4.4.2.10.3 Menyuap Untuk Menghilangkan Kezaliman
Barangsiapa mempunyai hak yang diabaikan, sedang jalan untuk mendapatkan hak tersebut tidak dapat, kecuali dengan jalan menyuap; atau ada suatu kezaliman
yang tidak dapat diatasi kecuali dengan menyuap, maka sebaiknya bersabar diri, sehingga Allah memberikan jalan untuk mengatasi kezaliman atau untuk
mendapat hak tersebut.
Kalau dia melalui jalan menyuap untuk maksud di atas, maka dosanya bagi yang menerima suap, bukan bagi yang menyuap, selama dia telah mencoba berbagai
jalan untuk mengatasi problema tersebut tetapi tidak juga berhasil; dan selama usaha mengatasi kezaliman dan mendapatkan hak itu tidak merugikan orang lain.
Sementara ulama mendasarkan pendiriannya itu dengan beberapa hadis tentang orang-orang yang minta sadaqah kepada Nabi padahal mereka tidak berhak, tetapi
diberinya. Antara lain hadis yang diriwayatkan Umar Ibnul-Khattab:
Sesungguhn.ya Rasulullah s.a.w bersabda: sungguhnya ada salah seorang di antara kamu keluar dari rumahku dengan membawa sadaqah yang disembunyikan
di ketiaknya, padahal sadaqah itu hanya umpan neraka. Kemudian Umar bertanya: Ya Rasulullah Mengapa engkau beri padahal engkau tahu, bahwa sadaqah itu
merupakan bara neraka baginya? Maka jawab Nabi: Apa yang harus saya perbuat sedangkan mereka terus-menerus minta kepadaku dan saya sendiri dilarang Allah
berlaku bakhil. Riwayat Abu Yala, dan yang seperti itu diriwayatkan juga oleh Ahmad
Apabila keadaan yang mendesak menyebabkan Nabi mau memberi sesuatu kepada peminta padahal telah diketahui, bahwa barang yang diberikannya itu bara
api neraka, maka bagaimana lagi kalau suatu keperluan yang sangat mendesak demi mengatasi kezaliman dan mengambil hak yang diabaikan?
4.4.2.10.4 Berlebih-Lebihan Menggunakan Harta, Hukumnya Haram
Apabila harta benda orang lain dilindungi dari setiap gangguan yang datangnya dari luar, baik dengan sembunyi-sembunyi ataupun dengan terang-terangan, maka
di samping itu harta pribadi pun dilindungi dari penggunaan yang sia-sia, dipergunakan dengan boros atau karena dibangkitkan oleh kanan-kirinya.
Ini justru disebabkan ummat mempunyai hak terhadap harta milik perseorangan, bahkan mempunyai hak milik di belakang setiap pemilik. Oleh karena itu Islam
menetapkan, bahwa ummat berhak menahan hak milik orang yang belum mampu mengurus hartanya yang dimungkinkan akan menghambur-hamburkan hak
miliknya itu. Sebab dalam hal ini ummatlah yang berhak.
Dalam hal ini al-Quran mengatakan: Dan jangan kamu serahkan kepada orang-orang bodoh harta benda kamu yang
telah Allah jadikan sebagai standard untuk kamu, tetapi berilah mereka makan dengan harta itu dan berilah mereka pakaian, dan katakanlah kepada mereka
dengan omongan yang baik. an-Nisa: 5
Di sini Allah menyampaikan perkataanNya: Jangan kamu serahkan kepada orang- orang bodoh harta benda kamu itu kepada ummat, padahal harta benda tersebut
pada hakikatnya milik orang-orang bodoh itu sendiri.
Akan tetapi harta milik pribadi, pada hakikatnya milik seluruh ummat. Sebab Islam adalah agama tengah-tengah dan adil. Sedang ummat Islam adalah ummat
penengah dan adil dalam segala hal. Justru itu Allah melarang ummat Islam berlebih-lebihan dan boros, sebagaimana halnya mereka dilarang kikir dan pelit.
