Ikan dan Belalang Dapat Dikecualikan dari Bangkai Memanfaatkan Kulit Tulang dan Rambut Bangkai

Binatang-binatang yang disembelih untuk maksud di atas termasuk salah satu macam yang disembelih bukan karena Allah. Baik yang disembelih bukan karena Allah ataupun yang disembelih untuk berhala, kedua-duanya adalah suatu pengagungan terhadap berhala thaghut. Bedanya ialah: bahwa binatang yang disembelih bukan karena Allah itu, kadang-kadang disembelih untuk sesuatu patung, tetapi binatang itu sendiri jauh dari patung tersebut dan jauh dari berhala nushub, tetapi di situ disebutnya nama thaghut berhala. Adapun binatang yang disembelih untuk berhala, yaitu mesti binatang tersebut disembelih di dekat patung tersebut dan tidak mesti dengan menyebut nama selain Allah. Karena berhala-berhala dan patung-patung itu berada di sekitar Kabah, sedang sementara orang beranggapan, bahwa menyembelih untuk dihadiahkan kepada berhala-berhala tersebut berarti suatu penghormatan kepada Baitullah, maka anggapan seperti itu oleh al-Quran dihilangkannya dan ditetapkanlah haramnya binatang tersebut dengan nas yang tegas dan jelas, sekalipun itu difahami dari kalimat maa uhilla lighairillah apa-apa yang disembelih bukan karena Allah.

2.1.12 Ikan dan Belalang Dapat Dikecualikan dari Bangkai

Ada dua binatang yang dikecualikan oleh syariat Islam dari kategori bangkai, yaitu belalang, ikan dan sebagainya dari macam binatang yang hidup di dalam air. Rasulullah s.a.w. ketika ditanya tentang masalah air laut, beliau menjawab: Laut itu airnya suci dan bangkainya halal. Riwayat Ahmad dan ahli sunnah Dan firman Allah yang mengatakan: Dihalalkan bagi kamu binatang buruan laut dan makanannya. al-Maidah. 96 Umar berkata: Yang dimaksud shaiduhu, yaitu semua binatang yang diburu; sedang yang dimaksud thaamuhu makanannya, yaitu barang yang dicarinya. Dan kata Ibnu Abbas pula, bahwa yang dimaksud thaamuhu, yaitu bangkainya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdullah diceriterakan, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah mengirimkan suatu angkatan, kemudian mereka itu mendapatkan seekor ikan besar yang sudah menjadi bangkai. lkan itu kemudian dimakannya selama 20 hari lebih. Setelah mereka tiba di Madinah, diceriterakanlah hal tersebut kepada Nabi, maka jawab Nabi: Makanlah rezeki yang telah Allah keluarkan untuk kamu itu, berilah aku kalau kamu ada sisa. Lantas salah seorang diantara mereka ada yang memberinya sedikit. Kemudian Nabi memakannya. Riwayat Bukhari Yang termasuk dalam kategori ikan yaitu belalang. Dalam hal ini Rasulullah s.a.w. memberikan suatu perkenan untuk dimakannya walaupun sudah menjadi bangkai, karena satu hal yang tidak mungkin untuk menyembelihnya. Ibnu Abi Aufa mengatakan: Kami pernah berperang bersama Nabi tujuh kali peperangan, kami makan belalang bersama beliau. Riwayat Jamaah, kecuali Ibnu Majah

2.1.13 Memanfaatkan Kulit Tulang dan Rambut Bangkai

Yang dimaksud haramnya bangkai, hanyalah soal memakannya. Adapun memanfaatkan kulitnya, tanduknya, tulangnya atau rambutnya tidaklah terlarang. Bahkan satu hal yang terpuji, karena barang-barang tersebut masih mungkin digunakan. Oleh karena itu tidak boleh disia-siakan. Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan, bahwa salah seorang hamba Maimunah yang telah dimerdekakan maulah pernah diberi hadiah seekor kambing, kemudian kambing itu mati dan secara kebetulan Rasulullah berjalan melihat bangkai kambing tersebut, maka bersabdalah beliau: Mengapa tidak kamu ambil kulitnya, kemudian kamu samak dan memanfaatkan? Para sahabat menjawab: Itu kan bangkai Maka jawab Rasulullah: Yang diharamkan itu hanyalah memakannya. Riwayat Jamaah, kecuali Ibnu Majah Rasulullah s.a.w. menerangkan cara untuk membersihkannya, yaitu dengan jalan disamak. Sabda beliau: Menyamak kulit binatang itu berarti penyembelihannya. Riwayat Abu Daud dan Nasal Yakni, bahwa menyamak kulit itu sama dengan menyembelih untuk menjadikan kambing tersebut menjadi halal. Dalam salah satu riwayat disebutkan: Menyamak kulit bangkai itu dapat menghilangkan kotorannya. Riwayat al- Hakim Dan diriwayatkan pula, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: Kulit apa saja kalau sudah disamak, maka sungguh menjadi sucibersih. Riwayat Muslim dan lain-lain Kulit yang disebut dalam hadis-hadis ini adalah umum, meliputi kulit anjing dan kulit babi. Yang berpendapat demikian ialah madzhab Dhahiri, Abu Yusuf dan diperkuat oleh Imam Syaukani. Kata Saudah Umul Muminin: Kami mempunyai kambing, kemudian kambing itu mati, lantas kami samak kulitnya dan kami pakai untuk menyimpan korma supaya menjadi manis, dan akhirnya kami jadikan suatu girbah suatu tempat yang terbuat dari kulit binatang yang biasa dipakai oleh orang Arab zaman dahulu untuk mengambil air dan sebagainya. Riwayat Bukhari.

2.1.14 Keadaan Darurat dan Pengecualiannya