Kami biasa melakukan azl di zaman Nabi s.a.w. maka setelah hal demikian itu sampai kepada Nabi, beliau tidak melarang kami. Riwayat Muslim
Diriwayatkan juga, bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi lantas ia berkata:
Ya Rasulullah Sesungguhnya saya mempunyai seorang hamba perempuan jariyah dan saya melakukan azl daripadanya, karena saya tidak suka kalau dia
hamil dan saya ingin seperti apa yang biasa diinginkan oleh umumnya orang laki- laki, sedang orang-orang Yahudi berceritera: bahwa azl itu sama dengan
pembunuhan yang kecil. Maka bersabdalah Nabi s.a.w.: dusta orang-orang Yahudi itu Kalau Allah berkehendak untuk menjadikannya hamil, kamu tidak akan
sanggup mengelakkannya. Riwayat Ashabussunan
Yang dimaksud oleh Nabi, bahwa persetubuhan dengan azl itu, kadang-kadang ada setetes mani masuk yang menyebabkan kehamilan sedang dia tidak
mengetahuinya.
Di zaman pemerintahan Umar, dalam satu majlis orang-orang banyak berbincang masafah azl. Kemudian ada salah seorang laki-laki yang berkata: bahwa orang-
orang Yahudi beranggapan, azl itu berarti pembunuhan yang kecil. Kemudian Ali r.a. ber kata: Tidak dinamakan pembunuhan, sehingga mani itu berjalan tujuh
tahap, yaitu: mula-mula sari tanah, kemudian menjadi nuthfah mani, kemudian menjadi darah yang membeku, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian
daging itu dilengkapi dengan tulang-belulang, kemudian dililiti dengan daging dan terakhir menjadi manusia. Lantas Umar menjawab: betul engkau, ya Ali
Semoga Allah memanjangkan umurmu
3.2.15.1 Alasan yang Mendorong Keluarga Berencana
Di antara sekian banyak alasan yang mendorong dilakukannya keluarga berencana, yaitu:
Pertama
: Mengkawatirkan terhadap kehidupan atau kesehatan si ibu apabila hamil atau melahirkan anak, setelah dilakukan suatu penelitian dan cheking oleh
dokter yang dapat dipercaya. Karena firman Allah:
Jangan kamu mencampakkan diri-diri kamu ke dalam kebinasaan. al-Baqarah: 195
Dan firman-Nya pula: Dan jangan kamu membunuh diri-diri kamu, karena sesungguhnya Allah maha
belaskasih kepadamu. an-Nisa: 28
Kedua
: Kawatir akan terjadinya bahaya pada urusan dunia yang kadang-kadang bisa mempersukar beribadah, sehingga menyebabkan orang mau menerima barang
yang haram dan mengerjakan yang terlarang, justru untuk kepentingan anak- anaknya. Sedang Allah telah berfirman:
Allah berkehendak
untuk memberikan
kemudahan kepadamu,
bukan berkehendak untuk memberi kesukaran kepadamu. al-Baqarah: 185
Allah tidak berkehendak untuk menjadikan suatu kesukaran kepadamu. al- Maidah: 6
Termasuk yang
mengkawatirkan anak,
ialah tentang
kesehatan dan
pendidikannya. Usamah bin Zaid meriwayatkan:
Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi s.a.w. kemudian ia berkata: ya Rasulullah Sesungguhnya saya melakukan azl pada isteriku. Kemudian Nabi
bertanya: mengapa kamu berbuat begitu? Si laki-laki tersebut menjawab: karena saya merasa kasihan terhadap anaknya, atau ia berkata: anak-anaknya. Lantas
Nabi bersabda: seandainya hal itu berbahaya, niscaya akan membahayakan bangsa Persi dan Rum. Riwayat Muslim
Seolah-olah Nabi mengetahui bahwa situasi individu, yang dialami oleh si laki- laki tersebut, tidaklah berbahaya untuk seluruh bangsa, dengan dasar bangsa Persi
dan Rum tidak mengalami bahaya apa-apa, padahal mereka biasa melakukan persetubuhan waktu hamil dan menyusui, sedang waktu itu kedua bangsa ini
merupakan bangsa yang terkuat di dunia.
Ketiga
: Keharusan melakukan azl yang biasa terkenal dalam syara ialah karena mengkawatirkan kondisi perempuan yang sedang menyusui kalau hamil dan
melahirkan anak baru.
Nabi menamakan bersetubuh sewaktu perempuan masih menyusui, dengan ghilah atau ghail, karena penghamilan itu dapat merusak air susu dan melemahkan anak.