Firman Allah:
Hai anak Adam Pakailah perhiasanmu di tiap-tiap masjid; dan makanlah dan minumlah tetapi jangan boros, sebab Allah tidak suka kepada orang-orang yang
boros. al-Araf: 31
Yang dimaksud dengan pemborosan di sini hanyalah dalam hal yang sifatnya memang diharamkan Allah, seperti untuk membeli arak, narkotik, bejana emas,
bejana perak dan sebagainya. Sedikit ataupun banyak uang yang dikeluarkan itu. Atau uang itu disia-siakan untuk urusan pribadi maupun orang lain. Sebab
Rasulullah s.a.w. melarang mensia-siakan harta. Riwayat Bukhari.
Atau dengan memperbesar jumlah pengeluaran untuk keperluan yang tidak dibutuhkan, sehingga tidak lagi ada sisa untuk mencukupi dirinya.
Imam ar-Razi berkata dalam menafsirkan firman Allah: Mereka bertanya kepadamu apakah yang harus mereka belanjakan? Maka
jawablah: Yaitu harta yang lebih. al-Baqarah: 219
sebagai berikut: Sesungguhnya Allah mendidik manusia dalam hal menggunakan uang, kemudian ia berkata kepada Nabinya sebagai berikut:
Dan berikanlah kepada keluargamu haknya, kepada orang-orang miskin, dan kepada orang yang berkeputusan belanja dalam perjalanan ibnus sabil, dan
jangan boros, karena sesungguhnya orang-orang yang boros adalah kawan syaitan. al-Isra: 26
Dan jangan kamu letakkan tanganmu terbelenggu di lehermu, tetapi jangan pula kamu ulurkan sepanjang-panjangnya. al-isra: 29
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan uangnya tidak boros dan tidak juga kikir. al-Furqan: 67
Dan Rasulullah s.a.w. sendiri juga bersabda: Kalau salah seorang di antara kamu mempunyai sesuatu, maka utamakanlah
untuk dirinya sendiri kemudian orang yang menjadi tanggungannya. Begitulah seterusnya Riwayat Muslim
Dan sabdanya pula. Sebaik-baik sadaqah ialah masih meninggalkan sisa. Riwayat l-habarani
siengan sanad hasan
Dan yang semakna dengan ini terdapat dalam Bukhari. Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Ketika kami bersama Rasulullah s.a.w., tiba-
tiba ada seorang laki-laki datang membawa emas sebesar telur. Kemudian ia berkata kepada Nabi: Ya Rasulullah Ambillah ini sebagai sedekah, tetapi demi
Allah saya tidak memiliki kecuali ini. Kemudian Rasulullah s.a.w. berpaling, tetapi ia berikan dari hadapan Nabi. Kemudian Nabi berkata: bawalah kemari,
sambil ia marah dan kemudian diambilnya, kemudian dilemparkan yang sekiranya kena niscaya akan melukainya. Kemudian ia berkata: salah seorang di antara
kamu datang kepadaku dengan membawa uangnya padahal dia tidak mempunyai kecuali itu, kemudian ia duduk menanti pemberian orang. Ketahuilah, bahwa
sadaqah itu dari harta kelebihan. Ambillah ini, saya tidak membutuhkannya. Riwayat Abu Daud dan Hakim
Dan dari Nabi s.a.w., bahwa ia pernah menyimpan untuk keluarganya makanan setahun. Riwayat Bukhari
Dan berkatalah ahli-ahli hikmah: Yang baik ialah berada diantara berlebih- lebihan dan kikir. Infaq kelewat banyak berarti boros, dan kelewat sedikit berarti
kikir. Sedang tengah-tengah itulah yang baik. Dan inilah yang dimaksud firman Allah: qulil afwa. Tujuan pokok syariat Muhammad adalah demi memenuhi
panggilan yang lembut ini. Berbeda dengan syariat Yahudi yang dasarnya pembinaan sangat keras, dan syariat Nashara yang sangat mempermudah. Tetapi
syariat Muhammad sederhana dalam semua hal. Justru itu syariat Muhammad lebih sempurna dari semuanya.
35
4.5 Hubungan antara Ummat Islam dengan Ghairul Islam
KALAU kita hendak menyimpulkan ajaran-ajaran Islam dalam masalah hubungan dengan golongan ghairul Islam --tentang soal halal dan haram-- cukup kiranya