Dua Orang Tua yang Musyrik

3.3.9.3 Dua Orang Tua yang Musyrik

Seindah-indah ajaran yang dibawa oleh Islam dalam hal bergaul dengan dua orang tua, di antaranya ialah Islam melarang berdurhaka kepada dua orang tua, sekalipun mereka itu musyrik, bahkan kendati mereka itu sungguh-sungguh dalam kemusyrikannya. Mereka mengajak kepada anaknya untuk berbuat syirik dengan seluruh usaha dan perjuangan supaya anaknya pindah agama. Dalam hal ini Allah telah berfirman sebagai berikut: Hendaklah kamu bersyukur kepadaku dan kepada dua orang tuamu; kepadakulah tempat kembali. Dan jika mereka itu bersungguh-sungguh mempengaruhimu supaya kamu menyekutukan Aku dengan sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu turut mereka itu, tetapi berkawanlah dengan mereka di dunia ini dengan cara yang baik; dan ikutilah jalan orang yang taubat kepadaku; kemudian kepadakulah tempat kembalimu, maka akan kujelaskan kepadamu apa-apa yang telah kamu kerjakan. Luqman: 14-15 Setiap muslim diperintah dalam kedua ayat ini agar tidak mau menuruti kedua orang tua terhadap apa yang mereka usahakan dan mereka perintahkannya -- dalam hal kedurhakaan-- sebab sedikitpun kita tidak boleh menurut manusia dalam hal durhaka kepada Allah laa thaata limakhluqin fimashiyatil khaliq. Adakah maksiat yang lebih besar selain syirik? Namun si anak tetap diperintah supaya bergaul dengan orang tuanya itu dengan sebaik-baiknya, dengan syarat tidak akan mempengaruhi kejernihan imannya. Bahkan si anak dianjurkan supaya mengikuti orang-orang mumin yang baik-baik yang mau taubat kepada Allah. Si anak harus menyerahkan keputusannya itu kepada Allah yang maha teguh hukumnya kelak di hari di mana seorang ayah tidak akan dihukum lantaran perbuatan anaknya, begitu juga si anak tidak akan dihukum lantaran perbuatan ayahnya. Inilah puncak toleransi yang tidak dapat dicapai oleh agama apapun, selain Islam. Catatan kaki Bab Ketiga 1. Dengan dasar hadis tersebut ulama-ulama berpendapat laki-laki atau perempuan tidak boleh berbaring bersama yang kiranya ada sentuhan badan. 2. Riwayat Bukhari dan Muslim. 3. Lihat Tafsir Thabari, Qurthubi, Zamakhsyari dan ar-Razi. 4. Qurthubi berkata: Kecuali bagian-bagian yang tidak boleh dinampakkan. Tetapi para ulama juga masih berbeda pendapat tentang tingkatan keluarga itu dan tingkatan bagian yang boleh dan yang tidak boleh. Misalnya: ada yang boleh dinampakkan, tetapi oleh anaknya suami tidak boleh. 5. Lihat Tafsir Razi 23: 205-206. 6. Tafsir Ibnu Jarir. 7. Seorang hamba yang berjanji akan menebus dirinya supaya menjadi merdeka. 8. Lihat al-Marah bainal baiti wal mujtama oleh Ustaz al-Bahi al-Huli halaman 24 cetakan ke II. 9. Ighatsatul Lahafan 1:66-67. 10. Lihat Zadul Maad 4: 7 Riwayat Baihaqi. 11. Riwayat Abu Daud. 12. Riwayat Ahmad dan lain-lain. 13. Bukhari dan Muslim. 14. Tafsir ar-Razi 6: 66. 15. Islam dan Kesehatan Modern oleh Dr. A, Aziz Ismail. 16. Hujjatullah al-Balighah 3: 134. 17. Miftahud Daris Saadah, hal. 620 Zadal Maad 4: 16 dan seterusnya. 18. denda pembunuh. 19. Fatawa Syaltut hal. 464. 20. Thaya , kitabun nikah hal. 47. 21. Islam dimun ammun khalidin oleh Farid Wajdi, hal. 172. 22. Penjelasan dari ahli agama di sekolah Katholik di Mesir. 23. Harian al-Ahram tgl. 1-3-1956. 24. Hufuqul Insan fil Islam, oleh Dr. Ali A. Wahid, hal. 88. 25. Huququl Islam. 26. Riwayat Bukhari dan Muslim. 27. Fatawa Shaitul, hal: 200. 28. Al-Mughini 5:605. BAB KEEMPAT. KEPERCAYAAN DAN TRADISI, MUAMALAH, HIBURAN, KEMASYARAKATAN, ANTAR-UMAT

4.1 Masalah Kepercayaan dan Tradisi

KEPERCAYAAN yang baik, landasan pokok bagi masyarakat Islam. Tauhid inti daripada kepercayaan tersebut dan jiwa daripada Islam secara keseluruhannya. Oleh karena itu melindungi kepercayaan dan tauhid, adalah pertama-tama yang dilakukan oleh Islam dalam perundang-undangan maupun dawahnya. Begitu juga memberantas kepercayaan jahiliah yang dikumandangkan oleh polytheisme yang sesat itu, suatu perintah yang harus dikerjakan demi membersihkan masyarakat Islam dari noda-noda syirik dan sisa-sisa kesesatan.

4.1.1 Nilai Sunnatullah dalam Alam Semesta

Pertama kali aqidah yang ditanamkan Islam dalam jiwa pemeluknya, yaitu: bahwa alam semesta yang didiami manusia di permukaan bumi dan di bawah kolong langit tidak berjalan tanpa aturan dan tanpa bimbingan, dan tidak juga berjalan mengikuti kehendak hawa nafsu seseorang. Sebab hawa nafsu manusia, karena kebutaan dan kesesatannya, selalu bertentangan. Firman Allah: Andaikata kebenaran itu mengikuti hawa nafsu mereka, niscaya akan rusaklah langit dan bumi serta seluruh makhluk yang ada di dalamnya. al-Muminun: 71 Namun perlu dimaklumi, bahwa alam ini dikendalikan dengan undang-undang dan hukum yang tetap, tidak pernah berubah dan berganti, sebagaimana telah dinyatakan oleh al-Quran dalam beberapa ayat, antara lain sebagai berikut: Kamu tidak akan menjumpai sunnatullah itu berganti. Fathir: 43 Kaum muslimin telah belajar dari kitabullah dan sunnah Rasul supaya menjunjung tinggi sunnatullah yang berbentuk alam semesta ini dan mencari musabab yang diperoleh dari sebab-sebab yang telah diikatnya oleh Allah, serta supaya mereka menolak apa yang dikatakan sebab yang sekedar dugaan semata yang biasa dilakukan oleh para biksu, ahli-ahli khurafat dan pedagang agama.

4.1.2 Memberantas Ramalan dan Khurafat

Nabi Muhammad s.a.w. datang dan dijumpainya di tengah-tengah masyarakat ada sekelompok manusia tukang dusta yang disebut kuhhan dukun dan arraf tukang