Dan dinamakannya ghilah atau ghail karena suatu bentuk kriminalitas yang sangat rahasia terhadap anak yang sedang disusui. Oleh karena itu sikap seperti ini dapat
dipersamakan dengan pembunuhan misterius rahasia.
Nabi Muhammad s.a.w. selalu berusaha demi kesejahteraan ummatnya. Untuk itu ia perintahkan kepada ummatnya ini supaya berbuat apa yang kiranya membawa
maslahah dan melarang yang kiranya membawa bahaya. Di antara usahanya ialah beliau bersabda:
Jangan kamu membunuh anak-anakmu dengan rahasia, sebab ghail itu biasa dikerjakan orang Persi kernudian merobohkannya. Riwayat Abu Daud
Tetapi beliau sendiri tidak memperkeras larangannya ini sampai ke tingkat haram, sebab beliau juga banyak memperhatikan keadaan bangsa yang kuat di zamannya
yang melakukan ghilah, tetapi tidak membahayakan. Dengan demikian bahaya di sini satu hal yang tidak dapat dielakkan, sebab ada juga seorang suami yang
kawatir berbuat zina kalau larangan menyetubuhi isteri yang sedang menyusui itu dikukuhkan. Sedang masa menyusui itu kadang-kadang berlangsung selama dua
tahun bagi orang yang hendak menyempurnakan penyusuan.
Untuk itu semua, Rasulullah s.a,w. bersabda: Sungguh saya bermaksud akan melarang ghilah, kemudian saya lihat orang-
orang Persi dan Rum melakukannya, tetapi ternyata tidak membahayakan anaknya sedikitpun. Riwayat Muslim
Ibnul Qayim dalam menerangkan hubungan antara hadis ini dengan hadis sebelumnya, mengatakan sebagai berikut: Nabi s.a.w. memberitakan pada salah
satu segi: bahwa ghail itu berarti memperlakukan anak seperti orang-orang Persi mengadu kudanya, dan ini salah satu macam yang menyebabkan bahaya tetapi
sifatnya bukan membunuh dan merusak anak, sekalipun kadang-kadang membawa bahaya anak kecil. Oleh karena itu Nabi s.a.w. membimbing mereka
supaya meninggalkan ghail kendati bukan melarangnya. Kemudian beliau berazam untuk melarangnya guna membendung bahaya yang mungkin menimpa
anak yang masih menyusu. Akan tetapi menutup pintu bahaya ini tidak dapat menghindari mafsadah yang juga mungkin terjadi sebagai akibat tertahannya jima
selama dalam menyusui, lebih-lebih orang-orang yang masih berusia muda dan syahwatnya sangat keras, yang tidak dapat diatasi melainkan dengan menyetubuhi
isterinya. Itulah sebabnya beliau mengetahui, bahwa maslahah dalam masalah ini lebih kuat daripada menolak mafsadah. Kemudian beliau melihat dua bangsa yang
besar dan kuat Romawi dan Persi di mana mereka itu juga mengerjakan ghilah dan justru karena kekuatannya itu, mereka samasekali tidak ada sara kawatir apa
yang mungkin terjadi sebab ghilah. Oleh karena itulah beliau tidak jadi melarangnya.
17
Di zaman kita ini sudah ada beberapa alat kontrasepsi yang dapat dipastikan kemaslahatannya, dan justru maslahah itulah yang dituju oleh Nabi Muhammad
s.a.w., yaitu melindungi anak yang masih menyusu dari mara-bahaya termasuk menjauhi mafsadah yang lain pula, yaitu: tidak bersetubuh dengan isterinya
selama menyusui, di mana hal itu sangat memberatkan sekali.
Dengan dasar inilah, kita dapat mengira-ngirakan jarak yang pantas antara dua anak, yaitu sekitar 30 atau 33 bulan, bagi mereka yang ingin menyempurnakan
susuan.
Imam Ahmad dan lain-lain mengikrarkan, bahwa hal yang demikian itu diperkenankan apabila isteri mengizinkannya, karena dialah yang lebih berhak
terhadap anak, di samping dia pula yang berhak untuk bersenang-senang.
Sedang Umar Ibnul-Khattab, dalam salah satu riwayat berpendapat, bahwa azl itu dilarang, kecuali dengan seizin isteri.
Demikianlah perhatian Islam terhadap hak-hak perempuan, di mana waktu itu dunia tidak mengenal dan tidak mengakuinya.
3.2.16 Pengguguran Aborsi