Jangan Mencela Diri-Diri Kamu Jangan Memberi Gelar dengan Gelar-Gelar yang Tidak Baik Suuzh-Zhan Berburuk Sangka

4.4.2.2 Jangan Mencela Diri-Diri Kamu

Larangan kedua: Tentang lumzun, yang menurut arti lughawi berarti: al-wakhzu tusukan dan ath-thanu tikaman. Sedang lumzun yang dimaksud di sini ialah: aib cacat. Jadi seolah-olah orang yang mencela orang lain, berarti menusuk orang tersebut dengan ketajaman pedangnya, atau menikam dengan hujung tombaknya. Penafsiran ini tepat sekali. Bahkan kadang-kadang tikaman lidah justru lebih hebat. Seperti kata seorang penyair: Luka karena tombak masih dapat diobati Tetapi luka karena lidah berat untuk diperbaiki. Bentuk larangan dalam ayat ini mempunyai suatu isyarat yang indah sekali. Ayat tersebut mengatakan: laa talmizu anfusakum jangan kamu mencela diri-diri kamu. Ini tidak berarti satu sama lain saling cela-mencela. Tetapi al-Quran menuturkan dengan jamaatul muminin, yang seolah-olah mereka itu satu tubuh. Sebab mereka itu secara keseluruhannya saling membantu dan menolong. Jadi barangsiapa mencela saudaranya, berarti sama dengan mencela dirinya sendiri. Karena dia itu dari dan untuk saudaranya.

4.4.2.3 Jangan Memberi Gelar dengan Gelar-Gelar yang Tidak Baik

Ketiga: Termasuk mencela yang diharamkan, ialah: memberi gelar dengan beberapa gelar yang tidak baik, yaitu suatu panggilan yang tidak layak dan tidak menyenangkan yang membawa kepada suatu bentuk penghinaan dan celaan. Tidak layak seorang manusia berbuat jahat kepada kawannya. Dipanggilnya kawannya itu dengan gelar yang tidak menyenangkan bahkan menjengkelkan. Ini bisa menyebabkan berubahnya hati dan permusuhan sesama kawan serta menghilangkan jiwa kesopanan dan perasaan yang tinggi.

4.4.2.4 Suuzh-Zhan Berburuk Sangka

Keempat: Islam menghendaki untuk menegakkan masyarakatnya dengan penuh kejernihan hati dan rasa percaya yang timbal balik; bukan penuh ragu dan bimbang, menuduh dan bersangka-sangka, Untuk itu, maka datanglah ayat al-Quran membawakan keempat sikap yang diharamkan ini, demi melindungi kehormatan orang lain. Maka berfirmanlah Allah: Hai orang-orang yang beriman Jauhilah banyak menyangka, karena sesungguhnya sebagian sangkaan itu berdosa. al-Hujurat: 12 Sangkaan yang berdosa, yaitu sangkaan yang buruk. Oleh karena itu tidak halal seorang muslim berburuk sangka terhadap saudaranya, tanpa suatu alasan dan bukti yang jelas. Sebab manusia secara umum pada asalnya bersih. Oleh karena itu prasangka-prasangka tidak layak diketengahkan dalam arena kebersihan ini justru untuk menuduh. Sabda Nabi: Hati-hatilah kamu terhadap prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu sedusta-dusta omongan. Riwayat Bukhari Manusia karena kelemahan sifat kemanusiaannya, tidak dapat menerima prasangka dan tuduhan oleh sebagian manusia, lebih-lebih terhadap orang-orang yang tidak ada hubungan baik. Oleh karena itu sikap yang harus ditempuh, dia harus tidak menerima tuduhan itu dan berjalan mengikuti suara nafsu tersebut. Inilah makna hadis Nabi yang mengatakan: Kalau kamu akan menyangka, maka jangan kamu nyatakan. Riwayat Thabarani

4.4.2.5 Tajassus Memata-matai