Teori Pers Tanggung Jawab Sosial

mendapat “tekanan” baru berupa tanggung jawab kepada masyarakat sosial. Ada dua teori mengenai masyarakat: teori individualistis dan teori kolektivistis. Teori individualistis berpandangan bahwa individu lebih penting dibandingkan masyarakat. Sebaliknya, teori kolektivistis menganggap bahwa masyarakat lebih penting dibandingkan individu. 53 Teori tanggung jawab sosial memperlihatkan adanya penggabungan pemikiran seperti itu. Ini bukanlah berarti bahwa teori tanggung jawab sosial pada titik ekstremnya menunjukkan kecenderungan ke arah totalitarianisme. Sebaliknya, teori ini menganggap tanggung jawab sosial media sebagai benteng terhadap totalitarianisme. 54 Sementara itu Lukman Solihin dalam artikel yang berjudul “Etnografi Sejarah Koran Kuning 1 menyebutkan bahwa: Totalitarianisme merupakan sistem sosio-politis yang ditandai campur tangan secara lalim oleh negara yang bersifat otoriter dan birokratis dalam kehidupan masyarakat dan individu-individu. Dengan kata lain, sistem ini meletakkan martabat tertinggi pada negara yang menguasai segala golongan dalam masyarakat dalam segala bidang: politik, ekonomi, ilmu, agama, dan sebagainya. 55 Dalam teori tanggung jawab sosial, pers memiliki beberapa tuntutan terhadap pelaksanaan kegiatannya. Dalam hal ini Komisi Kebebasan Pers telah menyebutkan lima hal yang dituntut masyarakat modern kepada persnya dan tuntutan-tuntutan tersebut merupakan ukuran pelaksanaan kegiatan pers. 56 beberapa tuntutan yang dimiliki pers tersebut diantaranya: 1 pers dituntut untuk menyajikan laporan 53 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 93 54 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 93 55 L ukman Solihin, “Etnografi Sejarah Koran Kuning 1”, artikel diakses pada 26 April 2016 dari http:arti-definisi-pengertian.infoarti-totalitarianisme 56 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 99 tentang kejadian sehari-hari secara jujur, mendalam dan cerdas; 2 pers harus menjadi wadah diskusi berupa pertukaran komentar dan kritik; 3 pers hendaknya menonjolkan representatif kelompok masyarakat; 4 pers harus bertanggungjawab dalam penyajian dan penguraian tujuan dan nilai masyarakat; 5 pers harus menyajikan berita setiap hari. 57

4. Teori Pers Soviet Komunis

Teori pers soviet komunis didasarkan pada pemikiran Karl Marx. Melalui pemikirannya Marx memberikan sumbangan terhadap pandangan umum yang menjadi landasan Soviet, dan pandangan yang dimilikinya tersebut terlihat bahwa Marxisme mencoba untuk serba merangkum, merenungkan totalitas, melenyapkan subjektifisme dalam memilih pemikiran-pemikiran, serta mencoba mengungkap akar-akar yang sama dari semua pemikiran dan kecenderungan yang berbeda. 58 Tradisi Marxis memperlihatkan otoritarianisme, keteguhan, serta kecenderungan membuat perbedaan yang jelas antara yang salah dan yang benar. 59 Dalam hal ini terlihat adanya ketegasan dari tradisi Marxis untuk menentukan mana hal yang dianggap benar, dan mana yang dianggap salah. Dengan adanya pembeda yang jelas antara hal yang salah dan hal yang benar, maka tidak akan muncul keraguan untuk mengambil sikap berdasarkan pakem-pakem kebenaran yang 57 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 99-104 58 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 123 59 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 123 ada. Namun justru melalui konsep ini pers tidak memungkinkan menjadi lembaga yang dapat memberikan kritik terhadap pemerintah, bahkan pers dianggap sebagai “alat untuk menginterpretasi doktrin, melaksanakan kebijakan- kebijakan kelas pekerja atau partai militan” dan kontrol terhadap pers itu sendiri dipegang oleh mereka yang memiliki kekuasaan baik di bidang percetakan, penerbitan, maupun pemilik stasiun siaran. 60 Dengan demikian terlihat bahwa pers dalam teori pers soviet komunis ini tidak memiliki kebebasan bergerak karena setiap gerakannya dikontrol dan diawasi oleh penguasa. Pers juga tidak bekerja secara independen untuk masyarakat, melainkan menjadi corong penguasa untuk mengukuhkan doktrin kepada masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pers dituntut untuk berpihak kepada para penguasa yang memiliki akses dan kemudahan dalam bidang penyampaian informasi kepada masyarakat. Kekuasaan dalam teori Soviet ini bersifat sosial karena berada di orang-orang, bersembunyi di lembaga sosial, serta dipancarkan dalam tindakan masyarakat. 61 Wilbur Schramm dalam buku Empat Teori Pers mengatakan bahwa “kekuasaan ini mencapai puncaknya a jika ia digabungkan dengan sumberdaya alam dan kemudahan produksi dan distribusi, dan b jika ia diorganisir dan diarahkan”. 62 60 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 127 61 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 135 62 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 135 Adapun sumber kepemimpinan dalam kekuasaan pada teori Soviet berasal dari partai komunis. Partai ini dianggap memiliki hak untuk bertindak sebagai penjaga dan pemimpin massa. 63 Sebagai penjaga dan pemimpin massa, partai tentu memiliki kewenangan untuk menentukan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Dengan demikian peran partai menjadi lebih aktif, dan peran massa menjadi semakin pasif. 64 Partai ini menjalankan kepemimpinan dalam prakteknya dengan memiliki tuntutan-tuntutan. Pada prakteknya, tuntutan partai Soviet adalah sebagai berikut: 1 paling pertama, partai berusaha menempatkan kandidat- kandidatnya pada pos-pos pemerintahan dalam pemilihan Soviet – pekerja terbaik yang mengabdi untuk kepentingan pembangunan sosialis dan sangat dipercaya oleh massa rakyat. Dalam hal ini partai berhasil… 2 “partai memeriksa kerja organ-organ pemerintahan dan organ-organ kekuasaan yang mengoreksi kesalahan-kesalahan dan kegagalan-kegagalan tak terhindarkan, membantu mengambil keputusan pemerintahan dan mencoba memastikan dukungan massa bagi mereka – dan tak ada satu keputusan pun yang diambil tanpa arahan- arahan dari partai.” 3 “Dalam membuat rencana kerja bagi sebuah organ kekuasaan tertentu – baik dalam bidang industry dan pertanian maupun dalam bidang perdagangan dan kebudayaan – partai memberi pengarahan-pengarahan umum yang menentukan sifat dan arah kerja itu…” 65 Jika dalam teori ini massa atau lebih khususnya pers harus tunduk kepada partai, maka partai pun harus tunduk kepada kediktaktoran birokrasi dan pimpinan pusatnya. 66 Dalam hal ini terlihat adanya sikap penguasaan berantai, dengan partai sebagai pihak penengah, dikuasai namun juga menguasai. 63 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 135 64 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 135 65 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 136 66 Fred S. Siebert, dkk, Empat Teori Pers, h. 136