerintahan dan mencoba memastikan dukungan massa bagi mereka – dan tak ada satu keputusan pun yang diambil tanpa arahan- arahan dari partai.” 3 “Dalam membuat rencana kerja bagi sebuah organ kekuasaan tertentu – baik dalam bidang industry dan pertanian maupun dalam bidang perdagangan dan kebudayaan – partai memberi pengarahan-pengarahan umum yang menentukan sifat dan arah kerja itu…” 65 Jika dalam teori ini massa atau lebih khususnya pers harus tunduk kepada partai, maka partai pun harus tunduk kepada kediktaktoran birokrasi dan pimpinan pusatnya. 66 Dalam hal ini terlihat adanya sikap penguasaan berantai, dengan partai sebagai pihak penengah, dikuasai namun juga menguasai. 63 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 135 64 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 135 65 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 136 66 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 136 Konsep Soviet memiliki beberapa pandangan, diantaranya: 1 menurut pandangan Soviet, tidak mungkin ada kebebasan yang absolut, 2 menurut pandangan Soviet, yang berguna adalah kebebasan untuk menyatakan apa yang mereka anggap benar, 3 di Uni Soviet kebebasan yang bertentangan dengan negara tidak diizinkan, 4 Soviet menjamin akses dan menghapuskan kontrol- kontrol yang tersembunyi, dan 5 kebebasan bertanggung jawab erat terikat dalam teori Soviet. 67 Pandangan tidak adanya kebebasan mutlak dari teori ini tentu didasari dari kenyataan bahwa pers harus tunduk kepada partai, dan partai harus tunduk kepada keditaktoran penguasa. Adanya sikap penguasaan ini secara langsung membatasi kebebasan yang dimiliki pers. Teori pers soviet komunis ini juga kerap disebut dengan panggilan “totalitarian”. Teori totalitarian dan teori otoritarian memiliki persamaan dalam penggunaan kata “kebebasan” untuk masyarakat, yang mana kebebasan masyarakat bagi otoritarian adalah untuk kepentingan bisnis, sedangkan bagi totalitarian adalah kebebasan untuk melancarkan kepentingan partai. 68 67 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 147-150 68 Fachri, “Empat Teori Pers”, artikel diakses pada 12 Mei 2016 dari https:farelbae.wordpress.comcatatan-kuliah-kuempat-teori-pers Adapun beberapa perbedaan keempat teori pers secara umum dapat dilihat pada tabel berikut: 69 Otoritarian Libertarian Tanggung jawab sosial Soviet- totalitarian Berkembang Di Inggris pada abad 16 dan 17; dipakai secara meluas di dunia dan masih dipraktekkan di beberapa tempat sekarang ini Di Inggris dipakai setelah 1688, dan kemudian di AS; di tempat lainnya teori ini juga berpengaruh Di AS pada abad ke 20 Di Uni Soviet Muncul dari Filsafat kekuasaan monarki absolut, kekuasaan pemerintahan absolut, atau kedua-duanya Tulisan-tulisan Milton, Locke, Mill, dan filsafat umum tentang rasionalisme dan hak-hak asasi Tulisan W.E Hocking. Komisi kebebasan pers, para pelaksana media; kode- kode etik media Pemikiran Marxis- Leninis- Stalinis dengan campuran pemikiran Hegel dan pandangan orang Rusia abad 19 Tujuan utama Mendukung dan memajukan kebijakan pemerintah yang berkuasa; dan mengabdi pada negara Memberi informasi, menghibur, dan berjualan Memberi informasi, menghibur, dan berjualan – tetapi terutama untuk mengangkat konflik sampai tingkatan diskusi Memberi sumbangan bagi keberhasilan dan kelanjutan sistem sosialis Soviet, dan terutama bagi kediktaktoran partai Siapa yang berhak menggunaka n media? Siapa saja yang punya hak paten dari kerajaan atau izin lain semacam itu Siapa saja yang punya kemampuan ekonomi untuk menggunakann ya Siapa saja yang ingin mengatakan sesuatu Anggota-anggota partai yang loyal dan ortodoks Bagaimana media diawasi Melalui paten- paten dari pemerintah, Dengan “proses pelurusan sendiri untuk Melalui pendapat masyarakat, Pengawasan dan tindakan politik atau ekonomi 69 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 8 dikontrol? serikat-serikat kerja, izin-izin, dan kadang- kadang sensor mendapatkan kebenaran” dalam “pasar ide yang bebas”; serta melalui pengadilan tindakan- tindakan konsumen, etika-etika kaum profesional oleh pemerintah Apa saja yang dilarang? Kritik terhadap mekanisme politik dan para pejabat yang berkuasa Penghinaan, kecabulan, kerendahan moral dan penghianatan pada massa perang Invasi serius terhadap hak- hak perorangan yang dilindungi dan terhadap kepentingan vital masyarakat Kritik-kritik terhadap tujuan partai yang dibedakan dari taktik-taktik partai Pemilikan Swasta perorangan atau umum masyarakat Terutama perorangan Perorangan, kecuali jika pemerintah harus mengambil alih demi kelangsunga n pelayanan terhadap masyarakat Masyarakat Perbedaan utama dengan teori lainnya Media massa dianggap sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan pemerintah, walaupun tidak harus dimiliki pleh pemerintah Media massa adalah alat untuk mengawasi pemerintah dan memenuhi kebutuhan- kebutuhan masyarakat lainnya Media harus menerima tanggung jawabnya terhadap masyarakat; dan kalau tidak harus ada pihak yang mengusahaka n agar media mau menerimanya Media massa adalah milik negara dan media yang dikontrol sangat ketat semata-mata dianggap sebagai tangan-tangan negara Tabel 2.1 perbedaan empat teori pers secara umum

E. Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik adalah aturan tata susila kewartawanan, dan juga norma tertulis yang mengatur sikap, tingkah laku dan tata krama penerbitan. 70 Dasar berlakunya Kode Etik Jurnalistik yang sekarang berlaku antara lain berdasarkan kesepakatan 29 organisasi pers seluruh Indonesia di Jakarta tanggal 14 maret 2006, peraturan Dewan Pers No. 6peraturan-DPV2008, serta pasal 7 ayat 2 undang-undang no. 40 tahun 1999 tentang pers yang menyebut “wartawan Indonesia memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik ”. 71 Kode Etik Jurnalistik yang berlaku saat ini sudah dirancang dengan memperhatikan kemungkinan daya lakunya di berbagai media. Kode Etik Jurnalistik mengandung nilai-nilai dasar di bidang jurnalistik yang dapat dipakai di semua media. Dengan demikian Kode Etik Jurnalistik ini juga berlaku untuk media cetak, radio, televisi, dan sebagainya. 72 Inti kandungan dari Kode Etik Jurnalistik adalah empat asas, yakni asas moralitas, asas demokratis, asas profesionalitas, dan asas supremasi hukum. 73 Asas moralitas adalah nilai-nilai moralitas yang menjadi kandungan utama dari Kode Etik Jurnalistik, Asas demokratis adalah nilai demokratis yang dikandung oleh Kode Etik Jurnalistik, Asas 70 Menurut Kees Bertens seperti dikutip dalam Rosihan Anwar, Wartawan dan Kode Etik Jurnalistik, Jakarta: Jurnalindo Aksara Grafika, 1996, h. 11-12 71 Wina Armada Sukardi, kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Jakarta: Dewan Pers, 2012, h. 329 72 Wina Armada Sukardi, kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, h. 334 73 Wina Armada Sukardi, kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, h. 336 profesionalitas adalah nilai-nilai professional yang dikandung dalam Kode Etik Jurnalistik, Dan asas hukum dalam Kode Etik Jurnalistik adalah nilai hukum yang diadopsi dan atau didukung oleh Kode Etik Jurnalistik. 74 Kandungan asas moralitas dalam Kode Etik Jurnalistik diantaranya adalah: 1 wartawan tidak boleh beritikad buruk; 2 wartawan tidak boleh membuat berita cabul dan sadis; 3 wartawan tidak menyebut identitas korban kesusilaan; 4 wartawan tidak menyebut identitas anak- anak yang melakukan kejahatan; 5 wartawan tidak berprasangka dan diskriminatif terhadap segala jenis perbedaan, baik itu perbedaan jenis kelamin, bahasa, suku agama, dan antar golongan SARA; 6 wartawan tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, dan sakit jasmani dan rohani; 7 wartawan tidak menerima suap; 8 wartawan menghormati kehidupan pribadi, kecuali untuk kepentingan umum; dan 9 wartawan melaksanakan kewajiban koreksi. 75 Asas demokratis dalam Kode Etik Jurnalistik meliputi keharusan wartawan untuk menghasilkan berita yang berimbang dan bersikap independen, serta kewajiban untuk melayani hak jawab dan hak koreksi. 76 Adapun dalam asas profesionalitas, Kode Etik Jurnalistik mengandung nilai-nilai profesional yang harus dimiliki oleh para wartawan seperti: 1 wartawan harus membuat berita yang akurat; 2 menunjukkan identitas kepada narasumber; 3 menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; 4 selalu menguji informasi; 5 dapat membedakan fakta dan opini; 6 wartawan juga tidak boleh membuat berita bohong dan fitnah; 7 wartawan diminta untuk mencantumkan waktu peristiwa dan atau pengambilan penyiaran gambar; 8 wartawan juga harus menghargai ketentuan embargo, off the record, informasi latar belakang dan 9 wartawan juga harus menjelaskan reka ulang. 77 74 Wina Armada Sukardi, kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, h. 336-340 75 Wina Armada Sukardi, kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, h. 337 76 Wina Armada Sukardi, kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, h. 339 77 Wina Armada Sukardi, kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, h. 338 Terakhir, asas supremasi hukum diantaranya wartawan tidak boleh melakukan plagiat, wartawan menghormati asas praduga tak bersalah, wartawan memiliki hak tolak, serta tidak menyalah gunakan profesinya. 78 Keempat asas tersebut merupakan intisari dari Kode Etik Jurnalistik secara keseluruhan. Kode Etik Jurnalistik dikeluarkan oleh Dewan Pers.