2. Metode Penelitian
Metode penelitian
yang digunakan
adalah metode
etnometodologi. Hal ini dilakukan guna mengungkap etika pers dan kerja jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan surat kabar Lampu
Hijau. Etnometodologi berasal dari bahasa Yunani „Etnos‟ yang berarti
orang, „Metodos‟ yang berarti metode, dan „Logos‟ yang berarti Ilmu, sehingga secara harfiah etnometodologi adalah
“sebuah studi atau ilmu tentang metode yang digunakan oleh orang awam atau masyarakat
biasa untuk menciptakan perasaan keteraturan atau keseimbangan di dalam situasi di mana mereka berinteraksi
”.
12
Etnometodologi menurut Heritage dapat didefinisikan sebagai “kajian mengenai pengetahuan, aneka ragam prosedur dan
pertimbangan yang dapat dimengerti oleh anggota masyarakat biasa, mereka bisa mencari jalan dan bisa bertindak dalam keadaan di mana
mereka bisa menemukan dirinya sendiri”.
13
Di sisi lain Mehan dan Wood mengartikan etnometodologi sebagai
“keseluruhan penemuan, suatu metode, suatu teori, suatu pandangan dunia. Pandangan
etnometodologi berasal dari kehidupan”.
14
Selain itu, Muhadjir
12
Soleh Hamdani, “Etnometodologi”, artikel diakses pada 25 Juni 2016 dari https:solehhamdani.wordpress.comsosiologietnometodologi
13
Ellys Lestari Pambayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication Konsep, Panduan, dan Aplikasi Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia, 2013, h. 145
14
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial Buku Sumber untuk Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006, h. 200
menyatakan ba hwa “etnometodologi berupaya untuk memahami
bagaimana masyarakat
memandang, menjelaskan,
dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri”.
15
Dengan demikian
dapat ditarik
kesimpulan bahwa
etnometodologi merupakan suatu metode untuk mengetahui bagaimana masyarakat memandang tata kehidupan yang mereka jalani. Adapun
dalam penelitian ini, masyarakat yang dimaksud adalah wartawan yang mendedikasikan dirinya bekerja untuk surat kabar Lampu Hijau.
Dengan demikian, metode etnometodologi ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kerja jurnalistik dan penerapan etika pers yang
dilakukan oleh wartawan, dan bagaimana pandangan wartawan terhadap hal tersebut.
Pelopor kajian etnometodologi ini adalah Harold Garfinkel. Ia merupakan professor Emeritus di University Of California, Los
Angeles.
16
Sejarah penemuan metode etnometodologi diawali saat Garfinkel diajak oleh Fred Strodtbeck dan Saul Mendlovitz untuk
meneliti anggota dewan juri di suatu pengadilan.
17
Strodbeck meletakkan alat perekam secara tersembunyi di ruang rapat pengadilan Wichita, untuk merekam kegiatan musyawarah para
juri. Garfinkel terkejut oleh kenyataan bahwa para juri yang tidak diajarkan teknik-teknik hukum mampu menguji, mengkaji tindak
pidana, dan mengutarakan kesalahan para pelakunya. Untuk dapat melakukan itu, mereka menggunakan berbagai prosedur dan logika
15
Ellys Lestari Pambayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication Konsep, Panduan, dan Aplikasi, h. 146
16
Ferry Roen, “Harold Garfinkel: Ethnometodology”, artikel diakses pada 25 Juni 2016 dari
http:perilakuorganisasi.comharold-garfinkel-ethno-metodelogy.html
17
Ellys Lestari Pambayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication Konsep, Panduan, dan Aplikasi, h. 141