... padahal kamu tidak dihalalkan berburu, sedang kamu dalam keadaan berihram. al-Maidah: 1
2.1.18.2 Syarat yang Berkenaan dengan Binatang yang Diburu
2. Adapun syarat yang berkenaan dengan binatang yang diburu, yaitu hendaknya binatang tersebut tidak memungkinkan ditangkap manusia untuk disembelih pada
lehernya. Kalau ternyata memungkinkan binatang tersebut untuk disembelih di lehernya, maka haruslah disembelih dan tidak boleh pindah kepada cara lain,
karena menyembelih adalah termasuk pokok.
Begitu juga, kalau ada orang melepaskan panahnya atau anjingnya kemudian menangkap seekor binatang dan ternyata binatang tersebut masih hidup, maka dia
harus menjadikan halalnya binatang tersebut dengan disembelih di lehernya sebagaimana lazimnya. Tetapi kalau hidupnya itu tidak menentu, jika disembelih
juga baik dan apabila tidak disembelih juga tidak berdosa. Sabda Nabi
Kalau kamu melepas anjingmu, maka sebutlah asma Allah atasnya, maka jika anjing itu menangkap untuk kamu dan kamu dapati dia masih hidup, maka
sembelihlah. Riwayat Bukhari dan Muslim
2.1.18.3 Alat yang Dipakai Untuk Berburu
3. Alat yang dipakai untuk berburu ada dua macam: a. Alat yang dapat melukai, seperti panah, pedang dan tombak. Sebagaimana
diisyaratkan al-Quran dalam firmanNya:
. . . yang dapat ditangkap oleh tangan-tangan kamu dan tombak-tombak kamu. al-Maidah: 94
b. Binatang yang dapat melukai karena berkat didikan yang diberikan, seperti anjing, singa, burung elang, rajawali dan sebagainya. Firman Allah:
Dihalalkan buat kamu yang baik-baik dan apa-apa yang kamu ajar dari binatang- binatang pemburu. yang terdidik, kamu ajar mereka dari apa-apa yang Allah
ajarkan kepadamu. al-Maidah: 4
2.1.18.3.1 Berburu Dengan Senjata Tajam
Berburu dengan alat diperlukan dua persyaratan: 1. Hendaknya alat tersebut dapat menembus kulit, dimana binatang tersebut mati
karena ketajaman alat tersebut, bukan karena beratnya.
Adi bin Hatim pernah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. bahwa ia melempar binatang dengan golok dan mengenainya. Maka jawab Nabi:
Apabila Kamu melempar dengan golok, dan golok itu dapat menembus melukai kulit, maka makanlah. Tetapi kalau yang mengenai itu silangnya, maka
janganlah kamu makan. Riwayat Bukhari, Muslim
Hadis ini menunjukkan, bahwa yang terpenting ialah lukanya, sekalipun pembunuhan itu dilakukan dengan alat yang berat. Dengan demikian, maka
halallah binatang yang diburu dengan peluru dan senjata api dan sebagainya. Karena alat-alat tersebut lebih dapat menembus daripada panah, tombak dan
pedang.
Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang berbunyi: Jangan kamu makan binatang yang mati karena senapan, kecuali apa-apa yang
kamu sembelih.
Dan yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari perkataan Umar dalam bab Binatang yang mati karena senapan, bahwa senapan yang dimaksud di sini, ialah
senapan yang pelurunya itu terbuat dari tanah liat, kalau sudah kering kemudian dipakai untuk berburu. Senapan seperti ini bukan senapan yang sebenarnya
menurut pengertian sekarang. Penyusun.
Termasuk senapan jenis ini, ialah berburu dengan menggunakan batu bulat sebangsa kerikil. Hal ini dengan tegas telah dilarang oleh Nabi dengan
sabdanya:
Bahwa kerikil itu tidak dapat untuk memburu binatang dan tidak dapat melukai musuh, tetapi dia dapat menanggalkan gigi dan mencabut mata. Riwayat
Bukhari dan Muslim.
2. Harus disebut asma Allah ketika melemparkan alat tersebut atau ketika memukulkannya, sebagaimaria apa yang diajarkan Rasulullah s.a.w. kepada Adi
bin Hatim. Sedang hadis-hadisnya adalah merupakan asas daripada bab ini.
2.1.18.3.2 Berburu dengan Menggunakan Anjing dan Sebagainya
Kalau berburu itu dengan menggunakan anjing, atau burung elang, misalnya, maka yang diharuskan dalam masalah ini ialah sebagai berikut:
1. Binatang tersebut harus dididik. 2. Binatang tersebut harus memburu untuk kepentingan tuannya. Atau
dengan ungkapan yang dipakai al-Quran, yaitu: Hendaknya binatang tersebut menangkap untuk kepentingan tuannya, bukan untuk kepentingan
dirinya sendiri.
