Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang
keterangan tentang sumber dan
ditampilkan secara berimbang
6. -
Menghormati pengalaman
traumatik narasumber
dalam penyajian
gambar, foto, suara
-
7. -
- Tidak
melakukan plagiat,
termasuk menyatakan
hasil liputan wartawan lain
sebagai karya sendiri
8. Penggunaan cara-
cara tertentu dapat dipertimbangkan
untuk peliputan berita investigasi
bagi kepentingan publik
- -
Tabel 4.2 pelaksanaan pasal 2 Kode Etik Jurnalistik
Dari tabel tersebut terlihat bahwa terdapat empat poin yang diterapkan, tiga poin yang dilanggar, dan satu poin yang
tentatif dari pasal 2 Kode Etik Jurnalistik oleh wartawan surat kabar Lampu Hijau.
Keempat poin yang diterapkan diantaranya: 1 menunjukkan identitas diri kepada narasumber; 2 tidak
menyuap; 3 mencantumkan sumber gambar dan foto; dan 4 penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan
untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik. Wartawan surat kabar Lampu Hijau dibekali kartu pers
yang dapat ditunjukkan kapanpun ketika dibutuhkan. Kartu pers tersebut selalu dibawa ke mana pun oleh wartawan saat
sedang bertugas.
16
Hal ini memperlihatkan kesediaan wartawan untuk menunjukkan identitasnya kepada pihak
narasumber ataupun pihak yang berkepentingan. Wartawan juga tidak malu untuk memperkenalkan diri sebagai
wartawan dari surat kabar Lampu Hijau saat bertemu dengan wartawan dari media lain di lokasi kejadian. Dengan
demikian jelas bahwa wartawan surat kabar Lampu Hijau menerapkan poin pertama dari pasal 2 Kode Etik Jurnalistik.
Untuk memperoleh informasi yang menarik, bombastis, dan sensasional wartawan memiliki cara tersendiri seperti
mengajukan pertanyaan yang anti mainstream, unik, serta nyeleneh mengenai hal-hal ringan yang kerap kali
terabaikan.
17
Karena itulah wartawan tidak perlu menyuap
16
Hasil observasi partisipatif bersama M. Isa Bustomi, wartawan surat kabar Lampu Hijau wilayah Jakarta Selatan pada 2-15 Mei 2016
17
Pernyataan wartawan surat kabar Lampu Hijau wilayah Jakarta Selatan pada 8 Mei 2016 pukul 11.00 sd 15.30 WIB di kantin Polres Metro Jakarta Selatan
narasumber ataupun pihak lainnya demi mendapatkan informasi. Sehingga dalam hal ini terlihat bahwa wartawan
surat kabar Lampu Hijau menerapkan poin ketiga dari pasal 2 mengenai cara profesional yang dilakukan wartawan dengan
tidak memberi suap kepada siapa pun. Untuk melengkapi pemberitaan dibutuhkan data
pendukung seperti foto. Dalam menyajikan foto sebagai pelengkap
pemberitaan, surat
kabar Lampu
Hijau menampilkan keterangan sumber foto dengan tulisan
berukuran kecil di sudut foto.
18
Hal ini secara jelas menunjukkan penerapan Kode Etik Jurnalistik pasal 2 poin
ke lima yang mengharuskan wartawan menyertakan keterangan sumber gambar maupun foto. Hal ini terlihat pada
contoh berikut:
19
Gambar 4.1 penyertaan sumber gambar oleh wartawan Lampu Hijau
18
Hasil pengecekan terhadap surat kabar Lampu Hijau yang telah terbit edisi 3-16 Mei 2016
19
Surat kabar Lampu Hijau edisi 3 Mei 2016
Sebagai wartawan yang sudah terbiasa dengan tantangan dalam proses pengumpulan informasi, wartawan
surat kabar Lampu Hijau sudah barang tentu akan mempertimbangkan cara-cara tertentu untuk peliputan
berbagai berita, termasuk berita investigasi yang dilakukan demi kepentingan publik. Hal ini menunjukkan penerapan
Kode Etik Jurnalistik pasal 2 poin ke 8 yang menyatakan bahwa salah satu cara profesional yang mesti ditempuh
wartawan adalah mempertimbangkan cara tertentu untuk peliputan berita.
Disamping telah menerapkan beberapa poin dalam pasal 2 Kode Etik Jurnalistik seperti yang telah dipaparkan
dalam tabel, wartawan surat kabar Lampu Hijau juga kedapatan masih melakukan pelanggaran dalam beberapa
poin. Beberapa poin yang masih dilanggar tersebut diantaranya adalah menghormati hak privasi, menghormati
pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar dan foto.
