Metode Penelitian Metodologi Penelitian
penilaian bersama,
seperti membedakan
benar dan
salah, kemungkinan, serta ketepatan; mereka mampu mengevaluasi ketepatan
argumen yang dikemukakan selama proses pengadilan.
18
Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa terdapat
sebuah praktik evaluasi dan penilaian yang dapat dideskripsikan. Melalui kejadian tersebutlah akhirnya Garfinkel mengetahui metode
yang mulai tahun 1955 disebut sebagai etnometodologi.
19
Etnometodologi yang diperkenalkan oleh Harold Garfinkel adalah suatu ranah ilmiah yang unik, sekaligus radikal dalam kajian
ilmu sosial karena dikenal keras dalam mengkritik cara-cara yang dilakukan para sosiolog sebelumnya.
20
Etnometodologi yang diperkenalkan Garfinkel ini memiliki tatanan secara teoritis maupun
praktis. Pada tatanan teoritis, Harold Garfinkel di tahun 1940 telah
menolak pemikiran Emile Durkheim mengenai “fakta sosial” karena baginya justru “aktor sosial” itulah yang sangat menentukan dan tidak
pernah dibatasi oleh struktur dan pranata sosial.
21
Sedangkan pada tatanan praktisnya, etnometodologi Garfinkel menekankan pada
kekuatan atau pendengaran dan eksperimen melalui simulasi.
22
18
Ellys Lestari Pambayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication Konsep, Panduan, dan Aplikasi, h. 141
19
Alain Coulon, Etnometodologi, Jakarta: Lengge, 2008, h. 56
20
Ellys Lestari Pambayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication Konsep, Panduan, dan Aplikasi, h. 142
21
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial Buku Sumber untuk Penelitian Kualitatif, h. 199
22
Ellys Lestari Pambayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication Konsep, Panduan, dan Aplikasi, h. 142
Kelahiran etnometodologi tak lepas dari pengaruh karya-karya yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan lain. Etnometodologi
Garfinkel ini diilhami oleh karya-karya dari Talcot Parson dan Alfred Schutz. Adapun sumber lain yang ikut memberikan pengaruh di
antaranya Durkheim, Weber, Mannheim, Edmun Husserl, Aaron Gurwitsch, Maurice Merleau-ponty, dan lain-lain.
23
Meskipun telah disebutkan bahwa etnometodologi Garfinkel ini diilhami serta dipengaruhi oleh para pemikir lain, Garfinkel mengakui
bahwa sumber utama yang memberikan pengaruh baginya adalah fenomenologi oleh Schutz.
24
Validitas dalam etnometodologi dapat dilihat dengan sederhana karena tidak menggunakan cara-cara konvensional dalam mengukur
suatu konsep. Etnometodologi sangat bergantung pada kekuatan interpretasi peneliti terhadap masalah sosial yang sedang dihadapinya.
Penelitian etnometodologi memiliki beberapa tujuan utama, yakni: 1 untuk mempelajari bagaimana anggota masyarakat selama
berlangsungnya interaksi sosial, membuat pengungkapan istilah- istilah; 2 berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat,
mengerti, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia sehari- hari di tempat mereka hidup; 3 Pemanfaatan metode ini lebih dilatari
oleh pemikiran praktis dibanding kemanfaatan logika formal; dan 4
23
Ellys Lestari Pambayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication Konsep, Panduan, dan Aplikasi, h. 142
24
Ferry Roen, “Harold Garfinkel: Ethnometodology”, artikel diakses pada 25 Juni 2016 dari
http:perilakuorganisasi.comharold-garfinkel-ethno-metodelogy.html
Hasil penelitian dari etnometodologi dapat berupa program atau prinsip perubahan dan pembaruan.
25
Dalam melakukan penelitian, peneliti tentu memerlukan sebuah strategi tersendiri, termasuk dalam penelitian menggunakan metode
etnometodologi. Dalam penelitian etnometodologi, terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan, yaitu 1 strategi responsif,
mengungkapkan bagaimana seseorang menanggapi apa yang pernah dialaminya; 2 strategi provokatif, mengungkapkan reaksi orang
terhadap situasi atau bahasa; dan 3 strategi subersif, yang lebih menekankan pada perubahan status atau peran yang biasa dimainkan
oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
26
Adapun tahap
pengumpulan data
dalam penelitian
etnometodologi adalah dengan melakukan wawancara, terutama pada penelitian kualitatif menggunakan etnometodologi seperti yang
dilakukan peneliti. Wawancara dalam penelitian etnometodologi itu sendiri dapat dibedakan menjadi tiga pendekatan dasar seperti
wawancara informal, wawancara dengan pedoman umum, serta wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka.
27
Wawancara informal, yakni proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan-pertanyaan secara
25
Ellys Lestari Pambayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication Konsep, Panduan, dan Aplikasi, h. 147
26
Ellys Lestari Pambayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication Konsep, Panduan, dan Aplikasi, h. 151
27
Ellys Lestari Pambayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication Konsep, Panduan, dan Aplikasi, h. 154-155
spontan dalam interaksi alamiah, dengan tipe wawancara observasi partisipatif.
28
Wawancara dengan pedoman umum dilakukan oleh peneliti dengan dilengkapi pedoman wawancara interview guide yang sangat
umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk
pertanyaan eksplisit.
29
Sedangkan wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka, yakni pedoman wawancara ditulis secara rinci dan lengkap dengan set
pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat. Dalam penelitian ini peneliti diharapkan dapat melaksanakan wawancara sesuai dengan
sekuensi yang tercantum, serta menanyakannya dengan cara yang sama pada narasumber berbeda.
30