3. Disebutnya asma Allah ketika melepas. Dasar persyaratan ini ialah sebagaimana yang dinyatakan oleh al-Quran:
Mereka bertanya kepadamu Muhammad. Apakah yang dihalalkan buat mereka? Katakanlah: Telah dihalalkan kepadamu yang baik-baik dan apa-apa
yang kamu ajar dari binatang-binatang penangkap yang terdidik, yang kamu ajar mereka dari apa-apa yang Allah telah mengajarkan kepadamu, maka makanlah
dari apa-apa yang mereka tangkap untuk kamu dan sebutlah asmaAllah atasnya al-Maidah: 4
a Definisi mengajar, sebagaimana yang dikenal, yaitu kemampuan si tuan untuk memberi komando dan mengarahkan, dimana kalau anjing itu diundang akan
datang, kalau dilepas untuk berburu dia akan bertahan dan kalau diusir akan pergi --walaupun definisi ini ada sedikit perbedaan antara ahli-ahli fiqih dalam beberapa
hal-- tetapi yang terpenting, yaitu pendidikannya itu dapat dibuktikan menurut kebiasaan yang berlaku.
b Definisi menangkap untuk tuannya, yaitu bahwa binatang tersebut tidak makan binatang yang ditangkap itu.
Sesuai dengan sabda Rasulullah s.a.w.: Kalau kamu melepaskan anjing, kemudian dia makan binatang buruan itu, maka
jangan kamu makan dia, sebab berarti dia itu menangkap untuk dirinya sendiri. Tetapi jika kamu lepas dia kemudian dapat membunuh dan tidak makan, maka
makanlah karena dia itu menangkap untuk tuannya. Riwayat Ahmad, dan yang sama dengan hadis ini diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dan Muslim
Diantara ahli-ahli fiqih ada yang membedakan antara binatang buas sebangsa anjing dan burung sebangsa rajawali. Kalau burung itu makan sedikit dari
binatang yang ditangkapnya, maka binatang tersebut boleh dimakan, tetapi apa yang dimakan oleh anjing tidak boleh dimakan.
Hikmah kedua persyaratan ini, yaitu: mendidik anjing dan menangkap untuk tuannya, adalah menunjukkan ketinggian martabat manusia dan kebersihan
manusia sehingga tidak mau makan kelebihan atau sisa anjing; dan keberanian anjing itu sendiri dapat memungkinkan untuk mempermainkan jiwa-jiwa yang
lemah. Tetapi kalau anjing itu terdidik dan dia menangkap untuk tuannya, maka waktu itu dia berkedudukan sebagai alat yang dipakai oleh pemburu yang tak
ubahnya dengan tombak.
3. Sedang menyebut asma Allah ketika melepas anjing, yaitu seperti menyebut asma Allah ketika melepaskan panah, tombak atau memukulkan pedang. Dalam
hal ini ayat al-Quran telah memerintah dengan tegas dan sebutlah asma Allah
atasnya al-Maidah: 4. Begitu juga beberapa hadis yang sahih, yang di antaranya ialah hadisnya Adi bin Hatim.
Di antara dalil yang menunjukkan persyaratan ini, yaitu kalau ada seekor anjing berburu bersama anjing lainnya, kemudian si tuan itu memakai kedua anjing
tersebut, maka binatang yang ditangkap oleh kedua anjing tersebut tidak halal.
Dalam hal.ini Adi pernah bertanya kepada Nabi sebagai berikut: Aku melepaskan anjingku, tetapi kemudian kudapati anjingku itu bersama anjing
lain, aku sendiri tidak tahu anjing manakah yang menangkapnya? Maka jawab Nabi. Jangan kamu makan, sebab kamu menyebut asma Allah itu pada anjingmu,
sedang anjing yang lain tidak. Riwayat Ahmad
Kemudian kalau lupa tidak menyebut asma Allah baik ketika memanah ataupun ketika melepas anjing, maka dalam hal ini Allah tidak mengambil suatu tindakan
hukum kepada orang yang lupa dan keliru. Oleh karena itu susullah penyebutan asma Allah itu ketika makan, sebagaimana telah terdahulu pembicaraannya dalam
bab menyembelih.
Tentang hikmah menyebut asma Allah telah kami jelaskan dalam bab penyembelihan, maka apa yang dikatakan di sana, begitulah yang dikatakan di bab
ini juga.
2.1.18.3.3 Kalau Binatang Itu Didapati Sudah Mati