20
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa wartawan surat kabar Lampu Hijau memiliki tuntutan untuk
selalu menyajikan berita yang menarik, bombastis, dan sensasional. Salah satu cara yang dilakukan agar dapat
20
Hasil pengecekan terhadap surat kabar Lampu Hijau yang telah terbit edisi 3-16 Mei 2016
memperoleh berita yang menarik, bombastis, dan sensasional tersebut adalah dengan mengorek informasi sedetail mungkin
dari narasumber, yang tak jarang merupakan privasi yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan publik. Hal ini tentu
merupakan perbuatan yang tidak menghormati hak privasi narasumber. Belum lagi wartawan juga kerap kali
menyodorkan pertanyaan berulang-ulang jika narasumber tidak bersedia menjawab, sehingga pada akhirnya narasumber
akan merasa tertekan dengan pertanyaan berulang tersebut sehingga akhirnya memutuskan untuk menjawab.
21
Surat kabar Lampu Hijau sebagai koran kriminal tentu memiliki kepuasan tersendiri saat berhasil memperoleh berita
kriminal yang mencengangkan. Euphoria tersebut kerap ditunjukkan dengan disajikannya foto kejadian yang tak
jarang membuat ngilu para pembaca, dan besar kemungkinan akan membangkitkan pengalaman traumatik narasumber
ataupun keluarga
dan orang-orang
terdekat korban
kejahatan.
22
Hal ini tentu jelas-jelas telah melanggar Kode Etik Jurnalistik pasal 2 poin 6. Ini lagi-lagi berkaitan pula
dengan tuntutan untuk selalu menyajikan berita yang menarik, bombastis, dan sensasional.
21
Hasil temuan observasi partisipatif bersama wartawan surat kabar Lampu Hijau wilayah Jakarta Selatan pada 8 Mei 2016
22
Hasil pengecekan terhadap surat kabar Lampu Hijau yang telah terbit edisi 3-16 Mei 2016
Selain terdapat penerapan dan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik yang secara berkala dilakukan, wartawan surat
kabar Lampu Hijau juga memiliki pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik yang tentatif. Artinya, dalam satu kesempatan
wartawan akan menerapkan dan di kesempatan lain wartawan bisa saja melanggar Kode Etik Jurnalistik tersebut.
Dalam pasal 2 poin 4 Kode Etik Jurnalistik disebutkan bahwa wartawan harus menyajikan berita yang faktual dan
jelas sumbernya. Hal ini dinilai menjadi tentatif dilakukan oleh wartawan Lampu Hijau karena wartawan selain
melakukan peliputan sendiri dengan langsung terjun ke lapangan, mereka juga kerap menerima naskah berita dari
wartawan lain
sebagaimana yang
telah dipaparkan
sebelumnya. Saat melaksanakan peliputan sendiri dengan langsung
terjun ke lapangan, wartawan dapat menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya karena wartawan sendirilah yang
menggali informasi tersebut. Wartawan dapat memantau dan melihat kejadian langsung dari Tempat Kejadian Perkara
TKP dan tentu akan dapat memperoleh wawancara dengan pihak yang bersangkutan, sehingga sumber berita menjadi
jelas. Ini menunjukkan adanya penerapan pasal 2 poin 4 Kode Etik Jurnalistik.
Lain halnya saat wartawan hanya menerima naskah berita jadi dari wartawan lain. Wartawan tidak bisa menjamin
keakuratan berita, dan sumber utama dari informasi tersebut menjadi samar. Hal ini secara jelas menunjukkan adanya
pelanggaran pasal 2 poin 4 Kode Etik Jurnalistik. Melalui kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pasal 2 poin 4 Kode Etik Jurnalistik oleh wartawan surat kabar Lampu Hijau bersifat tentatif. Di satu
sisi mereka menerapkan, dan di sisi lain juga melakukan pelanggaran.
Pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik yang tentatif juga terlihat pada poin 7 yang terdapat dalam pasal 2. Saling
berbagi informasi antar sesama wartawan telah menjadi hal lumrah bagi wartawan surat kabar Lampu Hijau dengan
wartawan dari berbagai media lainnya.
23
Informasi tersebut dibagikan dengan saling mengirimkan naskah lengkap dari
suatu kejadian melalui email ke wartawan yang memiliki kedekatan hubungan baik secara emosional atau sesama
wilayah. Wartawan
yang menerima
informasi, termasuk
wartawan surat kabar Lampu Hijau tidak perlu lagi ke lapangan untuk meliput. Mereka hanya tinggal meramu
23
Hasil observasi partisipatif bersama M. Isa Bustomi, wartawan surat kabar Lampu Hijau wilayah Jakarta Selatan pada 2-15 Mei 2016
naskah yang diterima dan disesuaikan dengan gaya bahasa dan angle yang sesuai dengan identitas diri media masing-
masing. Hal ini tentu sangat membuka kesempatan untuk terjadinya plagiasi dan menyebabkan lumrahnya mengakui
hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri. Di sisi lain, wartawan surat kabar Lampu Hijau tidak
selalu menerima data dari wartawan lain. Wartawan surat kabar Lampu Hijau ini di satu sisi juga melaksanakan
peliputan sendiri sehingga informasi yang diperoleh berdasarkan karya pribadi. Dalam hal ini wartawan tidak
mengakui karya orang lain sebagai karya sendiri. Dengan begitu dapat diketahui bahwa pelaksanaan pasal 2 poin 7
Kode Etik Jurnalistik ini bersifat tentatif.